"Kami adalah Real Madrid," begitu deklarasi Carlo Ancelotti setelah anak asuhnya dipecundangi Barcelona di final Piala Super Spanyol, Senin (16/1) dini hari WIB.
Timnya baru saja dihajar 3-1 oleh musuh bebuyutan, dibungkam sejadinya dalam sebuah El Clasico yang menjadi pertanda sebuah pergeseran dinamika kekuatan.
Deklarasi tersebut dilontarkan sebagai sebuah pengingat, bahkan jaminan. Dan dalam artian tertentu, Ancelotti ada benarnya. Saking terbiasanya Real Madrid juara, hasil paling minor dalam sejarah saja akan terlihat seperti bencana. Mereka bukan sekadar 'Tim Lawak Musim Ini'-nya La Liga.
Tapi keanehan ini harus diakui: Los Blancos terlihat gampang sekali dikalahkan pasca Piala Dunia. Bagaimana tidak? Madrid cuma menang dua kali dari lima laga terakhir di waktu normal, menang sekalipun juga tidak dengan cara meyakinkan.
Kelelahan sudah pasti menjadi faktor, tapi mana mungkin itu satu-satunya alasan. Ada masalah-masalah lain di ibu kota Spanyol.
Madrid melepas palang pintu lini tengah, Casemiro, musim panas kemarin, dan keganasan serta kematangan sang gelandang bertahan ternyata amat dirindukan di Santiago Bernabeu.
Sementara itu Karim Benzema inkonsisten baik dari segi performa maupun kebugaran setelah terpaksa mundur dari skuad Prancis di Piala Dunia.
Namun, penting dicatat bahwa ini bukan cuma perkara personel. Beberapa masalah Madrid jauh lebih parah dari yang terlihat di permukaan, dan di sini, GOAL mencoba mengulasnya...
.jpg?auto=webp&format=pjpg&width=3840&quality=60)

.jpg?auto=webp&format=pjpg&width=3840&quality=60)


