Lamine Yamal Lionel Messi Barcelona 2025Getty/GOAL

"Saya Tidak Mau Jadi Lionel Messi & Messi Tahu Saya Tidak Mau Menjadi Dirinya" - Wonderkid Barcelona Lamine Yamal Tegas Ingin Tulis Kisahnya Sendiri

  • Yamal ikuti jejak Messi

    Lamine Yamal menembus tim senior Barcelona pada usia baru 15 tahun, setelah Barca tak lagi bisa menahan bakatnya yang sensasional itu. Sejak saat itu, remaja yang kini sudah berusia 18 tahun tersebut telah memecahkan berbagai rekor, dan menjadi juara La Liga serta juara Euro bersama timnas Spanyol.

    Ia juga memenangkan Kopa Trophy dan Golden Boy, serta finis sebagai runner-up Ballon d’Or 2025. Banyak yang meyakini cepat atau lambat ia akan memenangkan Ballon d’Or pertamanya dan mulai mengejar koleksi koleksi Lionel Messi yang mencapai delapan bola emas.

  • Iklan
  • Lamine Yamal Lionel Messi Barcelona No.10Getty/GOAL

    Yamal terinspirasi Messi, tapi tak ingin menirunya

    Meski sangat mengagumi Messi, Yamal menegaskan ia tidak ingin menjadi tiruan sang legenda. Kepada CBS, ia berkata: “Menurut saya Lionel Messi adalah pesepakbola terbaik sepanjang masa, tapi dia juga tahu saya pemain yang bagus. Akan selalu ada rasa saling hormat jika kami saling berhadapan. Dia tahu saya tidak berusaha menjadi dirinya, bermain seperti dia, atau memakai nomor 10 sepertinya. Saya ingin mengikuti jalan saya sendiri.”

    Walau tak ingin meniru Messi, Yamal mengakui bahwa sebagai anak-anak ia mempelajari permainan top skor sepanjang masa Barcelona dan pemain paling berprestasi dalam sejarah sepakbola itu. Yamal menambahkan: “Saya dulu biasa mempelajari umpan-umpan Messi. Banyak pemain mengoper bola dengan baik, tapi umpan Messi rasanya sudah seperti gol. Saya selalu merasa mengoper lebih menarik daripada menggiring bola, rasanya lebih cerdas. Aneh, karena dulu saya bukan dribbler. Waktu masih anak-anak saya tak terlalu suka menggiring bola. Saya lebih suka mencetak gol dan banyak berlari.”

  • Apa ambisi Yamal?

    Kini Yamal dikenal sebagai pemain yang mampu menggocek dan melewati bek lawan dengan mudah, mirip Messi. Masa depannya tampak cerah, tetapi ia menolak larut dalam ketenarannya sendiri.

    Ia melanjutkan: “Saya tidak punya ekspektasi apa pun. Saya hanya memikirkan bermain sepakbola, bukan menetapkan ekspektasi. Menurut saya ekspektasi bisa berbahaya; kalau terpenuhi, Anda bisa merasa tidak ada tujuan lagi, kalau tidak terpenuhi, bisa bikin frustrasi."

    "Bermain sepakbola adalah satu-satunya hal yang membuat saya melupakan segalanya. Saya bisa saja sedang dilanda masalah besar, tapi kalau ada pertandingan, hanya itu yang saya pikirkan.”

    Meski banyak rekor yang menantinya di masa depan, Yamal mengaku tidak terobsesi dengan pencapaian pribadi: “Tujuan saya bukan memecahkan semua rekor, mencetak sejuta gol, atau bermain sejuta pertandingan. Saya atlet yang ingin menikmati dirinya sendiri. Saya berharap anak-anak ingin menjadi seperti saya. Pada akhirnya, tujuan sepakbola adalah membuat orang terhibur dan memberi sedikit pertunjukan.”

  • Lamine Yamal Barcelona 2025-26Getty

    Mentalitas elit: cara Yamal memandang sepakbola

    Aksi-aksi Yamal terus membuat para penonton berdiri dari kursi mereka. DNA permainannya jelas memiliki kemiripan dengan Messi. Dua-duanya suka berlari menghadapi lawan, tanpa rasa takut untuk mencoba hal besar.

    Soal mentalitasnya di lapangan, Yamal berkata: “Kalau melihat ada tiga pemain di hadapan saya, saya akan mencoba melewati mereka. Saya punya rasa percaya diri besar, itulah gaya bermain saya. Kalau pun mereka merebut bola, ya sudah. Saya akan menjadi pemain yang sangat berbeda jika saya berhenti setiap kali melihat dua atau tiga pemain.”

    Dengan tujuh gol dan tujuh assist dari 14 pertandingan musim ini, Yamal berperan penting membawa Barcelona memuncaki La Liga, unggul satu poin dari Real Madrid. Ia juga mulai menghitung hari menuju ambisi besar berikutnya, yakni membantu Spanyol juara di Piala Dunia 2026.