Ketika peluit akhir ditiupkan wasit, Jurgen Klopp langsung menghampiri Kai Havertz, memeluk penyerang Chelsea itu seperti orang tua yang menaruh simpatik. Mungkin itu hanya tanda ungkapan terima kasih. Liverpool, entah bagaimana, bisa lolos dari Stamford Bridge dengan hasil imbang tanpa gol. Havertz, setelah menyia-nyiakan serangkaian peluang untuk memperdalam krisis The Reds, secara tidak langsung ikut bertanggung jawab atas fakta itu.
Namun, yang lebih memungkin adalahkan adalah Klopp, seorang penggiat sepakbola sejati, mengetahui bila seorang pemain di bawah tekanan, seorang pemain yang kurang percaya diri, membutuhkan tepukan di pundaknya, dan beberapa kata yang bijak.
Apa pun motivasinya, Havertz tampaknya menghargai kesopanan kompatriotnya itu. Tetapi Liverpool memiliki permasalahan di sektor penyerangan yang perlu dikhawatirkan saat ini.
Pelukan Klopp berikutnya di Stamford Bridge sepatutnya ditujukan untuk Diogo Jota. Tetapi perjuangan pemain internasional Portugal itu membuat bingung sang manajer, dan perlu penyortiran jika Liverpool ingin kembali ke masa kejayaan mereka seperti sebelumnya.
.jpg?auto=webp&format=pjpg&width=3840&quality=60)








