- Buku yang sama menceritakan kejayaan Liga Champions
- Mengungkapkan rahasia tersembunyi Guardiola
- Kekalahan dari Lyon menjadi momen krusial
Getty ImagesPep Guardiola Nyaris 'Resign' Dari Manchester City, Apa Sebabnya?!
Getty ImagesAPA YANG TERJADI?
Ada satu pertandingan yang krusial dalam karier Guardiola. Meski pun ada banyak kekalahan terkemuka di Liga Champions termasuk versus Tottenham pada 2019 dan Real Madrid pada 2022, juga duel sulit lawan Liverpool, Manchester United dan Spurs di Liga Primer, ternyata buku tersebut tidak mengungkapkan salah satu di antaranya, malah kekalahan dari Lyon di perempat-final Liga Champions pada 2020 menjadi yang paling krusial.
APA KATA BUKU ITU?
Dalam edisi revisi 'Pep's City: The Making of a Superteam' oleh Pol Ballus dan Lu Martin, dampak dari kekalahan versus klub Ligue 1 diletakkan secara rinci. Menurut buku itu, rasa sakit "kekalahan yang menyiksa" di Stadion Jose Alvalade Lisbon pada 15 Agustus 2020 bertahan "lebih dari Monaco pada 2017, lebih dari Liverpool pada 2018, lebih dari Tottenham pada 2019."
Menurut seorang eksekutif senior di klub, "Itu adalah salah satu momen-momen yang mencengangkan. Terjadi pembicaraan segera setelah pertandingan ... dan mengatakan tiga hal: 'Ini malam yang sulit, tapi kita akan bangkit dari situasi ini. Ini bukan tahun kita, tetapi waktu kita akan datang selama kita tidak membiarkannya terlewat begitu saja. Saat ini, kita perlu lebih percaya pada diri kita sendiri.' Pep terpana."
GettyBUAH KESABARAN
Tentu saja, sisanya adalah sejarah. City bangkit kembali dari musim yang aneh dan unik yang dikenakan Covid untuk memenangkan tiga gelar Liga Primer berturut-turut dan melengkapi dengan trofi Liga Champions pertama mereka pada 2023/24. Pep mungkin sempat berada di titik terendahnya, kekalahan dari Lyon yang mengejutkan, tetapi itu justru menjadi pelecut yang tak terhentikan untuk klub sejak itu.
TAHUKAH ANDA?
Menurut Ballus dan Martin, Pep menganggap kekalahan dari Lyon sebagai "salah satu titik balik dalam sejarah modern Manchester City. Dia tahu dia menyikapi pertandingan itu dengan perhatian yang sama terhadap detail seperti sebelumnya. Tapi, pada malam hari itu, formasi 3-5-2-nya tidak berdaya melawan serangan tim Prancis."
APA SELANJUTNYA?
Sungguh luar biasa memikirkan apa yang mungkin terjadi jika Guardiola memutuskan untuk mengundurkan diri pada tahun 2020. Sebaliknya, manajer asal Spanyol itu memilih untuk tetap di pucuk pimpinan - dan mengklaim dia akan terus bertahan bahkan jika klub sangat dihukum berat karena beberapa pelanggaran FFP.



