EPL Relegation Battles GFXGetty/GOAL

Kelolosan Luar Biasa Everton, Aksi Penyelamatan Carlos Tevez & Pertarungan Degradasi Terbaik Di Hari Terakhir Liga Primer Inggris

Everton, Leicester, atau Leeds? Hanya satu dari tiga klub tersebut yang akan bermain di Liga Primer musim depan, dan para penggemar ketiga klub itu akan dibuat sangat tertekan pada Minggu (28/5) malam WIB, saat pertarungan degradasi musim ini mendekati akhir yang dramatis.

Saat ini, Everton adalah tim yang memiliki nasib mereka sendiri. Kalahkan Bournemouth di Goodison Park dan The Toffees akan aman. Jika mereka gagal melakukannya, dan baik Leicester, yang menjamu West Ham, atau Leeds, yang menghadapi Tottenham di Elland Road, akan memiliki kesempatan untuk mengambil keuntungan.

Pertandingan ini akan menjadi sebuah pertandingan yang mendebarkan dan penuh ketegangan, seperti yang telah kita lihat sebelumnya dalam sejarah Liga Primer. Di sini, GOAL melihat beberapa pertarungan di hari terakhir degradasi yang paling berkesan selama bertahun-tahun...

  • Gunnar Halle Oldham 1993Getty

    1993 - Epik Oldham

    Rasanya luar biasa untuk berpikir, mengingat posisi mereka sekarang di Liga Nasional, bahwa Oldham adalah anggota pendiri Liga Primer pada 1992. Dan, tim asuhan Joe Royle itu juga berhasil mengamankan musim kedua di divisi utama, dengan meraih kemenangan 4-3 atas Southampton di Boundary Park di hari terakhir musim perdana.

    Oldham sebenarnya harus memenangkan masing-masing dari tiga pertandingan terakhir mereka, termasuk duel lawan Liverpool dan Aston Villa yang sedang mengejar gelar juara, untuk mengamankan kelangsungan hidup. Mereka berhasil melakukannya, memastikan bahwa Crystal Palace, yang kalah di Arsenal di hari terakhir, terdegradasi.

  • Iklan
  • Everton Wimbledon 1994Getty

    1994 - Kelolosan Besar Everton

    Hanya mencetak tiga gol untuk Everton, namun Barry Horne akan selamanya mendapat tempat dalam sejarah Goodison Park. Begitu juga dengan Graham Stuart, yang dua golnya di kedua sisi dari tendangan keras Horne dari jarak 35 yard, mengamankan kelangsungan hidup The Toffees di Liga Primer di salah satu hari terakhir yang paling menegangkan dalam sejarah sepakbola Inggris.

    Everton harus mengalahkan Wimbledon di Goodison untuk memiliki kesempatan bertahan, pada hari ketika tidak kurang dari empat tim berada dalam bahaya. Saat The Blues tertinggal 2-0 di babak pertama, pertandingan terlihat akan berakhir.

    Namun, Stuart mengonversi sebuah tendangan penalti yang kontroversial sebelum Horne melepaskan tendangan keras untuk menyamakan kedudukan. Meski begitu, Everton terus tertinggal hingga kiper Wimbledon, Hans Segers, melakukan penyelamatan atas tendangan rendah Stuart, sembilan menit sebelum pertandingan berakhir, untuk memastikan kelolosan mereka.

    Sebaliknya, Sheffield United, yang pada satu titik di hari itu sempat berada di peringkat ke-15 di klasemen, namun harus menelan kekalahan di menit-menit akhir dari Chelsea. Butuh waktu 12 tahun sebelum The Blades kembali.

  • Juninho Middlesbrough 1997Getty

    1997 - Air mata Juninho

    Sungguh musim aneh yang dialami Middlesbrough pada 1996/97. Mereka mencapai final Piala Liga dan Piala FA, membuat para pendukung netral senang dengan pemain-pemain seperti Juninho, Emerson, dan Fabrizio Ravanelli, namun mereka harus terdegradasi di hari terakhir musim itu.

    Gambar ikoniknya adalah playmaker asal Brasil, Juninho, yang menangis di atas lapangan di Elland Road setelah pertandingan terakhir di mana hasil imbang Boro dengan Leeds, ditambah dengan kemenangan mengejutkan dari Coventry di Tottenham, membuat para pendukung The Teesiders terdegradasi.

    Namun, keputusan telah dibuat pada Desember, ketika Middlesbrough gagal memenuhi pertandingan liga di Blackburn, dengan alasan wabah penyakit di dalam tim. Pengurangan tiga poin yang kemudian diberlakukan oleh Liga Primer sangat merugikan mereka. Seandainya mereka memainkan laga lawan Blackburn, bahkan dengan tim muda, Boro akan selamat dengan satu poin.

  • Gareth Farrelly Everton 1998Getty

    1998 - Kelolosan Besar Everton: Bagian II

    Goodison, tidak diragukan lagi, akan bergemuruh pada Minggu, namun harus ada yang lebih baik dari atmosfer pada Mei 1998, ketika momen terbaik Gareth Farrelly dengan kostum biru memastikan kelolosan besar lainnya di hari terakhir.

    Everton, yang menghadapi Coventry, harus dapat memperbaiki hasil dari Bolton, yang sedang bertandang ke Chelsea, untuk dapat bertahan. Gol awal dari Farrelly membawa mereka ke jalur kemenangan, dan ketika Gianluca Vialli di menit akhir membawa Chelsea unggul di Stamford Bridge, semuanya terlihat baik-baik saja.

    Namun, Nick Barmby gagal mengeksekusi tendangan penalti di Goodison dan kemudian, yang membuat para pendukung tuan rumah merasa ngeri, Dion Dublin mencetak gol penyeimbang. Jika Bolton berhasil mencetak gol, Everton akan kalah.

    Mereka tidak melakukannya, meskipun para fans Chelsea secara ironis mendukung mereka. Jody Morris membunuh pertandingan di waktu tambahan di Bridge, dan Everton selamat, dengan susah payah.

  • David Wetherall Bradford 2000Getty

    2000 - Wetherall memenangkan untuk Bradford

    Dua tahun Bradford bertahan di divisi utama antara 1999 dan 2001 pada akhirnya akan menjadi sebuah pelajaran tentang bagaimana cara membuang-buang uang dalam sepakbola. Namun, para penggemar The Bantams, setidaknya, memiliki sore yang luar biasa ini untuk menunjukkan petualangan mereka di Liga Primer.

    Harus mengalahkan Liverpool di Valley Parade, dan pada saat yang sama berharap Wimbledon tidak mengalahkan Southampton, Bradford unggul lebih dulu saat David Wetherall menyundul bola melewati Sander Westerveld.

    Dengan kekalahan Wimbledon di The Dell, tim asuhan Paul Jewell itu bertahan di Yorkshire, peluit akhir pertandingan memicu invasi lapangan yang tak terlupakan dan, setelah itu, membuat kepala pundak pundit Sky Sports, Rodney Marsh, yang tidak memberikan Bradford kesempatan untuk bertahan di awal musim.

  • West Ham 2003Getty

    2003 - The Hammers jatuh

    Cukup wajar untuk bertanya-tanya apakah Leicester, dengan kualitas pemain yang mereka miliki, akan menjadi tim terbaik yang mengalami degradasi dari Liga Primer.

    West Ham pada 2003 mungkin akan mendekati. Ini adalah tim yang diperkuat Paolo Di Canio, Joe Cole, Michael Carrick, Glen Johnson, dan Jermain Defoe, namun di hari terakhir mereka mengetahui bahwa kemenangan di Birmingham mungkin tidak akan cukup untuk memastikan kelangsungan hidup mereka, di mana Bolton harus mengalahkan Middlesbrough untuk membuat The Hammers terdegradasi.

    West Ham tetap bermain imbang, dengan Bolton menang 2-1 di Reebok Stadium. Pada saat musim berikutnya bergulir, hampir semua bintang West Ham telah pindah.

  • West Brom 2004-05Getty

    2005 - Minggu Bertahan Hidup

    Satu-satunya waktu dalam sejarah Liga Primer di mana tidak ada satu pun tempat degradasi yang diputuskan sebelum hari terakhir musim. Empat tim memasuki 'Survival Sunday' dalam bahaya, dengan West Brom berada di posisi terbawah, di belakang Southampton, Crystal Palace, dan Norwich.

    The Baggies berada di dasar klasemen hampir sepanjang musim - mereka hanya memiliki sepuluh poin saat Natal - namun mereka tahu bahwa sebuah kemenangan atas Portsmouth di The Hawthorns akan memberikan mereka kesempatan untuk bertahan.

    Mereka berhasil menang, 2-0, dan di hari yang luar biasa di mana keempat tim sempat berada di posisi ke-17, kekalahan Norwich di Fulham dan Southampton di kandang Manchester United, ditambah hasil imbang Palace di Charlton, membuat anak asuh Bryan Robson itu melakukan hal yang luar biasa. 34 poin mereka masih merupakan jumlah poin terendah untuk bertahan dalam sejarah Liga Primer, meskipun hal itu dapat dilampaui pada Minggu.

  • Carlos Tevez West Ham 2007Getty

    2007 - Tevez Selamatkan West Ham

    West Ham terjatuh di hari terakhir pada 2003, namun mereka akan selamat dengan cara yang dramatis empat tahun kemudian, saat gol Carlos Tevez di Old Trafford memastikan keselamatan The Hammers.

    Pemain asal Argentina itu merupakan tokoh sentral dalam kisah degradasi tahun itu, penampilannya menjadi kunci saat anak asuh Alan Curbishley selamat dari degradasi. Namun, apakah ia seharusnya diijinkan untuk bermain masih bisa diperdebatkan. West Ham telah melanggar peraturan Liga Primer terkait kepemilikan pihak ketiga untuk mendatangkannya dan rekan senegaranya, Javier Mascherano, dan didenda dengan jumlah yang sangat besar, yaitu £5.5 juta ($6.8 juta).

    Namun, yang terpenting, mereka terhindar dari hukuman penalti poin, yang berarti Sheffield United, yang kalah di kandang dari Wigan pada hari terakhir musim ini, terdegradasi karena kalah selisih gol. West Ham kemudian dipaksa untuk membayar kompensasi kepada The Blades atas kasus Tevez, yang diselesaikan di luar pengadilan hampir dua tahun kemudian.

  • Fulham 2007-08 Getty

    2008 - Fulham yang Fantastis

    Dari semua pekerjaan yang pernah dilakukan Roy Hodgson dalam kariernya, menyelamatkan Fulham dari degradasi pada 2008 harus menjadi salah satu yang terbaik. The Cottagers terlihat hancur ketika Hodgson tiba, namun memenangkan empat dari lima pertandingan terakhir mereka untuk menghindari degradasi.

    Yang terakhir adalah kemenangan 1-0 di Portsmouth di hari terakhir, di mana sundulan Danny Murphy menjadi penentu kemenangan, membuat Reading terdegradasi. Dua tahun kemudian, Fulham bermain di final Liga Europa dan Hodgson dibidik Liverpool.

  • Wigan Athletic 2010-11Getty

    2011 - Wigan selamatkan diri mereka sendiri

    Sebelum musim lalu, tim terakhir yang mampu bertahan setelah berada di tiga terbawah di awal hari terakhir adalah Wigan asuhan Roberto Martinez, 12 tahun yang lalu. Itu juga merupakan yang pertama, dan sejauh ini satu-satunya, di mana tidak kurang dari lima klub berada dalam bahaya degradasi di hari terakhir.

    Ternyata, kelima klub itu - Blackburn, Blackpool, Birmingham, Wolves, dan Wigan - menemukan diri mereka keluar masuk zona degradasi pada satu waktu, pada sore yang dramatis. Namun pada akhirnya, Blackpool dan Birmingham sudah jatuh, dengan sisanya bertahan dengan selisih tipis.

    Blackburn berhasil menyelesaikan tugas dengan mengalahkan Wolves 3-2 di Molineux, sedangkan Wigan asuhan Martinez membutuhkan gol sundulan di menit ke-78 dari Hugo Rodallega untuk mengalahkan Stoke, hasil yang membuat Blackpool, yang kalah dari Manchester United, dan Birmingham, yang dikalahkan Spurs, terdegradasi.

  • Owen Coyle Bolton 2012Getty

    2012 - Bolton hancur

    Kalian semua masih ingat hari terakhir musim 2011/12, bukan? Momen 'Aguerooooooooo!!!!!' dan sebagainya.

    Namun, terdapat sebuah sub-plot dari sore hari yang paling dramatis itu, dan hal tersebut melibatkan Queens Park Rangers, yang menjadi korban dari gol-gol di menit-menit akhir pertandingan yang dicetak Manchester City di Etihad.

    Tim asuhan Mark Hughes terancam degradasi jika mereka kalah dan Bolton menang di Stoke, jadi ketika Jamie Mackie mencetak gol sundulan untuk membawa The Londoners unggul di babak kedua atas City, selebrasi mereka dapat dimaklumi.

    Dengan Bolton memimpin 2-1 di Stoke, ketegangan mulai terasa hingga Jonathan Walters, mantan penyerang Bolton, mencetak gol penalti untuk menyamakan kedudukan. Tiba-tiba saja, QPR telah aman dan Bolton terpuruk. Siapa yang tahu jika hal itu membuat Rangers mengendurkan tuas gas di menit-menit akhir pertandingan, dan menyerahkan keunggulan mereka untuk kalah 3-2, namun City tidak akan peduli!



  • Raphinha Leeds 2022Getty

    2022 - Leeds menjadi gila

    Dengan Everton menyelamatkan diri dengan mengalahkan Crystal Palace di pertandingan kandang terakhir mereka, hari terakhir musim lalu merupakan pertarungan langsung untuk bertahan hidup antara Burnley dan Leeds, dengan Leeds keluar sebagai pemenang.

    Leeds sebenarnya memulai hari di tiga peringkat terbawah, namun ketika Raphinha membawa mereka unggul atas Brentford dengan sebuah tendangan penalti di babak kedua, mereka berhasil lolos. Dengan kekalahan Burnley di kandang dari Newcastle, hasil imbang sudah cukup bagi anak asuh Jesse Marsch, namun mereka goyah saat Sergi Canos menyamakan kedudukan untuk Brentford, 12 menit sebelum pertandingan berakhir.

    Kemudian, di detik-detik terakhir, Jack Harrison mencetak gol dari jarak 25 yard untuk membuat para pendukung The Whites bersorak. Perayaan tersebut, dengan Raphinha yang akan bergabung dengan Barcelona, akan selalu dikenang.