Tiada yang meragukan bahwa Maddison pantas masuk skuad Inggris. Cek saja statistiknya dalam 18 bulan terakhir.
Sejak Agustus 2020, ia memimpin klasemen kontribusi gol (30) dibanding gelandang-gelandang Inggris lainnya di Liga Primer, mengungguli nama-nama seperti Bukayo Saka, Mason Mount, Phil Foden, dan Jack Grealish.
Dan dia mencapainya di tim Leicester City yang tertatih-tatih, sehingga output tersebut terasa makin impresif.
Iya, temperamennya memang perlu dipertanyakan terutama di luar lapangan. Keputusannya untuk main ke kasino saat ia harus keluar dari skuad Inggris lantaran sakit 2019 lalu memang bikin geleng-geleng kepala.
Tapi pemain juga manusia biasa, bisa bikin kesalahan. Pemain Inggris lainnya juga pernah berkelakuan serupa dan itu tak membuat mereka diasingkan permanen oleh Gareth Southgate.
Maka akan menjadi sebuah penghinaan andai ia tak ikut dibawa ke Qatar. Ini sepakbola dan pemain harus diapresiasi lewat penampilannya.
Dan saat ini Maddison adalah gelandang Inggris terbaik, sebagus itu sampai Southgate mengakui kesalahannya dan akhirnya memanggilnya.
Maddison bukan jawaban doa-doa Inggris. Dia bukan senjata pamungkas yang tiba-tiba memastikan kemenangan The Three Lions di Piala Dunia.
Tapi ia layak berada di antara 26 bintang yang membela panji Inggris di Timur Tengah. Factos!