Diogo Jota Liverpool 2022-23Getty Images

Tanpa Gol Dalam Satu Tahun! Diogo Jota Tambah Pekerjaan Rumah Jurgen Klopp

Ketika peluit akhir ditiupkan wasit, Jurgen Klopp langsung menghampiri Kai Havertz, memeluk penyerang Chelsea itu seperti orang tua yang menaruh simpatik. Mungkin itu hanya tanda ungkapan terima kasih. Liverpool, entah bagaimana, bisa lolos dari Stamford Bridge dengan hasil imbang tanpa gol. Havertz, setelah menyia-nyiakan serangkaian peluang untuk memperdalam krisis The Reds, secara tidak langsung ikut bertanggung jawab atas fakta itu.

Namun, yang lebih memungkin adalahkan adalah Klopp, seorang penggiat sepakbola sejati, mengetahui bila seorang pemain di bawah tekanan, seorang pemain yang kurang percaya diri, membutuhkan tepukan di pundaknya, dan beberapa kata yang bijak.

Apa pun motivasinya, Havertz tampaknya menghargai kesopanan kompatriotnya itu. Tetapi Liverpool memiliki permasalahan di sektor penyerangan yang perlu dikhawatirkan saat ini.

Pelukan Klopp berikutnya di Stamford Bridge sepatutnya ditujukan untuk Diogo Jota. Tetapi perjuangan pemain internasional Portugal itu membuat bingung sang manajer, dan perlu penyortiran jika Liverpool ingin kembali ke masa kejayaan mereka seperti sebelumnya.

  • Diogo Jota Liverpool Manchester City 2021-22Getty

    Kemarau gol

    Saat Jota menyumbangkan gol untuk Liverpool ketika bermain imbang 2-2 melawan Manchester City pada 10 April 2022, itu hanya menegaskan statusnya sebagai pemain The Reds dalam partai besar tersebut.

    Itu merupakan golnya yang ke-21 musim itu sekaligus menjadi gol pembuka di pertandingan. Jota telah melesakkan 14 gol pembuka atau penyeimbang. Jota, bahkan lebih dari Mohamed Salah atau Sadio Mane, adalah pemain yang dicari Klopp ketika Liverpool ingin mengamankan laga.

    Tapi siapa yang menyangka jika golnya di Etihad akan menjadi yang terakhir pada musim itu. Selanjutnya? Itu hanya sebatas menjadi gol pengenang untuk satu tahun berikutnya. Jota mengakhiri musim 2021/22 dengan 13 penampilan tanpa gol, dan kemarau tersebut berlanjut ke musim ini.

    Dia sekarang melalui 31 pertandingan tanpa gol, dan belum mencetak gol untuk tim mana pun sejak menjaringkan gol keempat Portugal dalam kemenangan 4-0 atas Republik Ceko pada akhir September.

    Untuk pemain depan dengan bakat seperti itu, dan yang telah menetapkan standar setinggi itu sebelumnya, torehan ini sulit diterima. Bahkan Havertz, yang mendapat banyak kritikan, telah mencetak sembilan gol untuk Chelsea musim ini.

  • Iklan
  • Jurgen Klopp Diogo Jota Liverpool 2022-23Getty Images

    Apa yang terjadi?

    Cedera, tentu saja, berperan dalam kemarau golnya. Tetapi Jota sudah menjadi starter dalam 16 pertandingan untuk Liverpool sejak gol terakhirnya.

    Untuk alasan apa pun, ketajaman dan insting di kotak penalti yang menentukan 18 bulan pertamanya di Anfield tampaknya sudah meninggalkan dirinya. Sebelumnya, gerakan dan kemampuan penyelesaian akhirnya kerap dibandingkan dengan penyerang seperti Robbie Fowler. Sekarang, tembakan pemain berusia 26 tahun itu sering melayang jauh atau melebar, tidak dapat memanfaatkan kekuatan utamanya.

    Musim ini di Liga Primer, Jota hanya berhasil melakukan tiga tembakan tepat sasaran dalam selusin penampilan, dan 609 menit. Akurasi tembakannya yang hanya 25 persen sejauh ini menjadi yang terendah dari striker Liverpool lainnya, karena penghitungan gol yang diharapkan (xG) 2,06.

    Jota telah melewatkan setengah lusin 'peluang besar' yang ditentukan Opta musim ini. Ketika dia dimainkan bersama Curtis Jones di babak pertama di Stamford Bridge pada Selasa malam, kepercayaan dirinya yang kurang, terlihat jelas.

    Umpan tersebut menuntut serangan pertama secara tiba-tiba, sesuatu yang beberapa kali telah kita lihat dari dirinya. Tetapi Jota memilih untuk mencoba, dan menarik ke dalam, sehingga memungkinkan Marc Cucurella untuk memadamkan bahaya. Dia tidak akan melihat kemungkinan mencetak gol lagi sepanjang malam.

  • Mohamed Salah Diogo Jota Liverpool Ajax 2022-23Getty Images

    Sisi positif

    Kabar baiknya, sementara Jota mungkin tidak mencetak gol, setidaknya dia menciptakan assists. Dia telah mencatatkan 11 assist sejak gol terakhirnya, termasuk yang luar biasa untuk Mohamed Salah di Etihad akhir pekan lalu.

    Musim ini di Liga Primer, dia menciptakan lebih banyak peluang per 90 menit (1,77) daripada penyerang The Reds mana pun. Salah dan penghitungan assist yang diharapkan (xA) sejalan dengan pemain asal Mesir itu, serta Darwin Nunez dan Roberto Firmino, menunjukkan kualitas membuka peluang yang dia berikan untuk rekan setimnya cukup baik.

    Dia bekerja tanpa lelah juga. “Monster yang menekan,” sebutan Lijnders kepada Jota setelah pindah dari Wolves pada tahun 2020. Namun dia melewatkan awal musim karena masalah hamstring, dan kemudian absen dari Oktober hingga Februari karena cedera betis. Meski musimnya diganggu cedera otot, Jota masih memenangkan penguasaan bola untuk tim dibandingkan penyerang lainnya, dan lebih dari dua kali dari Salah atau Nunez.

    Jelas, dia masih mempunyai banyak hal untuk ditawarkan, dan laporan yang mengaitkan dirinya dengan kepindahan dari Anfield musim panas ini harus diabaikan. Mengembalikan dia untuk mencetak gol lagi harus menjadi prioritas bagi Klopp.

  • Diogo Jota, Luis Díaz - Liverpool 2022Getty

    Mencari peran

    Kesampingkan cedera, sesuatu yang Jota paling sering alami di tengah evolusi barisan depan Liverpool di bawah asuhan Klopp. Jota memulai musim lalu sebagai pemain nomor 9 The Reds, menggantikan Firmino sebagai titik fokus penyerang yang tangguh.

    Kedatangan Luis Diaz pada akhir Januari, dan sikap pemain asal Kolombia itu menyatu dengan tim, berjung kepada perombakan. Di sisa musim, dengan Diaz lebih sering berada di sayap kiri, Klopp menempatkan Sadio Mane di posisi penyerang tengah, sehingga membuat Jota (dan Firmino) terkena dampak rotasi.

    Lalu datang Nunez di musim panas, dan selanjutnya Cody Gakpo di Januari, makin memperumit situasi. Keduanya bermain lebih melebar di kiri, dan mereka juga sering dimainkan sebagai penyerang tengah. Sementa Jota sudah bermain di berbagai posisi di lini depan.

    Jota mengawalinya di sisi kiri ketika bertandang ke Etihad, dan di sebelah kanan di Stamford Bridge. Pada awal musim, ketika melawan Arsenal misalnya, dia ditandemkan dengan Nunez. Sedangkan ketika meladeni Real Madrid di Bernabeu, dia berposisikan pemain nomor 9 lagi.

    Cukup adil jika mengatakan Klopp belum menemukan keseimbangan yang tepat di sektor penyerangan, dan kembalinya Diaz setelah cedera panjang, makin menambah rumit permasalahan dalam beberapa pekan ke depan.

  • Jota goal Liverpool Arsenal

    Menatap Arsenal

    Bila Jota ingin menemukan kembali sentuhan golnya, kedatangan Arsenal ke Anfield pada akhir pekan ini bisa menjadi kesempatan sempurna.

    Rekornya bertemu dengan Arsenal sungguh luar biasa. Dalam delapan penampilan melawan The Gunners, Jota telah mencetak tujuh gol. Gol pertamanya untuk Liverpool pun diciptakan ke gawang mereka. Lalu mencetak empat gol di empat laga musim lalu, termasuk dua di antaranya di Emirates pada leg kedua semi-final Piala Carabao, dan kemenangan penting di liga beberapa pekan kemudian.

    Arsenal tentunya datang ke Merseyside dengan kepercayaan diri tinggi, mengingat kemenangan bisa membuat langkah besar dalam upaya mereka mendapatkan gelar juara setelah menanti 19 tahun. Tapi klub London itu juga menyadari rekor di Anfield sering tidak berpihak kepada mereka. Arsenal belum pernah menang di sana di ajang liga sejak September 2012, dan sudah kebobolan tiga gol, atau bahkan lebih dari sembilan pertandingan, termasuk kekalahan 4-0 di musim lalu.

    Jota tentu saja mencetak gol di laga itu. Tapi situasi sudah banyak berubah sekarang. Tidak ada lagi Nuno Tavares di belakang, Pierre-Emerick Aubameyang di lini depan, dan tak ada Albert Sambi Lokonga.

    Liverpool juga berbeda, walau bukan dari sisi yang bagus. Mereka 23 poin lebih buruk dibandingkan pada tahapan yang sama musim lalu, dan sekarang tertinggal 29 angka dari Arsenal. Mereka, yang pernah begitu kejam dan konsisten dalam waktu lama, terlihat hanya seperti bayangan masa lalu. Manajer mereka, untuk waktu yang lama penuh energi dan antusiasme, saat ini terlihat seperti orang yang lebih suka berada di tempat lain, selain di pinggir lapangan, melihat tim besutannya memudar yang membuat hatinya perih.

    Hanya penampilan dan hasil akhir bagus yang bisa mengubah suasana hati di Anfield, dan itu bergantung kepada Klopp dan para pemainnya untuk mewujudkan hal tersebut. Mungkin dengan kehadiran pemuncak klasemen, calon juara, akan mengubah Liverpool, dan juga Jota.