Tak Terkalahkan Di Eropa Selama Lima Tahun! Bagaimana Manchester City Ubah Etihad Stadium Jadi Kuburan Lawan

Fans yang riuh suka mengejek suasana sepi dengan meneriakkan "Apakah ini perpustakaan?". Tetapi pada akhir pekan kemarin di Goodison Park yang sepi sebelum kemenangan atas Everton, pendukung Manchester City mulai meneriakkan "Apakah ini Etihad?".

Suasana di Etihad - atau 'the Emptyhad', seperti yang sering jadi bahan ejekan oleh para penggemar Manchester United - telah sering dikumandangkan selama bertahun-tahun sehingga sekarang bahkan para penggemar City pun menertawakannya, meski secara satir.

Namun terlepas dari kritikan bertahun-tahun tentang sepinya stadion dan kurang riuh, kadang-kadang Pep Guardiola sendiri, malah sebaliknya mulai sering mengubah kandang mereka menjadi kuburan bagi tim-tim lawan. Musim ini, Bayern Munich, Liverpool, RB Leipzig, Manchester United, Arsenal dan Real Madrid semuanya dikubur dalam-dalam di Etihad, tempat City memenangkan 16 pertandingan terakhirnya di semua kompetisi.

Setelah membantai Madrid 4-0 di leg kedua semi-final Liga Champions, hasil itu seakan menggemakan antusiasme Jack Grealish yang menyatakan minggu lalu bahwa mereka merasa "tak terbendung" di rumah...

  • Erling Haaland but Manchester City Bayern MunichGetty Images

    Lima tahun tanpa kekalahan

    Anehnya, terakhir kali City gagal menang di kandang adalah saat melawan Everton asuhan Frank Lampard pada bulan Desember. Kekalahan terakhir mereka di kandang adalah melawan Brentford pada November. Tapi kekalahan kandang terakhir mereka di Liga Champions terjadi pada September 2018, ketika mereka dikalahkan 2-1 oleh Lyon.

    Sejak itu, mereka telah memainkan 25 pertandingan kandang di kompetisi top Eropa dan memenangkan 23 pertandingan, hanya seri dua kali. Kedua hasil imbang tersebut adalah pertandingan yang tak terlalu berarti bagi City, 0-0 di leg kedua babak 16 besar melawan Sporting CP musim lalu - setelah memenangkan leg pertama 5-0 - dan 1-1 melawan Shakhtar Donetsk di fase grup 2019/20, ketika tim Guardiola sudah lolos ke fase gugur.

    Dalam 25 pertandingan itu, di mana mereka memiliki tingkat kemenangan 92 persen, mereka telah mencetak 81 gol dan hanya kebobolan 18 gol. Rekor kandang mulus mereka mengungguli catatan beberapa tim top Eropa lainnya. Real Madrid telah kalah enam pertandingan kandang di Liga Champions sejak September 2018, sementara Liverpool dan Paris Saint-Germain kalah lima kali, Barcelona empat kali dan Bayern Munich dua kali.

    Fakta bahwa City belum mampu memenangkan Liga Champions di bawah Guardiola tidak ada hubungannya dengan hasil mereka di kandang, terlepas dari rekor luar biasa mereka di sana.

    Dalam lima kali City gagal mencapai final di bawah pelatih Spanyol itu, empat eliminasi mereka terjadi karena hasil tandang mereka: kekalahan 3-1 di Monaco, kekalahan 1-0 di Tottenham, kekalahan 3-1 setelah perpanjangan waktu di Real Madrid dan kekalahan 3-1 melawan Lyon di Lisbon karena pembatasan virus corona.

  • Iklan
  • Manchester City - Etihad StadiumGetty

    Sejarah apatis

    Benar bahwa City tidak moncer ketika berlaga di Liga Champions. Mereka tidak melakukan debut mereka di kompetisi sebelum 2011 dan mereka gagal lolos dari fase grup dalam dua tahun pertama penampilan mereka sejak itu, saat ditukangi oleh Roberto Mancini.

    Semakin berpengalaman mereka di Eropa, semakin baik penampilan mereka, dan mereka mencapai fase gugur setiap tahunnya sejak musim 2013/14. Namun masih ada tingkat sikap apatis terhadap kompetisi tersebut, dan City jarang melihat stadion mereka penuh dengan penonton untuk pertandingan Liga Champions, terutama saat berlaga di fase grup.

    Penggemar City juga mencemooh lagu Liga Champions selama ini. Cemoohan dimulai sebagai tanggapan terhadap Mario Balotelli yang dilecehkan secara rasis oleh penggemar Porto dalam pertandingan Liga Champions pada 2011, tetapi menjadi paling menonjol setelah City dinyatakan bersalah oleh UEFA karena melanggar aturan Financial Fair Play (FFP).

    Cemoohan semakin intensif ketika UEFA menyelidiki klub lagi pada 2019 atas dugaan memanipulasi FFP setelah publikasi dokumen oleh Football Leaks.

  • Pep Guardiola Manchester City Leicester 2022-23Getty Images

    Guardiola yang inspiratif

    Guardiola, yang telah memenangkan Liga Champions dua kali bersama Barcelona dan mencapai babak semi-final tujuh tahun berturut-turut sebelum bergabung dengan City pada 2016, awalnya merasa sulit untuk memahami ketidakpedulian para penggemar terhadap kompetisi yang sangat ia gemari.

    Setelah pertandingan Liga Champions pertamanya sebagai pelatih City melawan Borussia Monchengladbach, yang hanya dihadiri 30.000 penggemar, Guardiola mengatakan kepada penggemar City untuk "melupakan apa yang terjadi di masa lalu". Dan di musim 2018-19, ketika City memulai awal yang sulit di babak penyisihan grup setelah kekalahan mengejutkan dari Lyon, ia mendesak para penggemar untuk menunjukkan lebih banyak antusiasme untuk Liga Champions dan lebih mendukung tim di pertandingan kandang.

    "Kami harus terus mendapat dukungan dari semua orang di Manchester City, bahwa kami harus menjuarainya – dan kami masih belum memiliki perasaan itu dari para penggemar,” katanya. “Saya merasa kami adalah tim yang sangat bagus, tetapi Anda masih membutuhkan sesuatu yang istimewa untuk memenangkan Liga Champions dan saya tetap tidak merasakannya. Tapi setiap tahun kami akan semakin dekat dan cepat atau lambat itu akan terjadi."

    Komentar ini tidak diterima dengan baik oleh para penggemar City, tetapi mereka makin dibuat panas ketika ia mengkritik sedikitnya angka kehadiran penonton dalam kemenangan 6-3 atas RB Leipzig di babak penyisihan grup musim lalu, ketika cuma 38.000 pendukung memadati Etihad, yang menampung 54.000 penonton.

    Usai pertandingan, Guardiola mengatakan kepada para penggemar untuk datang lebih banyak lagi untuk pertandingan liga berikutnya, melawan Southampton. Ia berkata: "Saya ingin lebih banyak orang datang ke pertandingan berikutnya pada hari Sabtu. Tolong, kami akan membutuhkan orang-orang Sabtu depan, karena kami akan lelah. Saya mengundang semua orang kami untuk datang Sabtu depan, jam 3 sore, dan menonton pertandingan."

    Kata-kata manajer itu mungkin terdengar tidak pedas tapi itu menyentuh hati para pendukung, yang menafsirkannya sebagai mempertanyakan komitmen penggemar City dan malah menguntungkan tim-tim tamu.

  • Manchester City fans goal posts pitch invasionGetty

    'Fans tidak akan meninggalkan kami sendirian'

    Guardiola tampaknya telah belajar dari kejadian itu dan hubungannya dengan para penggemar tampaknya telah pulih. "Kami punya Guardiola" adalah salah satu nyanyian paling umum di pertandingan City, dan sang manajer sangat memuji cara para penggemar mengiringi mereka ke Liga Champions.

    "Tentu saja mereka menerimanya, mereka terbiasa mendengarnya dan melakukan hal-hal bagus," katanya pada konferensi pers prapertandinga menjelang pertemuan dengan Madrid. "Saya tahu para penggemar akan dekat dengan kami, mereka tahu apa yang telah kami lakukan, mereka tidak akan meninggalkan kami sendirian, mereka akan bersama kami di saat-saat buruk. Permainan kami akan menentukan apa yang harus kami lakukan, tetapi di saat-saat buruk mereka akan berada di sana."

    City tidak memiliki masalah menjual tiket leg pertama perempat-final melawan Bayern, dan sebelum pertandingan ribuan penggemar menerjang hujan untuk menunggu di luar dan menyambut bus tim, udara tebal dengan asap biru. Pemandangan serupa juga terjadi dalam duel leg kedua semi-final versus Madrid.

  • Pep Guardiola Manchester City 2022-23Getty

    Titik panas menjadi titik balik

    Ada satu titik panas musim ini, ketika Guardiola menanyai para suporter serta para pemain setelah kemenangan comeback 4-2 mereka atas Tottenham pada Januari.

    Dalam kata-kata kasar yang luar biasa menyusul penampilan babak pertama yang buruk di mana mereka kebobolan dua gol, Guardiola menuduh City sebagai "naif". Ia kemudian melampiaskan kemarahannya pada para penggemar, yang mencemooh para pemain di babak pertama.

    "Mereka diam selama 45 menit. Mereka mencemooh karena kami kalah tapi sama seperti tim kami, mungkin kami nyaman memenangkan empat gelar dalam lima tahun," katanya. "Saya ingin penggemar saya kembali bukan penggemar tandang saya karena penggemar tandang saya adalah yang terbaik, tetapi penggemar saya di sini untuk setiap sudut dan setiap aksi dan mendukungnya karena kami tidak dapat mengharapkan apa pun. Saya ingin reaksi dari semua klub, semua organisasi, para pemain, staf, semuanya."

    Reaksi persis seperti yang didapat Guardiola. Meskipun tim kalah dari Tottenham dua minggu kemudian, timnya hampir tidak lengah sejak saat itu.

  • Kevin De Bruyne Erling Haaland Manchester City 2022-23Getty Images

    City melawan dunia

    Rodri mengartikulasikan sikap baru tim sebelum leg pertama semi-final tandang ke Real Madrid, dengan mengatakan mereka harus bertindak seolah-olah mereka adalah tim kecil. “Anda harus memiliki mentalitas yang tepat untuk merasa seperti tim kecil dan berjuang seperti tim kecil — karena jika Anda merasakan sesuatu yang lebih besar, Anda akan bingung," kata sang gelandang. "Itulah mengapa kami melakukannya: kami merasa kecil, kami berjuang seperti tim kecil, berlari seperti tim kecil dan kemudian kami memiliki pemain berkualitas tinggi yang pantas mendapatkan segalanya.”

    City mungkin tidak terlihat seperti tim kecil, dengan dukungan mereka dari Abu Dhabi, stadion besar mereka, dan lemari trofi yang terus berkembang. Namun dalam menghadapi antipati yang meningkat dari saingan mereka, mereka telah membangkitkan mentalitas kelompok, sikap 'kita melawan dunia'.

    Para penggemar adalah bagian besar dari itu. Banyak dari mereka yang telah melewati saat-saat tergelap City, mengikuti tim sampai ke Divisi Dua dan kembali ke Liga Primer dan Liga Champions. Mereka menikmati status mereka sebagai tim teratas di Inggris dan ingin memiliki status yang sama di Eropa.

    Bersama dengan tim yang tangguh dan pelatih yang selalu penuh tuntutan dalam diri Guardiola, mereka telah menciptakan stadion paling menakutkan di Eropa dalam hal hasil permainan. Madrid pun jadi korban terbaru mereka.