Periode internasional kemarin dimulai Romeny dengan penerbangan panjang dari London ke Australia. “Beruntung, saya bersama rekan setim saya, Marselino Ferdinan, teman baik saya di Oxford United. Rasanya dia sudah seperti adik saya sendiri. Seorang anak laki-laki dari Jakarta, Marselino adalah bintang muda Indonesia. Bersama dengan bek Rizky Ridho, dia tahu bagaimana agar dirinya tetap menonjol dalam tim di antara pemain-pemain Eropa lainnya,” puji Romeny tentang Marselino.
Bersama Maarten Paes, Ragnar Oratmangoen, dan Calvin Verdonk, Romeny bertemu dengan beberapa wajah yang sudah tidak asing lagi. Di antara mereka, para pemain timnas Indonesia itu kebanyakan berbicara dalam bahasa Inggris.
“Itulah yang kami sepakati bersama. Sebagai orang Belanda, kami ingin menunjukkan rasa hormat. Untuk itu, saya juga ingin mengetahui lagu kebangsaan Indonesia dengan baik dan mempelajari bahasanya,” tuturnya.
Romeny menjalani debut di Sydney dengan nomor punggung 10, meski Indonesia kalah 5-1 dari Australia. Namun, Romeny mencetak satu gol dalam laga itu. “Rasanya senang, tapi hasilnya mengecewakan. Tapi fokus langsung beralih ke Bahrain.”
Lima hari kemudian, Romeny mencetak gol kemenangan ke gawang Bahrain di Stadion Gelora Bung Karno yang penuh sesak. “Magis. Suasana di stadion itu luar biasa. Suaranya begitu keras, saya belum pernah merasakan kebisingan seperti itu. Semuanya seperti bergetar.”
Romeny merayakan golnya dengan selebrasi bermakna. “Saya ingin menyampaikan pesan positif. Tetap angkat kepala, bahkan di saat sulit. Jangan pernah menyerah.”
Kini Romeny punya 1,6 juta pengikut di Instagram, tapi masih mengelola akunnya sendiri. “Saya ingin tetap mengatur semuanya sendiri. Tapi saya bisa memakai platform ini untuk menginspirasi anak-anak Indonesia.”
Apa target tertinggi Romeny bersama Indonesia? “Mimpi saya adalah membawa Indonesia ke Piala Dunia. Kami bisa membuat banyak orang bahagia jika itu terwujud. Itu adalah tujuan yang bisa dicapai, semuanya mungkin.”