Ketika diumumkan bahwa Chelsea akan memboyong Kalidou Koulibaly dari Napoli, fans TheBlues girang bukan kepalang. Bagaimana tidak? Setelah dipaksa patah hati melihat Antonio Rudiger dan Andreas Christensen—duo bek yang berjasa besar membawa mereka juara Liga Champions Eropa—masing-masing hengkang ke Real Madrid dan Barcelona secara gratisan, mereka merasa mendapatkan pengganti sepadan, bahkan mungkin selevel di atas mereka.
Ya, bek Senegal itu tiba di Stamford Bridge dengan reputasi mentereng: pemimpin lini belakang Il Partenopei selama delapan tahun terakhir, yang membawa mereka menjadi pesaing juara Serie A dan langganan ke UCL. Pun tak sedikit yang menaruhnya di level yang sama dengan duo Juventus Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci.
Di bawah Tuchel, Rudiger & Christensen yang sebelumnya angin-anginan jadi tampil kokoh bak karang. Suporter Chelsea sontak tergiur, tak sabar menantikan akan sehebat apa Koulibaly di bawah arahan sang manajer asal Jerman tersebut.
Musim 2022/23 pun tiba, The Blues memang tampil kempes di hadapan Everton tapi bek yang dimahari £34 juta meski sudah 31 tahun itu menunjukan kelasnya. Chelsea menang 1-0.
Baru pekan kedua, Chelsea sudah harus melakoni big match melawan rival sekota Tottenham Hotspur. Betapa gembiranya fans The Blues, juga Tuchel, ketika Koulibaly mencetak gol pertamanya lewat sepakan voli yang indah, di laga derbi pula!
Pada akhirnya pertahanan yang diperkuat bek Koulibaly memang jebol dua kali dan dua raksasa London itu bermain sama kuat 2-2, tapi harus dikatakan bahwa Chelsea bermain jauh lebih baik dan dua gol Spurs cukup kontroversial. Secara keseluruhan, Koulibaly tampil meyakinkan di samping gol pertamanya dalam seragam biru Singa London.
Getty ImagesNamun di matchday ketiga melawan Leeds United, impresi kualitas Koulibaly tergerus perlahan. Di menit kesembilan, bek juara Piala Afrika itu kena gocek Brenden Aaronson di situasi berbahaya sehingga terpaksa melanggarnya. Dia pun diganjar kartu kuning.
Chelsea lalu kemasukan dua gol cepat dalam empat menit (33’ & 37’) buntut blunder konyol Edouard Mendy serta tandukan Rodrigo dari situasi bola mati. Koulibaly memang tidak bersalah secara langsung di kedua gol tersebut, tapi ketenangannya di situasi krisis kian diuji.
Menit ke-69, Chelsea makin terbenam. Umpan silang Dan James - yang mungkin seharusnya bisa dipotong Koulibaly - bergulir liar di kotak penalti usai gagal dikontrol Rodrigo, sebelum disontek Jack Harrison untuk gol ketiga Leeds.
Semua mimpi untuk come back buyar seketika dan The Blues benar-benar hilang kendali. Lima menit sebelum bubaran, situasi kian memalukan. Sudah tahu dirinya masuk catatan wasit, Koulibaly justru sembrono menjatuhkan Joe Gelhardt. Alhasil, kartu kuning kedua dilayangkan kepadanya, dan bek baru yang diharapkan bisa lebih baik dari Rudiger & Christensen itu membuat Chelsea kian merana.
Usut punya usut, ini adalah ‘penyakit’ lama Koulibaly. Menurut catatan Opta, dia adalah bek yang paling sering kena kartu merah sejak 2017/18, lima kali di Serie A dan satu kali di laga ketiganya di Liga Primer Inggris.
Tak ayal, Chelsea layak waspada dengan tren ini. Terlebih melihat bagaimana ngawurnya pelanggaran kedua Koulibaly kontra Leeds, seperti melihat bek yang lupa diri. Untuk segala kesembronoan dan keunikan Rudiger, dia belum pernah membuat The Blues harus mengakhiri laga dengan 10 pemain.
Lantas, menjadi layak dilihat apa saja kartu merah yang diterima Koulibaly sejak 2017/18. Di bawah, GOAL coba mengurainya:










