It's worth noting, though, that there were never any gripes over his character, fashion choices or off-field activities during his time at Juve.
Namun layak dicatat, bahwa tak pernah ada kecaman soal kelakuannya, gaya berpakaiannya, atau aktivitasnya di luar lapangan ketika dia membela Juventus.
Kiper legendaris mereka, Gigi Buffon, pernah berkata kepada Pogba muda untuk tak mengindahkan kritikan dari luar: "Silakan mau potong rambut seperti apa, berpakaian seperti apa: segala yang penting ada di lapangan."
Masalahnya adalah Pogba tak memberikan apa-apa buat United ketika di lapangan, setidaknya tidak dengan konsisten.
Memang, itu bukan selalu salahnya; masalah United jauh lebih mendalam, bukan cuma inkonsistensi Pogba saja.
Dia – dan Raiola – memang berkontribusi kepada segala kekacauan di Old Trafford, tetapi dia juga menjadi korbannya.
Mungkin dia akan belajar dari pengalaman. Mungkin segala di United sudah membantunya bersiap menyambut kekacauan di Juve. Mungkin kembali ke Juve akan mengembalikan masa jayanya.
Namun, saat ini, segala tekanan ada di pundak Pogba. Dia tak lagi dikelilingi pemain kelas dunia di tengah. Dan tak akan ada legenda yang bisa dia andalkan.
Pirlo dan Buffon sudah lama hengkang, dan Giorgio Chiellini baru saja pergi, bersama dengan sahabat Pogba yakni Paulo Dybala.
Bahkan yang katanya pemimpin baru Juve, Matthijs de Ligt, sudah siap pindah kapal, dengan bek asal Belanda itu diharapkan segera hijrah ke Chelsea atau Bayern Munich.
Kepergian De Ligt mestinya bisa menghadirkan anggaran untuk memoles skuad Juve – Nicolo Zaniolo serta Kalidou Koulibaly menjadi salah dua target utama mereka – tapi sudah jelas bahwa Bianconeri sedang dalam masa transisi, apalagi musim lalu cuma mampu finis keempat di Serie A.
Mereka dilatih tiga manajer berbeda dalam tiga musim terakhir, dan ada keraguan besar soal apakah Allegri, dengan sepakbola kunonya itu, adalah pria yang cocok untuk mengembalikan kejayaan Si Nyonya Tua.
Mereka memiliki calon bintang besar dalam diri Dusan Vlahovic, sementara Federico Chiesa akan menambah dimensi serangan Juve begitu sembuh dari cedera.
Tetapi untuk saat ini skuad Juve lemah, produk dari kegagalan mereka di bursa transfer (penambahan Angel di Maria juga bikin tak habis pikir, mengingat sebelumnya mereka tegas ingin meremajakan skaud).
Dan argumennya adalah Pogba cuma bisa bersinar di tim yang kuat (dahulu di Juventus dan bersama timnas Prancis). Tak perlu malu dengan itu, memang lebih mudah bersinar bersama tim yang apik.
Namun, pemain yang benar-benar hebat lah yang kadang bisa menggendong keseluruhan tim, dan itulah yang bakal Allegri minta dari Pogba musim depan.
Mengingat masa bakti keduanya di United, wajar jika takut Pogba tak akan bisa memenuhi beban itu, minimal tak bisa memenuhinya di Liga Champions, tidak dengan skuad Juve yang seperti ini.
Tapi tetap saja, setelah penderitaannya di Manchester, keputusan Pogba untuk pulang ke Turin sangat bisa dimaklumi. Toh di sana lah dia merasa paling bahagia, baik di dalam maupun luar lapangan.
Tetapi enam tahun sejak dia pergi ke Old Trafford, rasanya sulit untuk menanggalkan kekhawatiran bahwa lagi-lagi, Pogba memilih proyek yang salah di waktu yang salah...