Orang-orang akan mengatakan Pep Guardiola gagal di Bayern Munich karena tidak menjuarai Liga Champions, mereka keliru. Mereka juga akan mengatakan ia gagal di Manchester City karena hal yang sama, mereka lagi-lagi keliru.
Tidak bisa dimungkiri, gagal menjuarai trofi Eropa sejak menumbangkan Manchester United bersama Barcelona pada 2009 dan 2011 menjadi momok bagi Guardiola. Seorang pelatih dengan reputasi besar dan skuad mentereng harusnya bisa lebih sering menjadi juara.
Tapi dalam sepakbola dengan sistem gugur, ada begitu banyak faktor yang tidak diketahui, kejadian kebetulan yang bisa menjadi perbedaan berarti dalam sejarah klub.
Klasemen di liga, bagaimana pun, tidak bisa berbohong. Sepanjang musim, Anda memiliki kesempatan untuk mengalami hasil yang aneh, baik di Bayern dan City, dan bahkan Barcelona sebelum itu, Guardiola tetap mampu menaklukkan ketiga kompetisi tersebut.
Jadi, apa pun yang terjadi dalam pertandingan perempat-final blockbuster City melawan Bayern dan kawan lama, Thomas Tuchel, Guardiola pantas mendapatkan lebih banyak rasa hormat atas apa yang telah ia lakukan di kedua klub. Prestasinya yang mencengangkan tidak bisa diabaikan hanya karena serangkaian kegagalan di Eropa.






.png?auto=webp&format=pjpg&width=3840&quality=60)




