Massimiliano Allegri Juventus 2022-23 HIC 16:9Getty

Keberadaan Massimiliano Allegri Bisa Bikin Dusan Vlahovic, Federico Chiesa & Angel Di Maria Pergi

“Ini bukan kegagalan, melainkan langkah menuju kesuksesan,” kata superstar NBA Giannis Antetokounmpo pekan lalu dalam konferensi pers pascapertandingan yang luar biasa. “Selalu ada langkah-langkah untuk itu. Michael Jordan bermain 15 tahun, memenangkan enam kejuaraan. Sembilan tahun lainnya gagal? Itu yang Anda bilang kepada saya?”

“Itu pertanyaan yang salah, tidak ada kegagalan dalam olahraga. Ada hari-hari baik, buruk, beberapa hari Anda bisa sukses, beberapa hari tidak, beberapa hari giliran Anda, beberapa hari tidak. Itulah olahraga. Anda tidak selalu menang.”

Mengingat situasinya, itu menjadi pembelaan yang sangat rasional dan beralasan dari penggawa Milwaukee Bucks setelah mereka tersingkir pada putaran pertama babak play-off, penurunan paling perlahan yang pernah Anda lihat. Giannis berulang kali menyela dirinya sendiri untuk menjelaskannya jika ini bukanlah serangan pribadi terhadap jurnalis yang telah memicu tanggapan terhadap anggap seluruh musim Bucks berjalan buruk, hanya karena satu kekalahan dari Miami Heat.

Argumen pebasket asal Yunani ini juga memicu perdebatan yang lebih luas tentang definisi kesuksesan dan kegagalan, serta liputan media tentang dua 'pengecohan' tersebut.

Pelatih Juventus Massimiliano Allegri bahkan sedikit mengutip pernyataan Giannis dalam konferensi persnya menjelang pertandingan Serie A melawan Bologna. “Akan ada saat-saat ketika kami tidak menang, tapi kami perlu menciptakan kondisi untuk melakukannya,” katanya kepada wartawan. “Hanya satu tim yang menang, dan kami harus menjadi tim itu.”

Dia benar, karena sangat mustahil bagi Allegri membela diri kecuali timnya menang. Tujuan akhir dibutuhkan untuk membenarkan caranya karena tidak ada lagi yang menyembunyikan fakta bahwa Juventus adalah salah satu tim terburuk untuk ditonton di dunia sepak bola saat ini, yang memalukan mengingat sumber daya mereka.

  • Massimiliano Allegri Simone Inzaghi Juventus Inter 2022-23Getty Images

    'Allegri membuat Inzaghi terlihat seperti Cruyff'

    Performa saat kalah 1-0 dari Inter di leg kedua semi-final Coppa Italia sangat memalukan. Mereka tertinggal satu gol sejak menit ke-15, baik di laga itu maupun secara agregat. Namun mereka berakhir dengan xG hanya 0,15.

    “Jika dibandingkan, Allegri membuat [pelatih Inter Simone] Inzaghi terlihat seperti Johan Cruyff. Tujuannya adalah untuk menghentikan tim lain dari kemenangan,” bantah Daniele Adani di BoboTV.

    “Tahukah Anda mengapa pertandingan itu berakhir 1-0? Itu karena Inter berhenti bermain di babak kedua, dan bermain terlalu dalam seperti yang dilakukan Juventus di era keemasan mereka. Babak kedua sebenarnya memalukan. Saya harap siapa pun yang menyebarkannya pada TV internasional memotong sinyal untuk menyelamatkan kita dari rasa malu.

    “Sebuah tim seperti Inter seharusnya mengalahkan Juventus 4-0. Mereka bermain melawan Dead Man Walking. Saya pikir Gianni Agnelli akan menyerah melihat penampilan Juve itu. Saya akan jujur, meskipun saya tidak percaya dia bisa lebih buruk dari musim lalu. Tapi di situlah kita berada.”

    Memang, Allegri sebenarnya berhasil membuat situasi yang sangat buruk menjadi lebih buruk.

  • Iklan
  • Di MariaGetty Images

    'Secara psikis, kita rusak'

    Dia jelas tidak bisa disalahkan atas banyak masalah keuangan dan manajemen yang dihadapi Juventus musim ini. Membuat pemain tetap fokus di lapangan, mengingat kekacauan yang terjadi, bukanlah tugas yang mudah.

    Para direktur bisa datang dan pergi, begitu juga dengan poin. Ada atmosfer kerja yang sulit dengan situasi Bianconeri menjadi subjek drama ruang sidang secara konstan yang bisa saja berlanjut ke musim depan.

    Namun yang jelas adalah Allegri bukan bagian dari solusi di Juventus. Dia adalah bagian dari masalah. Bukan kebetulan laporan keresahan pemain kini muncul di media hampir setiap hari.

    Menurut Gazzetta dello Sport, cedera pergelangan kaki yang membuat Angel Di Maria absen dari hasil imbang 1-1 di Bologna hanya muncul setelah pemain sayap tersebut diberitahu ddia tidak akan berada di starting line-up untuk pertandingan di Renato dall' Ara. Sementara Federico Chiesa diklaim menjadi sangat frustrasim karena ditugaskan dalam berbagai peran berbeda, seringkali dalam laga yang sama.

    Sudah lama ada kecurigaan jika sang pelatih tidak mengetahui tim terbaiknya, seperti yang digarisbawahi fakta bahwa Allegri telah menggunakan 100 susunan pemain berbeda dalam 100 pertandingan yang dia lakoni sejak kembali untuk masa jabatan kedua pada tahun 2021.

    “Secara psikis, kami remuk,” ujar seorang pemain yang tidak disebutkan namanya kepada Corriere dello Sport. “Dengan mengubah susunan pemain setiap waktu, kami mengalami kesulitan mendapatkan gaya bermain.”

  • VlahovicGetty

    “Tak punya banyak ide'

    Sebelum membekap Lecce, Juventus hanya mendulang satu poin di empat pertandingan beruntun, dan itu memperlihatkan performa buruk mereka. Juventus masih duduk di urutan ketiga di klasemen, dan peluang finis empat besar tetap besar, tetapi tidak ada jaminan Si Nyonya Tua akan bermain di Liga Champions musim depan.

    Pertama, ada kemungkinan pengurangan hukuman 15 poin mereka, karena melanggar aturan keuntungan finansial, kembali diberlakukan. Sementara mereka masih dapat dikenai sanksi sehubungan dengan penyelidikan kriminal atas manuver gaji ilegal.

    Kedua, minimnya performa Juve membuat mereka bisa saja terpuruk di klasemen Serie A. Ini adalah tim yang sebagian besar tidak memiliki daya dobrak mumpuni. Juve membayar €70 juta untuk Dusan Vlahovic, namun pemain Serbia itu, yang terus leluasa mencetak gol di level internasional, telah menjalani 744 menit (11 penampilan) tanpa gol di Serie A, dan baru bisa memecahkan kebuntuan dua hari lalu.

    Bianconeri hanya berhasil mencetak empat gol secara keseluruhan dalam tujuh pertandingan terakhir mereka - hanya Empoli dan Spezia yang berhasil mencetak lebih sedikit (masing-masing tiga).

    “Sungguh menyedihkan melihat pemain Juventus dalam kondisi seperti ini,” cetus mantan penyerang Christian Vieri di BoboTV. “Apa pun yang mereka lakukan, hampir tidak disengaja atau kebetulan, mereka harus mengandalkan lawan yang membuat kesalahan [untuk mencetak gol]. Tidak ada ide.”

  • Allegri(C)Getty Images

    'Allegri tidak peduli'

    Sulit untuk tidak setuju, atau berpendapat hal-hal tidak akan lebih baik sekalipun ada pelatih baru dengan ide-ide modern.

    Seperti yang dikatakan Antonio Cassano setelah tersingkir dari Coppa Italia, “Juventus bertahan dengan harapan mencapai perpanjangan waktu, dan mungkin penalti. Saya dapat menerimanya dari Cremonese, tetapi tidak dari Juve. Mereka memainkan sepakbola yang buruk, Allegri dan stafnya harus pergi.”

    “Dia memalukan dan tidak bisa mewakili Juve. Ide sepakbolanya masih sama dengan 30 tahun lalu. Dalam jeda dua tahun (antara 2019 dan 2021), dia pergi memancing, tetapi pelatih lain menggunakan waktu itu untuk belajar. Saya pikir pelatih seperti Thomas Tuchel, Marcelo Bielsa, Roberto De Zerbi, yang jelas mencintai sepakbola, mempelajarinya dari siang sampai malam. Allegri tidak pernah melakukannya, karena dia tidak peduli.”

  • AllegriGetty

    'Tidak mencapai separuh dari proyek empat tahun'

    Pandangan seperti itu bisa dibilang tidak sopan. Bagaimanapun, Allegri telah memenangkan enam gelar, termasuk satu di AC Milan. Tetapi sebenarnya dia tidak melakukan apa pun selama dua tahun terakhir untuk menunjukkan dirinya adalah orang yang tepat untuk tugas yang ada. Jangan ditanya tentang kemampuan dia membawa Juve ke era baru. Sebaliknya, dia sebenarnya membangkitkan kenangan akan bencana kepemimpinan Luigi Delneri lebih dari satu dekade yang lalu - Andrea Pirlo, dipecat karena jauh lebih sedikit.

    Namun CFO Juve Francesco Calvo muncul di DAZN pada hari Minggu, dan mengklaim posisi Allegri tidak untuk diperdebatkan. Dia kembali dengan kontrak empat tahun, dan bahkan belum setengah jalan dari proyek itu.

    Itu adalah pendapat yang paling menakutkan bagi para fans Juve. Jika mereka dipaksa untuk bertahan dua tahun lagi dari omong kosong yang disebut 'Allegriball', maka beberapa rival terberat Bianconeri mungkin mulai merasa kasihan pada mereka. Meski sudah berusaha sekuat tenaga, Allegri tidak bisa membandingkan situasi Juve dengan Bucks.

    Melihat Milwaukee kalah dari Heat sungguh mengejutkan, karena Bucks adalah tim yang sangat kuat. Mereka hanya mengalami ketidakberuntungan bertemu Butler 'Play-off Jimmy' dengan Giannis yang setengah fit setelah musim reguler di mana mereka memenangkan lebih banyak pertandingan daripada siapa pun. Mereka tidak melakukan banyak kesalahan.

    Sebaliknya, Juve tidak melakukan banyak hal dengan benar. Itulah mengapa dua kemenangan mereka dari delapan pertandingan terakhir di semua kompetisi bukanlah suatu kejutan. Ini adalah konsekuensi alami dari gaya permainan yang sangat membatasi yang mengasingkan pemain; pemain kelas dunia yang akan pergi musim panas ini jika Allegri tidak melakukannya.

    Juve yang kekurangan uang dan dilanda krisis jelas akan enggan memecat pria asal Tuscan itu musim panas ini, mengingat biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukannya. Tapi, pada tahap ini, apakah mereka benar-benar mampu mempertahankannya?

  • Massimiliano AllegriGetty Images

    Allegri bukan Giannis - dia 'Ali Komikal'

    Allegri telah berulang kali menunjukkan fakta menaruh kepercayaannya pada beberapa pemain muda musim ini, dan itu patut dipuji. Itu juga karena kebutuhan, dan, sekali lagi, apakah dia benar-benar orang yang tepat untuk mengawasi perkembangan mereka secara berkelanjutan, mengingat sifat pragmatis yang menyakitkan dari pendekatannya terhadap permainan? Apakah orang-orang seperti Matias Soule, Samuel Iling-Junior, Nicolo Fagioli, dan Fabio Miretti tidak mendapat manfaat lebih banyak dari bekerja dengan pelatih yang mengkhotbahkan kreativitas daripada kehati-hatian?

    Sebenarnya sulit untuk membantah Allegri melakukan apa pun selain menahan pemain, walau ada yang coba dia dorong untuk lebih berkembang ke depannya.

    Juve masih bisa melewati Sevilla, dan masuk ke final Liga Europa. Mungkin mereka akan mengangkat trofi dengan memenangkan perang erosi. Kualifikasi Liga Champions tetap dimungkinkan melalui liga juga. Tapi orang bertanya-tanya, apakah itu benar-benar hal yang baik di klub yang sangat membutuhkan perombakan total, dari ruang istirahat hingga ruang rapat. Mempertahankan Allegri masih akan terasa seperti memperpanjang rasa sakit.

    Apa yang kita lihat menjelang pertandingan Bologna, bukanlah permintaan perspektif seperti Giannis. Comical Ali (mantan menteri informasi Irak Mohammed Saeed al-Sahhaf) yang mengklaim Irak memenangkan perang, atau Letnan Frank Drebin saat pabrik kembang api yang meledak kala mengatakan kepada publik 'tidak ada yang bisa dilihat di sini'.

    Semua ini tidak baik. Itu adalah sebuah kegagalan. Kegagalan sistem secara total, di dalam dan di luar lapangan, terlepas apakah Allegri mau mengakuinya atau tidak.