Napoli scudetto HIC 16:9Getty

Napoli GAPAI KEABADIAN Dengan Perjalanan Istimewa Ke Tangga Juara! Victor Osimhen, Khvicha Kvaratskhelia & Luciano Spalletti Bikin Diego Maradona Bangga Usai Persembahkan Gelar Serie A

Sepuluh menit usai peluit panjang di Turin dan striker Napoli Giacomo Raspadori masih gemetar, menyadari luar biasa pentingnya kemenangan di masa injury atas Juventus. Tendangan volinya yang dieksekusi dengan istimewa tidak hanya mengakhiri paceklik gol selama enam bulan yang menyakitkan; aksinya secara efektif menyegel gelar Serie A. "Ini jadi periode sulit bagi saya dengan cedera," jelas Raspadori yang emosional pada 23 April lalu, "tetapi staf membantu saya melewatinya, dan skuad serta para penggemar selalu menunjukkan cinta mereka kepada saya."

Sementara itu, kapten Giovanni Di Lorenzo juga kesulitan mencerna situasi yang tampak terlalu indah untuk jadi nyata. Enam tahun lalu dia bermain di kasta ketiga sepakbola Italia. Sekarang, dia akan menjadi pemain Napoli pertama sejak "(Diego) Maradona sang legenda" yang mengangkat Scudetto. "Rasanya aneh," katanya kepada DAZN. "Tapi kami semua berusaha menikmati setiap momen dari perjalanan yang indah."

Para pemain pastinya menikmati penerbangan mereka kembali ke Naples. Mereka bernyanyi, menari, dan kemudian, pada Senin dini harinya, mereka disambut di Bandara Capodichino oleh ribuan pendukung yang larut dalam euforia, beberapa di antaranya naik vespa mereka untuk mengikuti bus tim sepanjang perjalanan kembali ke markas klub.

Striker bintang Victor Osimhen terus mengatakan hal yang sama berulang kali: "Gila, bung, gila!" Dan itu - seutuhnya, benar-benar kegilaan. Tapi di saat yang sama sama sekali tidak mengejutkan.

Pelatih Luciano Spalletti terus berusaha menekankan bahwa masih ada sedikit pembenahan yang mesti dilakukan untuk mengejar gelar, tetapi tidak ada yang mampu meredam harapan dan ekspektasi bahwa Scudetto pertama Napoli dalam 33 tahun sudah di depan mata.

Pesta sudah lama dipersiapkan. Rival-rival Napoli di jalur juara telah 'terkubur'.

Sayang, setelahnya justru datang momen antiklimaks, Napoli ditahan di kandang oleh Salernitana hari Minggu (30/4) lalu. Padahal, kemenangan akan memstikan mereka mengunci gelar di depan fans mereka sendiri.

Osimhen menulis di Twitter setelah kemenangan Juve, "Dear Neapolitans, kalian telah menunggu cukup lama. Ini giliran kalian sekarang..."

Tapi kemudian mereka terpaksa menunggu sedikit lebih lama dan Osimhen - top skor sementara Serie A - merasa bertanggung jawab secara pribadi, setelah ia "dikolongin" Boulaye Dia sebelum penyerang Salernitana itu membungkam Stadio Diego Armando Maradona.

Osimhen tampak amat kecewa, tetapi penundaan itu terasa pas. Simbol dari perjuangan Osimhen sendiri, Spalletti, dan Napoli.

Selain itu, kekecewaan pada Minggu lalu bikin gol Osimhen yang menentukan Scudetto di kandang Udinese, Kamis (4/5) malam, terasa kian manis.

  • Andrea Carnevale interviewUdinese Calcio

    'Kalian tak tahu apa yang kalian lewatkan!'

    Tepat pukul 22:37 waktu setempat pada Kamis, 4 Mei, pesta resmi dimulai setelah Osimhen memastikan Napoli bermain imbang 1-1 di Dacia Arena yang secara tidak mengejutkan dipenuhi oleh Neapolitans. Fans melepaskan bom asap biru ketika pemain Nigeria itu mencetak gol yang mengamankan titel Scudetto. Topeng Osimhen bahkan rusak dalam selebrasi gila menyusul momen spesial tersebut.

    Sementara itu Naples, kota yang terletak di kaki gunung Vesuvius, meledak dalam kegembiraan. Perayaan akan menjadi liar dan bisa berlangsung berhari-hari, bahkan mungkin berminggu-minggu. Ini dipahami betul oleh Andrea Carnevale.

    "Saya tahu bahwa pesta itu akan menjadi sesuatu yang luar biasa karena saya mengalami sendiri dua di antaranya," kata mantan striker Napoli itu kepada GOAL. "Saya memiliki begitu banyak kenangan luar biasa dari tahun 1987 dan 1990, tetapi saya harus mengatakan, Scudetto pertama adalah sesuatu yang sangat indah."

    Pesta juara saat itu memicu "kekacauan" di Naples. Jalanan dipenuhi orang-orang yang mengenakan wig Maradona. Lalu lintas terhenti. Orang-orang menari dengan gembira di atap bus yang diblokir, sementara pemakaman palsu diadakan untuk meledek rival yang sangat dibenci Napoli, Juventus.

    Perayaan berlangsung begitu lama sampai-sampai rekaman VHS dari pesta tersebut didistribusikan di antara orang-orang yang bersuka cita bahkan sebelum kemeriahan itu sendiri selesai.

    Ketika semuanya berakhir, seseorang menulis di dinding pemakaman Poggioreale, "Kalian (orang-orang yang telah berpulang sebelum Napoli juara) tidak tahu apa yang kalian lewatkan!" Sebuah balasan datang keesokan paginya, "Siapa bilang kami melewatkannya?!"

    Mata Carnevale berbinar-binar saat mengenang kembali kedua gelar itu. "Saya merasa seperti menjadi bagian kecil dari sejarah Napoli," kata sosok yang kini jadi kepala pencari bakat Udinese itu, dan dia tidak keliru. Carnevale berperan penting dalam kemenangan bersejarah Napoli pada 1986/87, selalu mencetak gol dalam delapan pertandingan terakhir musim itu.

    "Bahkan sekarang, setelah lebih dari 30 tahun, ketika saya pergi ke Napoli untuk melakukan wawancara dan hal lainnya, saya selalu merasa terhormat," ungkapnya. "Bagi mereka, saya masih menjadi salah satu pahlawan Scudetto pertama Napoli."

    "Dan saya juga masih mencintai Napoli. Saya jelas sangat mengagumi klub ini, tetapi juga orang-orang Naples. Mereka pantas mendapatkan Scudetto ini sama seperti Spalletti, sama seperti timnya.

    "Dan saya akan memberi tahu Anda satu hal, dalam peran saya sebagai pencari bakat saat ini, jika saya bisa menyarankan pemain-pemain saya untuk memilih satu tim berikut setelah Udinese, saya selalu mengatakan Napoli, karena orang-orang Neapolitan penuh syukur dan murah hati. Mereka melakukan segalanya untuk Anda. Saya tidak pernah membeli apa pun di sana, termasuk kopi! Saya menerima begitu banyak dari Naples dan orang-orangnya."

    "Jika Anda menang bersama Napoli, Anda selamanya berada di hati orang-orang Neapolitan."

  • Iklan
  • Diego Maradona NapoliGetty Images

    'Maradona Dewa Sepakbola'

    Jelas bahwa gelar juara tahun 1987 akan selalu punya tempat tersendiri, bahkan bisa dibilang memiliki status mistis, karena itu adalah yang pertama bagi Napoli dan berkaitan dengan satu nama: Maradona.

    "Dia adalah dewa sepakbola," kata Carnevale, masih terpesona oleh kegeniusan mantan rekan setimnya. "Dia unik. Dia akan selamanya menjadi pemain terhebat dalam sejarah. Tidak ada yang sepertinya."

    "Saya melihat Pele, [Johan] Cruyff, [Michel] Platini dan sekarang [Lionel] Messi - semua pemain luar biasa - tetapi Maradona berada di level lain, saya bersumpah kepada Anda."

    "Dia juga manusia yang luar biasa. Dengan dia, saya memiliki hubungan istimewa. Kami adalah teman sekamar, kami pergi bersama istri kami, juga ke disko bersama!"

    "Dia anak yang hebat, dan juga murah hati. Dia memberikan segalanya untuk Anda. Soal memperlakukan teman-temannya, Maradona tiada duanya. Semua orang mencintainya."

    Tentu akan sulit untuk menandingi popularitas Maradona di Naples. Kita berbicara tentang ikon sejati. Di kota yang sangat religius, seorang turis kemungkinan besar akan menemukan gambar Maradona sebagai Madonna. San Diego diperlakukan dengan penghormatan yang sama seperti San Gennaro.

    Ratusan peziarah berduyun-duyun ke Cattedrale di Santa Maria Assunta setiap hari untuk melihat ampul yang konon berisi darah santo pelindung Naples. Namun, staf di Bar Nilo yang terletak di dekat situ mengklaim bahwa banyak juga turis yang datang untuk melihat kuil mereka untuk Maradona.

    Saking banyaknya, pada satu titik, sampai menjadi sulit bagi pelanggan untuk mencapai konter karena semua turis mengambil foto. Jadi, sekarang ini, para pengunjung setidaknya harus membeli kopi sebelum mengambil foto. Tapi nilanya sepadan. Bukan hanya karena rasa kopinya yang sangat enak (ini Napoli, bung!); kuilnya pun sangat memesona.

    Di bagian atas altar, ada air mata berputar yang mewakili semua air mata yang telah ditumpahkan oleh Neapolitans sejak kepergian Maradona pada tahun 1991. Sebuah gambar 'Santo Diego' dapat ditemukan di bawah dan diposisikan tepat di atas patung Paus. Sebuah gambar Maradona dengan kaus Napoli-nya mendapat tempat istimewa di tengah-tengah kuil, tetapi bagian paling spesial terletak di bawahnya.

    'Rambut ajaib Diego Armando Maradona' terbungkus dalam kotak kaca kecil di dasar miniatur kuil ini. Pemilik Cafe Nilo, Bruno Alcidi, mengklaim mengumpulkan sampel rambut tersebut saat ia terbang dalam satu pesawat dengan tim Napoli setelah pertandingan di Milan pada 11 Februari 1990.

    Dia bilang dia melihat helai-helai rambut di kursi kosong Maradona ketika dia lewat untuk turun dari pesawat dan, seketika dapat inspirasi dan berimprovisasi, ia memasukkannya ke dalam kotak kosong rokok Marlboro untuk disimpan dengan aman sampai dia dapat menemukan tempat yang lebih pas untuk benda yang setara trofi berharga itu.

    Apakah rambut yang kini dipajang di Cafe Nilo itu asli? Menurut salah satu anggota staf yang tak ingin namanya disebutkan, itu cuma replika - rambut 'asli' tampaknya ada di rumah keluarga Alcidi - tetapi, sebenarnya itu tidak terlalu penting. Yang penting adalah apa yang diwakilinya; apa yang diwakili Maradona, baik dari perspektif olahraga maupun budaya.

  • Napoli's Italian coach Luciano SpallettiGetty Images

    'Saya belum pernah bepergian di kelas satu'

    Pernyataan Fabio Cannavaro benar adanya ketika ia mengatakan bahwa gelar juara ketiga Napoli sangat berbeda dengan dua trofi sebelumnya.

    Skuad yang menaklukkan Italia pada 1987 dan 1990 dihuni banyak pemain bagus, termasuk di antaranya Carnevale, tetapi Maradona adalah simbol tak terbantahkan dalam tim tersebut.

    "Di sisi lain, Scudetto ini memiliki banyak wajah," kata Cannavaro kepada La Gazzetta dello Sport awal pekan ini, "dan kredit terbesar kali ini layak diberikan untuk pelatih."

    Jalan Spalletti menuju kesuksesan merebut Scudetto sama sekali tidak mudah. Dia membawa Empoli dari Serie C ke Serie A, mengantar Udinese menembus Liga Champions, dan bahkan menginspirasi Sir Alex Ferguson dengan sistem tanpa striker yang diaplikasikannya di Roma.

    Namun, ia tidak mampu menjuarai liga dalam dua periode kepelatihannya di Stadio Olimpico, sementara masa baktinya di Inter Milan antara 2017 dan 2019 berakhir tanpa trofi.

    Secara total, dia membutuhkan 553 pertandingan untuk mencapai puncak Serie A - tidak ada pelatih juara yang harus menunggu begitu lama untuk menyabet Scudetto pertama mereka dan, pada usia 64 tahun, dia adalah allenatore tertua yang jadi kampiun.

    "Saya belum bepergian di kelas satu sambil melihat keluar jendela," katanya tentang karier kepelatihannya, "melainkan dengan menumpang! "Jadi, Scudetto ini... membayar semua pengorbanan yang telah Anda lakukan bertahun-tahun."

    "Tentu saja, sangat memuaskan berada di sini. Saya sering diejek karena memakai sepatu bola di pinggir lapangan, tapi saya ingat ketika saya sangat menginginkan sepatu itu dan tidak mampu membelinya. Saya ingat sekali."

    Maka dari itu, Spalletti, meskipun berasal dari Tuscany, adalah pelatih yang sempurna untuk Napoli, sebuah klub yang telah menderita karena berbagai masalah keuangan selama bertahun-tahun, bahkan sempat bangkrut pada 2004 sebelum didirikan kembali - dan dibangkitkan - oleh Aurelio De Laurentiis. Napoli, seperti Spalletti, harus menempuh jalan panjang untuk merengkuh kesuksesan.

    Tapi ikatan mereka jauh melampaui perasaan senasib sependeritaan; ada pula filosofi sepakbola Spalletti.

    De Laurentiis awalnya sebenarnya mendekati Massimiliano Allegri untuk mengambil alih tongkat kepelatihan Napoli pada 2021 dan alasannya mudah dipahami: Allegri adalah langganan juara. Namun soal gaya bermain, dia akan menjadi bencana bagi Napoli. Seperti berkali-kali ditegaskan Spalletti, dia telah lama menganut gaya permainan ofensif, namun dia merasakan adanya kewajiban yang kuat untuk tampil menghibur di rumah spiritual Maradona.

    Dia juga mengakui bahwa penggemar Napoli terbiasa menonton sepakbola atraktif selama Maurizio Sarri bertugas antara 2015 dan 2018.

    "Tiap kali ada kesempatan, saya akan selalu memilih untuk menonton Napoli asuhan Sarri - dan menikmati keindahan tim itu," ucap Spalletti. "Tim Napoli saat ini mencari identitas dan keindahannya sendiri."

    Mereka menemukan keduanya. Yang lebih penting lagi, tim ini juga menemukan formula kemenangan, dan berhasil mengatasi semua rintangan.

  • Luciano Spalletti NapoliGetty

    'Napoli baru sedang lahir'

    Gol kemenangan Raspadori di injury time melawan Juventus terasa seperti sejarah yang terulang kembali. Lima tahun lalu, Napoli juga mencetak gol telat di Turin untuk memangkas gap jadi satu poin dari Juve yang saat itu memuncaki klasemen dengan empat laga tersisa.

    Pendukung Napoli tidak kuasa menahan diri. Dalam adegan yang sangat mirip dengan apa yang terjadi setelah kemenangan akhir pekan lalu di tempat yang sama, 10.000 pendukung hadir di bandara untuk menyambut pulang pasukan Sarri. Namun pada akhirnya mereka harus rela diejek habis-habisan karena luapan kebahagiaan berlebihan tersebut. Pasalnya, pada laga berikut Napoli justru kalah telak 3-0 di Fiorentina sebelum kemudian ditahan imbang Torino 2-2 di kandang, hasil yang praktis menghadiahkan gelar juara untuk Juventus.

    Naples dan orang-orangnya yang sangat percaya takhayul merasa terkutuk. Faktanya, terlepas dari performa dominan mereka sepanjang Serie A musim ini - tidak ada tim kampiun Italia yang memastikan gelar dengan sisa lebih dari lima laga - penggemar Napoli sempat cukup lama menolak menyebut kata Scudetto lantaran takut membawa sial.

    Tapi, saat satu demi satu rival mereka terjatuh, pada Februari menjadi tampak jelas bahwa skuad Spalletti bakal tak terkejar - sebuah titik balik yang sangat mencengangkan mengingat kampanye Napoli diawali kekisruhan, dengan para penggemar marah atas kepergian begitu banyak pemain penting.

    Mantan kapten Lorenzo Insigne, pencetak gol terbanyak sepanjang masa Dries Mertens, striker Arkadiusz Milik, kiper David Ospina, dan bek Faouzi Ghoulam semuanya hengkang dengan status bebas transfer; Fabian Ruiz dicomot Paris Saint-Germain; dan, yang paling menyedihkan, kapten klub Kalidou Koulibaly dilego ke Chelsea.

    Spalletti sulit disalahkan. Secara terbuka dia mengaku prihatin dengan hilangnya begitu banyak pemimpin, dan kepergian Koulibaly sangat memukulnya. Dia mengagumi bek tengah asal Senegal itu bukan hanya sebagai pemain, tapi juga sebagai pribadi, dan bahkan mengancam akan mengikat dirinya ke gerbang stadion untuk mencegah kepergian Koulibaly.

    Namun, ketika Spalletti naik panggung di acara publik di kamp pelatihan pramusim Napoli di Dimaro, dia dicemooh oleh beberapa penonton dan tampak sangat kesal oleh seorang suporter yang murka.

    ""Beberapa pemain telah pergi dan mereka membawa banyak hal bersama mereka, pemain seperti Ospina, Ghoulam, Koulibaly, Mertens, Insigne, jadi mereka membawa pergi banyak hal," buka Spalletti.

    "Yang lain... diam! Pemain-pemain lain telah datang dan membawa semangat baru, lebih banyak lagi akan datang dan membawa lebih banyak semangat. Tolong, ada yang bisa membungkam orang itu?!"

    "Ini sepakbola. Ini sepakbola, tapi yang tidak bisa kami hilangkan adalah dukungan dan semangat kalian, karena itu tidak tergantikan dan tidak bisa dibeli. Jadi, mari tetap bersatu dan Forza Napoli!"

    Tapi, banyak penggemar yang kadung kecewa merasa khawatir finis di empat besar pun berada di luar jangkauan Napoli. Mereka mengantisipasi sebuah musim transisi. Namun, kapten baru Di Lorenzo bersikeras bahwa dia dan rekan-rekan timnya bisa membuktikan bahwa para peragu itu salah.

    "Napoli baru sedang lahir," katanya dalam sebuah wawancara dengan Il Roma. "Memang benar kami kehilangan beberapa pemain kuat, tapi banyak juga pemain bagus yang datang."

    Luar biasa, betapa tepatnya pernyataan itu sekarang.

  • Kvaratskhelia NapoliGetty Images

    Dari tak dikenal jadi superstar

    Wajah-wajah tenar digantikan oleh nama-nama tak dikenal musim panas lalu, tapi alih-alih melemah menyusul kepergian sedikitnya tiga legenda klub, kekuatan Napoli justru bertambah berkat beberapa transfer sangat cerdas.

    Andre-Frank Zambo Anguissa, rekrutan €15 juta dari Fulham, telah membuktikan diri sebagai mesin pencetak gol, sementara Giovanni Simeone, putra pelatih Atletico Madrid Diego, mencatat rasio gol terbaik di antara seluruh pemain yang mengumpulkan minimal 500 menit bermain di Serie A musim ini meski sempat terganggu cedera.

    Sementara itu, mantan bek tengah Fenerbahce Kim Min-jae sekarang dikait-kaitkan dengan Manchester United dan Manchester City setelah melakukan sesuatu yang tidak terpikirkan musim panas lalu: sukses menggantikan Koulibaly.

    Namun, direktur olahraga Napoli Cristiano Giuntoli melakukan satu langkah yang lebih brilian lagi dengan merekrut Khvicha Kvaratskhelia dari Dinamo Batumi hanya dengan biaya €10 juta.

    Tak seorang pun di Naples tahu soal pemain ini; apalagi cara pengucapan namanya. Namun belakangan ini, dia hanya dikenal sebagai 'Kvaradona'.

    Asal mula julukan itu sepele, hanya karena lebih mudah diucapkan. Seperti yang dikatakan Cannavaro, membandingkan siapa pun secara serius dengan Maradona adalah tabu di Naples, tetapi kontribusi pemain sayap Georgia itu nyatanya sangat besar setelah mencetak 12 gol dan 10 assist di Serie A.

    Awal bulan ini, hampir empat dekade setelah anak-anak di seluruh Naples diberi nama 'Diego', satu pasangan lokal menamai anak mereka Daniele Khvicha sebagai penghormatan kepada si raja dribel baru di kota itu.

    Wajah Kvaratskhelia juga muncul di sejumlah mural baru, biasanya di samping bintang elite lain dalam tim Spalletti: Osimhen.

    Pemain Nigeria inilah yang bisa dibilang paling mewakili bakat dan kegigilan Napoli baru. Dia tiba dari Lille tiga tahun lalu, tetapi seperti banyak pemain di sekitarnya - sebut saja Mario Rui, Amir Rrahmani, dan Stanislav Lobotka - telah meningkatkan permainannya ke level lain musim ini.

    Namun, sekali lagi, ikatan yang Osimhen bentuk dengan para penggemar lebih dari sekadar sepakbola. Fans tetap setia mendukung Osimhen, pemecah rekor pembelian termahal klub, meski mengalami awal karier yang sulit di Serie A karena memandangnya sebagai salah satu dari mereka.

    Osimhen pernah berkata, "Sebagian dari hidup saya diwarnai perjuangan untuk bertahan hidup", jadi kota yang telah lama dirusak oleh ketidaksetaraan sosial-ekonomi akan selalu merangkul seorang anak mengikuti impiannya yang "berawal dari daerah kumuh" - persis seperti yang terjadi dengan Maradona 39 tahun lalu.

  • Victor Osimhen Khvicha Kvaratskhelia Napoli Champions League 2022-2023Getty Images

    'Diego akan mencintai Napoli ini'

    Awal musim ini, saat Napoli bertandang ke Amsterdam, markas 'Total Football', dan melumat tuan rumah Ajax 6-1, Spalletti mengatakan "bahkan Maradona pun akan bangga dengan kami malam ini". Dan Carnevale sepenuhnya sepakat.

    "Bahkan sekarang, dua tahun berlalu, saya masih tidak percaya apa yang terjadi (kematian Maradona)..." kata mantan pemain timnas Italia itu sambil menghela napas perlahan. "Tapi saya tahu bahwa Diego akan mencintai Napoli ini."

    Jika masih hidup, Maradona pastinya juga akan sangat menikmati selebrasi Scudetto ini; sayang sekali dia melewatkanya. "Tapi siapa bilang dia melewatkannya?!" Carnevale berseloroh, tersenyum lebar. Dan dia ada benarnya.

    Kini, lebih dari sebelumnya, gambar Maradona ada di mana-mana, kehadirannya dirasakan oleh setiap warga Naples, dan dari sekian pesta yang berlangsung di seluruh kota, satu di antaranya digelar di stadion yang sekarang menyandang namanya. "Sudah saya katakan," kata Carnevale, "jika Anda raih kemenangan di Naples, Anda akan hidup di hati orang-orang Neapolitan selamanya."

    Dalam hal ini, berarti Osimhen, Kvaratskhelia, dan seluruh anggota skuad asuhan Spalletti lainnya baru saja menggapai keabadian.