Andrea Agnelli Juventus HIC 16:9Getty

Apa Itu Plusvalenza? Informasi Lengkap Skandal Juventus & Mengapa Dihukum (Lagi) Pengurangan 10 Poin

Dan terjadi lagi...

Sekitar 17 tahun setelah Calciopoli, Juventus mendapati diri mereka menjadi pusat skandal yang berpotensi sangat merugikan klub, dan mengguncang sepakbola Italia hingga ke intinya.

Namun, ini bukan tentang pengaturan skor seperti yang dulu. Kali ini tentang 'plusvalenza', dan lebih banyak lagi.

Juve sebelumnya sempat dihantam dengan pengurangan 15 poin oleh Federasi Sepakbola Italia (FIGC) pada bulan Januari karena "ketidakberesan keuangan" dan "akuntansi palsu" sehubungan dengan transaksi transfer musim-musim sebelumnya.

Sementara sanksi itu sempat diputihkan melalui banding, diumumkan pada Selasa (23/5) bahwa poin Bianconeri lagi-lagi dikurangi, kali ini 10 poin, yang berarti tim Massimiliano Allegri mendadak terjun ke posisi ketujuh di Serie A.

Mereka sekarang menghadapi tugas berat untuk finis di empat besar karena mereka tertinggal di belakang AS Roma, Atalanta, dan AC Milan di pekan terakhir musim ini, tetapi tiket lolos ke Eropa masih memungkinkan.

Kegagalan untuk lolos ke Liga Champions akan memiliki konsekuensi olahraga dan ekonomi yang serius bagi Juve, yang dilanda masalah keuangan dalam beberapa tahun terakhir.

Namun, jalan yang harus ditempuh dalam saga terbaru ini masih panjang, seperti yang GOAL uraikan di bawah ini...

  • Apa itu plusvalenza?

    Kunci untuk memahami seluruh kasus ini adalah plusvalenza, atau keuntungan modal, yang pada dasarnya adalah keuntungan yang diperoleh dari transfer.

    Katakanlah, misalnya, Juventus merekrut pemain seharga €100 juta dengan kontrak lima tahun. Mereka akan mengamortisasi biaya hak pendaftaran pemain selama durasi kontraknya, kemungkinan besar membagi pembayaran transfer secara merata selama lima tahun. Singkatnya, nilai amortisasi sang pemain adalah €20 juta per tahun (€100 juta dibagi lima).

    Jadi, jika Juve kemudian menjual pemain itu setelah tiga tahun seharga €60 juta, mereka akan memperoleh keuntungan modal sebesar €20 juta atas hak pendaftarannya (€60 juta dikurangi sisa €40 juta dalam nilai yang diamortisasi).

  • Iklan
  • Mengapa keuntungan modal penting dalam sepakbola?

    Karena itu menghitung langsung keuntungan tahunan klub, dan sekarang menjadi lebih penting daripada sebelumnya karena adanya aturan Financial Fair Play (FFP) yang sudah diterapkan UEFA sejak lebih dari satu dekade yang lalu.

    Seperti yang kita semua tahu, neraca klub berada di bawah pengawasan ketat akhir-akhir ini, dan mereka yang kedapatan melanggar aturan tersebut akan dikenai sanksi berat.

    Maka, tekanannya sangat besar pada klub untuk menyeimbangkan pembukuan mereka setiap tahunnya.

    Beberapa klub dilaporkan terpaksa menggelembungkan nilai aset agar terlihat mendapat untung dari transfer pemain tertentu.

    Hal yang sering dilakukan biasanya melibatkan transfer pemain muda. Pemain akademi adalah pemain lokal, mereka biasanya masuk ke skuad utama secara gratis, artinya jika dijual, maka nominal penjualannya menjadi keuntungan murni klub.

    Karena harga pemain akademi yang tidak banyak dikenal orang dapat dinaikkan secara berlebihan, sulit untuk menilai harga mereka yang sebenarnya.

    Akibatnya, klub dapat menjual mereka dengan nominal yang terkadang tidak masuk akal, entah dalam kesepakatan pertukaran atau transfer plus uang tunai untuk membantu menyeimbangkan pembukuan klub.

  • Pjanic ArthurGoal

    Mengapa Juventus menjadi pusat skandal ini?

    Pada musim panas 2020, Arthur Melo pindah dari Barcelona ke Juventus, sedangkan Miralem Pjanic mengarah sebaliknya.

    Secara resmi, kedua kesepakatan transfer ini tidak ada kaitannya. Mereka tidak diumumkan sebagai bagian dari transfer yang sama.

    Barcelona menyatakan bahwa Juve telah setuju untuk membayar €72 juta di awal untuk Arthur, sementara Pjanic mereka beli seharga €60 juta.

    Kedua klub, dengan demikian, berada dalam posisi untuk membukukan keuntungan modal dari penjualan kedua pemain tersebut, dengan Juve hanya perlu menyerahkan uang tunai sebesar €12 juta kepada Barca.

    Itu adalah kesepakatan yang menguntungkan kedua pihak, terutama Barca yang kesulitan finansial waktu itu karena mereka dikejar tenggat untuk membukukan keuntungan sebelum akhir tahun finansial.

    Pertukaran pemain ini motifnya lebih ke aspek finansial ketimbang sepakbola, dan itu ditulis secara terbuka saat itu.

    Masalahnya, tidak ada pemain yang performanya sepadan dengan harga mereka, terlebih dalam situasi ekonomi yang lagi goyah karena guncangan pandemi Covid-19 saat itu. Hanya saja tidak banyak yang peduli.

    Tidak ada tanda-tanda investigasi mengenai hal tersebut, apalagi sanksi, setidaknya sampai sekarang ini...

  • Mengapa?

    Pada dasarnya, empat badan Italia secara terpisah mengamati transfer yang melibatkan Juventus dan klub lain selama beberapa tahun terakhir, termasuk pertukaran Pjanic-Arthur, serta operasi serupa pada 2019 yang membuat Danilo (€37 juta) tiba di Turin dan Joao Cancelo (€65m) pindah ke Manchester City.

    Pada 2021, COVISOC, komisi pengawas untuk Serie A, mulai menyelidiki "lusinan" kesepakatan yang melibatkan penilaian harga pemain dan menghubungi FIGC, menandai 62 transfer yang berpotensi membengkak terkait dengan musim 2018/19, 2019/20, dan 2020/21 – 42 di antaranya melibatkan Juve.

    COVISOC juga membagikan temuannya kepada Jaksa Penuntut Umum Turin, yang membuka penyelidikan kriminal pada Mei 2021 yang disebut 'Prisma'.

    CONSOB, regulator keuangan yang bertanggung jawab untuk memantau transaksi klub yang dikutip di bursa saham (seperti Juventus), juga ikut campur dan itu sangat signifikan karena bursa saham berada di bawah wewenang polisi keuangan Italia, Guardia di Finanzia.

    Dan merekalah yang menggerebek tempat latihan dan kantor Juve pada November 2021 dan menyita dokumen terkait transfer tersebut, yang menurut Sky Sport Italia dan ANSA, bernilai total €282 juta dalam bentuk keuntungan modal.

  • Victor Osimhen Napoli JuventusGetty Images

    Bukankah Juve bebas dari penggelembungan biaya transfer?

    Pada bulan April tahun lalu, diumumkan bahwa dakwaan telah dibatalkan terhadap Juventus dan 10 klub lainnya, termasuk empat anggota Serie A lainnya: Napoli, Sampdoria, Genoa, dan Empoli.

    Jaksa FIGC telah menuntut hukuman pencekalan untuk presiden Juventus Andrea Agnelli dan kompatriotnya di Napoli, Aurelio De Laurentiis.

    Memang, perlu dicatat transfer paling terkenal yang mendapat sorotan adalah dari Victor Osimhen, yang pindah dari Lille ke Napoli pada 2020.

    Biayanya, setidaknya di atas kertas, adalah €70 juta, tapi disertakannya empat pemain Napoli memotong €20 juta dari harga awal: penjaga gawang Orestis Karnezis dan tiga pemain Primavera (Claudio Manzi, Ciro Palmieri dan Luigi Liguori) tak lama kemudian langsung dilepas oleh Lille tanpa sekali pun pernah bermain untuk mereka.

    Namun, seluruh kasus FIGC yang dituduhkan kepada total 11 klub dan 59 eksekutif pada dasarnya sulit dilanjutkan karena susahnya menetapkan nilai sebenarnya dari seorang pesepakbola.

    Jaksa dilaporkan terlalu bersandar pada nilai-nilai yang diperoleh dari situs web, transfermarkt.com. Penting juga untuk diingat bahwa kasus ini bukannya tanpa preseden.

    AC Milan dan rival sekota mereka, Inter Milan sama-sama diselidiki atas dugaan penyimpangan keuangan terkait dengan keuntungan modal pada 2008 namun tidak ada yang dikenai sanksi – sekali lagi, karena susahnya menentukan nilai sebenarnya dari seorang pemain.

    Namun, pada 2018, Cesena dikurangi tiga poin karena berulang kali melanggar aturan plusvalenza.

  • Nedved Agnelli Arrivabene Cherubini JuventusGetty Images

    Jadi, mengapa seluruh dewan Juventus mengundurkan diri?

    Meski pun kasus 'capital gain' atau keuntungan modal secara efektif ditutup tahun lalu, Juve tetap dalam penyelidikan oleh CONSOB atas tuduhan manipulasi akuntansi dan pasar transfer.

    Jaksa Penuntut Umum Turin juga menyelidiki pembayaran gaji yang diduga ditangguhkan selama pandemi Covid-19, dengan dugaan bahwa gaji pemain tetap dibayarkan melalui serangkaian perjanjian pribadi.

    Pada bulan Mei dan Juni 2020, 23 pemain menandatangani perjanjian yang akan memotong gaji mereka masing-masing guna mereduksi kerugian klub selama masa krisis Covid-19, dengan semua pertandingan harus dimainkan tanpa penonton.

    Menurut Gazzetta dello Sport, para bintang Juventus seharusnya mengikhlaskan gaji mereka selama empat bulan, tetapi, pada kenyataannya, cuma satu bulan.

    Oleh karena itu, tuduhannya adalah bahwa para pemain mendapat gaji dalam transaksi "di bawah meja", yang memungkinkan para pemain dan klub menghindari pajak, sementara laporan pembayarannya diduga dipalsukan untuk menunjukkan bahwa pembukuan telah seimbang.

    Jaksa Penuntut Umum Turin mengumumkan penyelesaian penyelidikan 'Prisma' pada bulan Oktober dan kemudian, pada tanggal 28 November, seluruh dewan direksi mengundurkan diri menjelang sidang umum luar biasa.

    Penting untuk ditekankan bahwa tidak ada pengakuan bersalah dari mereka yang mundur. Klub hanya menyatakan bahwa pengunduran diri mereka "dianggap sebagai kepentingan sosial terbaik untuk merekomendasikan agar Juventus melengkapi dirinya dengan dewan direksi baru untuk mengatasi masalah ini".

    Dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke semua anggota staf, Andrea Agnelli yang mundur sebagai presiden Juve, menulis:

    "Saat tim tidak bersatu, maka itu membuka jalan bagi lawan untuk menyakiti Anda dan itu bisa berakibat fatal. Pada saat itu, Anda harus memiliki ketajaman pikiran untuk membendung kerusakan: kita sedang menghadapi saat yang sulit sebagai sebuah klub dan kesatuan itu hilang."

    "Lebih baik pergi bersama-sama memberikan kesempatan bagi tim baru untuk membalikkan permainan yang ada."

  • Mengapa kasus keuntungan modal dibuka kembali?

    Karena adanya bukti baru yang terungkap terkait penyelidikan Prisma.

    Menurut laporan, temuannya termasuk 'buku hitam' Fabio Paratici, yang diduga berisi semua angka sebenarnya yang terlibat dalam kesepakatan transfer di pusat skandal Juve.

    Juga diklaim bahwa para penyelidik telah berhasil mengungkap pengakuan dari mereka yang dicurigai bersalah melalui penyadapan yang melibatkan beberapa direktur Juventus, termasuk Agnelli dan Maurizio Arrivabene.

    Alhasil, jaksa FIGC, Giuseppe Chine, merasa dirinya kembali pada posisi untuk perlu menjatuhkan sanksi.

  • Siapa saja yang dihukum dan berapa lama?

    Mantan atau direktur Juventus saat ini yang menerima hukuman:

    - Fabio Paratici: 30 bulan

    - Maurizio Arrivabene: 24 bulan

    - Andrea Agnelli: 24 bulan

    - Federico Cherubini: 16 bulan

    - Pavel Nedved: 8 bulan

    - Enrico Vellano: 8 bulan

    - Paolo Garimberti 8 bulan

    - Assia Grazioli-Venier: 8 bulan

    - Caitlin Mary Hughes: 8 bulan

    - Danila Marilungo: 8 bulan

    - Francesco Roncaglio: 8 bulan

    Hukuman Fabio Paratici bisa dibilang yang paling signifikan karena sekarang ia bekerja sebagai direktur pelaksana di Tottenham Hotspur sejak meninggalkan Juventus pada 2021. Sampai saat ini, ia hanya dilarang bekerja di sepakbola Italia, namun FIGC telah meminta UEFA untuk mendukung keputusan mereka. Oleh karena itu, Spurs dilaporkan sedang mencari tahu apakah hukuman Paratici akan meluas keluar dari Italia dan dilarang beraktivitas di mana pun selama dua setengah tahun ke depan.

  • Gianluca Ferrero JuventusGetty Images

    Bagaimana Juve menanggapi keputusan tersebut?

    Juve sedang menunggu publikasi alasan sanksi yang mereka terima, yang rencananya akan dirilis dalam 30 hari ke depan.

    Namun, klub telah mengonfirmasi niat mereka untuk mengajukan banding, ke Collegio di Garanzia (Komite Olimpiade Italia) CONI, pengadilan olahraga tertinggi di negara tersebut.

    Sebuah pernyataan dari klub pada hari Selasa (23/5) berbunyi: "Juventus Football Club memperhatikan apa yang diputuskan oleh Pengadilan Banding FIGC dan berhak membaca alasan untuk mengevaluasi kemungkinan banding ke Dewan Penjamin di CONI."

    "Apa yang ditetapkan oleh keputusan kelima dalam masalah ini, yang dimulai lebih dari setahun yang lalu, menimbulkan kepahitan yang besar di klub dan jutaan pendukungnya yang, dengan tidak adanya aturan yang jelas, mendapati diri mereka sangat dihukum dengan penerapan sanksi yang terkesan tidak memperhatikan asas proporsionalitas."

    "Sementara tidak mengabaikan urgensi, yang tidak pernah dihindari oleh Juventus selama persidangan, ditekankan bahwa ini adalah fakta yang masih harus dievaluasi oleh hakim."

  • Bagaimana respons pers Italia?

    Media juga terkejut dengan keputusan FIGC. Secara luas menganggap Juve berada dalam masalah serius – pengunduran diri seluruh dewan adalah pertanda buruk – tetapi beratnya hukuman masih mengejutkan banyak orang.

    Memang, perlu dicatat bahwa sebelumnya pada Jumat (20/1), China cuma mengajukan pengurangan sembilan poin sebagai hukuman untuk Juve, sebaliknya keputusan akhirnya 15 poin.

    Gazzetta dello Sport menyebutnya sebagai "hukuman sensasional", di atas headline yang bertuliskan 'Juve tersengat!'

    Surat kabar berwarna merah muda itu juga menawarkan pandangan yang terstruktur mengenai skandal tersebut.

    Pandangan yang berbeda ada di Tuttosport, harian olahraga yang berbasis di Turin yang menyebut keputusan tersebut dengan judul "Hal gila! Juve -15: Ketidakadilan sudah berakhir!"

    Mereka terutama ingin tahu mengapa hanya Juve yang dihukum, mengingat seharusnya, secara teori, ada dua klub yang melakukan tindakan penggelembungan transfer serupa.

    Sampdoria, Empoli, Genoa, Parma, Pisa, Pescara, Pro Vercelli dan Novara semuanya dibebaskan dari kasus ini dan keanehan itu menjadi sorotan mantan pemain internasional Italia, Antonio Cassano.

    "Begini, saya jarang membela Juve di level manapun, karena mereka memainkan sepakbola yang mengerikan, tapi dalam hal ini saya berada di pihak Bianconeri," ujarnya kepada BoboTV. "Itu berarti jika mereka melakukan kesalahan, memang pantas dihukum, bahkan jika didegradasikan ke Serie C."

    "Tapi hukumannya harus sama untuk semuanya. Jika itu terjadi, bukan hanya Juve yang dihukum, harusnya menjadi sebuah gelombang [penerapan hukum] Serie A, B hingga C."

    "Jelas, Juve akan menjadi sorotan di 50 halaman surat kabar, sedangkan klub-klub lainnya tidak begitu diperhatikan. Janganlah kita menipu diri kita sendiri bahwa hanya Juve yang melakukan ini: jika mereka melakukan ini, maka klub lain juga melakukannya dan mereka semua harus dihukum."

    Namun, telah diklaim oleh ahli keuangan di Gazzetta dan Il Messaggero bahwa Juve telah dianggap sebagai kasus khusus oleh jaksa FIGC, karena mereka, tidak seperti klub lain yang diselidiki, dengan sengaja dan cukup sinis memanipulasi akun mereka untuk mendapatkan keuntungan kompetitif atas saingan mereka.

    Namun, sekali lagi, hanya ketika FIGC menjelaskan sepenuhnya sanksi tersebut, kita cuma bisa sekadar menebak-nebak mengapa hanya Juve yang dihukum.

  • Max Allegri Juventus 2022-23Getty Images

    Apa kata Allegri?

    Konferensi pers Allegri menjelang pertandingan Serie A, Senin (23/1) dini hari WIB, lawan Atalanta secara mengejutkan didominasi oleh pertanyaan tentang pengurangan 15 poin.

    Ia berusaha sekuat mungkin untuk menghindari pertanyaan tentang hal tersebut, lebih memilih untuk menjaga fokus para pemain agar bisa mendongkrak posisi tim di klasemen.

    "Besok adalah pertandingan penting, ini pertandingan spesial setelah apa yang terjadi kemarin," ujarnya.

    "Kami semua harus lebih bersatu, terus bekerja dengan low profile dan hanya memikirkan apa yang terjadi di lapangan."

    "Masalah yudisial ini menyangkut klub, dan akan ada banding."

    "Kami harus melakukan tugas kita karena putusan akhir akan keluar dalam dua bulan dan kami tidak boleh membiarkan diri kami dalam dua bulan dengan penyesalan karena tidak melakukan apa yang harus kami lakukan.

    "Kami juga mengalami ini dua bulan lalu dengan pengunduran diri para dewan."

    "Kami keluar dari peristiwa tak terduga ini lebih kuat sebagai individu, dan di atas segalanya dengan komitmen dan tekad untuk melakukan apa yang harus kami lakukan, yaitu memenangkan poin di lapangan."

    Ia juga menepis anggapan akan berhenti dari tugasnya sebagai pelatih Juve seandainya timnya gagal finis di empat besar.

    "Saya pelatih Juventus dan saya akan tetap demikian, kecuali mereka menyuruh saya pergi," katanya.

    "Di Juventus setiap orang memiliki tanggung jawab masing-masing tergantung pada peran mereka. Saya sangat menyayangkan secara pribadi atas apa yang dialami Cherubini, Agnelli, Nedved, Arrivabene dan Garimberti."

    "Selain aspek profesional, ada juga aspek kedekatan pribadi yang melampaui itu."

  • Bonucci ItalyGetty

    Sudahkah para pemain berkomentar?

    Leonardo Bonucci menyatakan di Instagram, "Juventus seperti naga berkepala tujuh: potong satu dan yang lain akan selalu muncul. Tim tidak pernah menyerah. Kekuatannya ada di lingkungannya."

    Menariknya, Dusan Vlahovic, yang termasuk orang pertama yang dikaitkan dengan rumor hengkang, ikut menyuarakan nada komitmen.

    "Kami tidak takut kehilangan beberapa poin. Kami tidak takut menyingsingkan lengan baju. Kami tidak takut dengan lawan kami. Kita tidak perlu takut pada apa pun," ujar pemain berusia 22 tahun itu.

    "Karena ketika mereka mengira kami telah jatuh, kami akan bangkit kuat dari sebelumnya. Ini kami, ini Juventus."

  • Apa yang terjadi selanjutnya?

    Juventus sekarang harus menunggu penjelasan dari Pengadilan Banding Federal, yang kemungkinan akan terbit pada akhir Mei.

    Klub kemudian dapat mengajukan banding atas hukuman baru, yang dapat diajukan oleh Juventus dalam beberapa minggu.

    Pengurangan 10 poin mungkin bukan akhir cerita, karena CONI belum membantah temuan FIGC.

    Tuduhan kesalahan paling serius terkandung dalam kasus kriminal Prisma setebal 1400 halaman yang diselidiki oleh Jaksa Penuntut Umum Turin, yang berfokus pada dugaan pelanggaran "loyalitas pada kompetisi olahraga" dan, yang jauh lebih signifikan, pembukuan palsu terkait gaji.

    Jika Juve dinyatakan bersalah atas tuduhan yang ini, itu bisa membuat mereka dalam malapetaka berhadapan dengan UEFA, dan regulasi FFP mereka, menempatkan klub dalam risiko larangan bermain di Eropa.

    Ada juga risiko bahwa kasus ini benar-benar bisa meledak dan klub lain akan segera terseret ke dalam masalah tersebut, mengingat Juve telah melakukan begitu banyak kesepakatan dengan begitu banyak pihak berbeda selama beberapa tahun terakhir.

    Ini benar-benar bisa menjadi skandal paling berdampak yang melanda Serie A sejak Calciopoli.

0