Roberto De Zerbi Brighton 2022-23 HIC 16:9Getty

Perpaduan Pep Guardiola & Jurgen Klopp: Bagaimana Bos Brighton Roberto De Zerbi Bikin Kita Terkagum-Kagum

Pada malam tanggal 22 Oktober 2022, Roberto De Zerbi berada di bawah tekanan. Ia baru menjadi manajer Brighton selama lebih dari sebulan, tetapi belum pernah memenangkan satu pun pertandingan di Liga Primer Inggris. Kekalahan 3-1 di Manchester City menjadi kekalahan ketiga dalam lima pertandingan pertamanya.

Jelas ia diragukan, ada ketakutan bahwa semua pencapaian bagus Brighton bersama Graham Potter bisa mendadak hancur, karena tim merosot dari urutan keempat klasemen ke posisi kesembilan setelah kepergian Potter ke Chelsea. Mungkin pandit sepakbola Inggris, Graeme Souness ketika ia mengklaim bahwa De Zerbi tidak memahami kultur sepakbola negaranya.

Namun mereka yang benar-benar mengikuti perkembangan sang juru taktik kini dapat melihat dengan jelas bahwa pola pikir dan pendekatan taktisnya mulai mengakar dan berkembang di Brighton.

  • 20230429 Roberto De Zerbi(C)Getty Images

    'Pengaruhnya di Inggris akan sangat besar'

    City mungkin menang malam itu di Etihad, tetapi sesuatu yang sangat aneh telah terjadi: juara bertahan Inggris itu kalah dominan dalam penguasaan bola. Brighton telah membuat tuan rumah hanya punya 48 persen penguasaan bola.

    "Mereka menerapkan jenis permainan yang tidak biasa kami lakukan," terang Pep Guardiola sesudah laga itu, sebelum dengan berani memprediksi, "Pengaruh De Zerbi di Inggris akan sangat besar." Guardiola memiliki kecenderungan untuk memberikan pujian basa-basi kepada lawannya, tetapi pada kesempatan ini, ia bersungguh-sungguh. Dan ia juga terbukti benar.

    Hanya tujuh bulan setelah kedatangannya di Inggris disambut dengan skeptisisme di mana-mana, De Zerbi kini dielu-elukan sebagai pelatih genius yang telah berhasil mengawinkan prinsip terbaik dari permainan penguasaan bola ala Pep dengan gegenpressing-nya Jurgen Klopp.

    Meski begitu De Zerbi tetap merendah. "Saya telah melatih selama 10 tahun dan saya telah belajar untuk hidup di dunia ini," katanya kepada Gazzetta dello Sport bulan lalu. "Sekarang hasilnya tersenyum pada kami, pujian dan kata-kata manis berlimpah. Tapi penting untuk mengetahui bagaimana menguraikannya.

    "Saya tidak ingin mengubah apa pun, hanya melakukan apa yang saya mampu: meninggalkan jejak saya di tim. Di sini, saya pikir saya telah berhasil dalam waktu singkat, tetapi kredit diberikan kepada para pemain."

  • Iklan
  • 20230129 Kaoru Mitoma Roberto De ZerbiGetty Images

    'Hubungannya dengan pemain seperti ayah dan anak'

    Skuad Brighton tidak serta merta menentang penunjukannya. Tetapi beberapa pemain meragukannya, karena mereka belum pernah mendengar tentang De Zerbi, seperti yang diakui Adam Lallana dan kini malu pernah berpikir seperti itu. Namun, mantan gelandang Liverpool itu mengklaim bahwa ia adalah pemain Brighton pertama yang memahami apa sebenarnya yang coba dilakukan oleh sang pengganti Potter, an dengan demikian memainkan peran kunci dalam rekan satu timnya yang merangkul pendekatan baru dari sang manajer anyar.

    "Bahkan meski ia tidak berbicara bahasa Inggris dengan baik, dan saya tidak bisa berbicara bahasa Italia, kami memahami satu sama lain hanya dengan saling memandang," kata Lallana kepada Gazzetta. "Awalnya sulit bagi kami, karena Potter telah meninggalkan kami saat kami berada di urutan keempat: kami semua sedih dan sama sekali tidak menyukai perubahan. Tapi saya tahu kami harus terus maju, bahwa kami harus terus seperti itu, juga karena ada banyak pertandingan penting yang harus segera kami mainkan."

    "Dan saya ingat bagaimana De Zerbi langsung ingin menyampaikan sesuatu ke grup, bagaimana ia ingin semuanya berubah dengan cepat, dan menyampaikan hasrat dan cinta yang ia miliki untuk sepakbola. Butuh sedikit waktu, tapi saya pikir kami bisa beradaptasi dengan sangat, sangat cepat, dengan pikiran terbuka dan kemauan untuk mendengar apa yang ia katakan."

    "Kami mulai melihat bahwa hal-hal berjalan sesuai keinginannya karena caranya sebagai pribadi, hubungan ibarat ayah dan anak yang ia bentuk dengan para pemain. Saya ingat mengatakan kepadanya untuk memberi tahu saya apa yang ia inginkan, bahwa saya siap menjelaskannya kepada rekan-rekan setim mengapa mereka harus mengikutinya. Dan saya melakukannya: saya menjelaskan bahwa ini akan sulit pada awalnya, tetapi kami akan melihat hasilnya dan kami akan sukses."

  • brighton(C)Getty Images

    Salah satu tim dengan gaya sepakbola terbaik di Eropa

    Ia tidak salah. Brighton hampir mencapai final Piala FA sebelum kalah adu penalti dari Manchester United di semi-final, sementara itu mereka juga mampu mengalahkan lawan yang sama pada Jumat (5/5) untuk naik ke peringkat keenam Liga Primer musim ini dan menatap peluang untuk naik lebih tinggi di sisa kampanye.

    Namun, yang paling mengesankan tentang hasil Brighton adalah bagaimana pencapaiannya. Hanya sedikit klub sepakbola di Eropa atau bahkan Inggris, yang memiliki gaya permainan lebih baik dari mereka.

    Sementara sesekali ia mencoba untuk menerapkan formasi tiga bek ala Potter, De Zerbi telah berhasil menerapkan formasi 4-2-3-1 pilihannya, yang ia gunakan untuk membuat lawan-lawannya tertekan. Jika lawan memilih untuk bermain dengan skema 'parkir bus', Brighton akan mendominasi penguasaan bola sembari melanjutkan beberapa aspek Potter-ball dalam menekan lawan. Namun, jika lawan memilih bermain terbuka, Brighton akan menekan balik dengan kombinasi umpan-umpan terobosan yang cepat dan akurat.

  • 20230415 Roberto De Zerbi(C)Getty Images

    'Umpan panjang sama dengan perjudian'

    Jelas, strategi yang berani seperti itu membutuhkan kualitas dan ketenangan terbaik dari setiap pemain yang dipercaya untuk menguasai bola. Rasanya seperti taktik berisiko tinggi. Ada yang tidak suka bersabar untuk membangun serangan dari belakang dan sebaliknya memilih untuk langsung melepaskan umpan-umpan panjang ke depan.

    De Zerbi, bagaimana pun, melihatnya dengan sangat berbeda. "Bagi saya, menerapkan umpan-umpan panjang dan mencoba untuk memenangkan bola kedua sama dengan berjudi," ungkapnya kepada Bobo TV, "dan karena saya tidak suka bertaruh, saya lebih suka melatih tim untuk membawa bola dengan hati-hati keluar dari pertahanan."

    Seperti yang sekarang diakuinya, tim Brighton ini paling pas sebagai tim dengan percontohan filosofi sepakbolanya, yang ia sangat ia nikmati. Ia dengan rendah hati menerapkan filosofinya pada fonadi yang dibangun oleh pendahulunya, Potter dan mengandalkan inteligensi para pemainnya, namun Lallana terkejut dengan betapa cepat sang manajer berhasil membuat begitu banyak pemain dengan cara yang spesifik.

    "Saya pikir itulah yang membuatnya begitu luar biasa," kata pemain Inggris itu. "Ia memiliki 25 pemain untuk mengikuti filosofinya, untuk selalu tetap fokus, dan menerima idenya tentang sepakbola."

  • 20230219 Roberto De ZerbiGetty Images

    'Ambisi bukanlah kesombongan'

    Pertanyaannya sekarang, tentu saja, seberapa jauh ia bisa membawa Brighton. Ada risiko yang jelas bahwa tim yang menarik ini bisa runtuh pada musim panas, dengan Alexis Mac Allister, Kaoru Mitoma, Even Ferguson dan Moises Caicedo semuanya dikaitkan dengan rumor transfer ke klub-klub besar.

    Nama terakhir bahkan hampir sukses dibajak Arsenal pada bursa transfer Januari lalu dan rasanya hanya masalah waktu sebelum divisi pencari bakat di Brighton yang sudah bekerja luar biasa akan diharuskan untuk mencari bakat-bakat tersembunyi lebih banyak lagi.

    De Zerbi sangat menyadari bagaimana dunia sepakbola bekerja. Pekerjaannya dengan dana terbatas di Sassuolo justru yang membuat Brighton tertarik memakai jasanya. Tapi ia sudah menjelaskan bahwa ia tidak tertarik untuk bertahan apabila para pemain terbaik di skuadnya dijual. Memang, ia tidak pernah menyembunyikan ambisinya untuk bersaing di panggung tertinggi dunia sepakbola.

    "Di bidang ini, Anda berisiko disalahpahami dan dianggap sombong, tapi bagi saya ambisi bukanlah kesombongan," bantahnya. "Ini adalah mimpi untuk dicapai, yang memotivasi Anda. Ini memungkinkan Anda membangkitkan antusiasme di antara orang-orang, orang-orang yang memenuhi stadion Anda. Itu memotivasi klub Anda."

    "Menetapkan standar tinggi itu berisiko, karena Anda bisa gagal, tetapi melakukan hal itu memungkinkan Anda tumbuh lebih dari kemungkinan yang ada jika Anda tetap [memiliki standar] rendah."

  • Roberto De Zerbi Brighton Fulham 22-23Getty Images

    Kembali ke Serie A musim panas ini?...

    Maka, tidak mengherankan melihat ia meninggalkan Brighton di akhir musim. Tottenham dilaporkan tertarik padanya, namun kembali ke Italia juga bisa menjadi opsi yang menarik, mengingat mungkin akan ada beberapa lowongan di tim elite Serie A musim panas ini. De Zerbi tentu tidak akan kekurangan opsi tujuan.

    Kembali pada bulan September, ketika Souness menggambarkan pengangkatannya sebagai risiko, pelatih asal Skotlandia itu mengungkapkan bahwa ia melakukan sedikit "riset" pada para pendatang baru di Liga Primer. "Jika Anda mencarinya di Google, Anda akan melihat bahwa ia memiliki tujuh pekerjaan dalam sembilan tahun," katanya di TalkSPORT, implikasi negatifnya jelas. "Jika Anda seorang pelatih yang luar biasa, orang ingin mempertahankan Anda ..."

    Tapi kini, dengan reputasi mentereng yang dibangunnya dalam waktu singkat di Inggris, Roberto De Zerbi akan menjadi salah satu nama terpanas - dan paling dikenal - musim panas ini dan banyak klub akan mengantre untuk mendapatkan jasanya di masa depan.

0