Erik ten Hag Solskjaer GFXGetty

Erik Ten Solskjaer?! Pertahanan Buruk & Serangan Balik Panik Tunjukkan Manchester United Belum Ada Kemajuan Di Bawah Asuhan Manajer Asal Belanda

"Mereka adalah lawan yang mudah dikalahkan," ujar sang manajer Manchester United, menilai bagaimana timnya tertinggal begitu cepat dalam pertandingan yang seharusnya bisa dimenangkan dengan nyaman. "Itu adalah awal yang mengerikan. Dengan segala hormat, kami tidak bisa membiarkan mereka [gol-gol itu]."

Bos Setan Merah menambahkan: "Yang pertama adalah kami memainkan sepak pojok pendek dan melupakan pemain di depan. Itu tidak bisa dimaafkan... Kami tidak melakukan peran kami, itu tanggung jawab saya. Anda tidak akan melihat gol-gol seperti itu di level ini. Anda tidak boleh kebobolan gol-gol mudah seperti itu. Ketika Anda melakukannya, hal itu membuat pertandingan menjadi lebih sulit untuk dimenangkan."

Dapatkah Anda melihat perbedaannya? Baris kutipan pertama adalah reaksi Erik ten Hag terhadap kemenangan 3-2 Manchester United atas Nottingham Forest pada Sabtu lalu, sebuah pertandingan di mana timnya tertinggal dua gol dalam empat menit pertama. Komentar kedua berasal dari Ole Gunnar Solskjaer setelah kekalahan 2-1 Manchester United dari Istanbul Basaksehir pada November 2020.

Solskjaer tidak dapat mempercayai matanya setelah Demba Ba yang saat itu berusia 35 tahun, berlari dari area pertahanannya menuju gawang tanpa mendapat perlawanan sama sekali untuk memberi tim Turki itu keunggulan pada menit ke-13. Ten Hag, sementara itu, baru saja menyaksikan Taiwo Awoniyi berlari tanpa terkejar dari garis tengah lapangan untuk mencetak gol pembuka, memanfaatkan kelengahan pertahanan setelah Manchester United melakukan tendangan sudut.

  • Erik ten Hag 2023Getty

    Awal mendebarkan sekaligus memprihatinkan

    Sudah 21 bulan sejak Manchester United berpisah dengan Solskjaer, yang dicintai para penggemar karena kontribusinya sebagai pemain dan komitmennya terhadap klub. Namun, pada saat pemecatannya pada November 2021, setelah tidak memenangkan trofi selama hampir empat tahun, sebagian orang mengakui bahwa sosok asal Norwegia itu adalah pelatih yang punya kemampuan terbatas dan tidak berpengalaman sehingga tidak mampu membawa Setan Merah kembali ke tempat yang seharusnya.

    Sebeliknya Ten Hag, adalah salah satu juru taktik yang paling dikagumi di Eropa, dengan rekam jejak mengawasi sepakbola yang rumit dan memenangkan trofi. Hanya dalam beberapa bulan masa kepemimpinannya, ia mengakhiri paceklik trofi selama enam tahun bagi Manchester United dengan mengangkat Piala Liga, dan juga membawa pasukannya ke final Piala FA untuk mengamankan kualifikasi Liga Champions pada musim perdananya.

    Namun, setelah awal musim yang kacau, termasuk kemenangan yang beruntung atas Wolves dan Forest serta kekalahan tipis dari Tottenham, Manchester United asuhan Ten Hag menunjukkan banyak ciri khas yang dikenal dari tim Solskjaer. Melakukan kesalahan yang tidak dapat dimaafkan di lini pertahanan, para pemain tidak melakukan tugasnya, dan mereka harus melakukan aksi-aksi penyelamatan yang dramatis. Hal tersebut mungkin mendebarkan untuk ditonton, namun juga sangat memprihatinkan.

  • Iklan
  • Bruno Fernandes celebrates Manchester United 2023-24Getty

    DNA Manchester United kembali

    Ketika para penggemar United berjuang untuk memahami apa yang disaksikan di menit-menit awal di Old Trafford, para pendukung Forest mengadakan pesta di kandang lawan. Dalam sebuah kilas balik ke era Solskjaer, mereka dengan penuh semangat meneriakkan "Kamu akan dipecat di pagi hari" kepada Ten Hag.

    Gol dari Christian Eriksen menghidupkan kembali Old Trafford dan semua orang percaya bahwa kebangkitan telah terjadi. Dan ketika Casemiro menyamakan kedudukan serta Bruno Fernandes mencetak gol dari titik penalti, terdapat kesan tak terelakkan atas semuanya.

    Beberapa momen terbaik Manchester United adalah kebangkitan, seperti kemenangan 2-1 atas Sheffield Wednesday pada 1993 yang membuka jalan untuk meraih gelar Liga Primer pertama, atau membalikan kedudukan dalam waktu tiga menit saat melawan Bayern Munchen di final Liga Champions 1999. Tidak pernah tahu kapan mereka dikalahkan adalah karakteristik yang menentukan dari banyak tim hebat Sir Alex Ferguson.

  • Ole Gunnar SolskjaerGetty

    Membalikkan kedudukan dapat menutupi permasalahan yang lebih dalam

    Namun, jika sebuah tim terlalu sering tertinggal dan penyelesaian akhir yang epik secara rutin dibutuhkan, hal tersebut jarang sekali dapat dipertahankan. Manchester United cenderung rata-rata mencatatkan sekitar tiga atau empat kemenangan comeback per musim di era Liga Primer, tetapi semuanya menjadi lebih baik di bawah asuhan Solskjaer. Pada musim 2020/21, Manchester United memenangkan 10 pertandingan liga setelah kebobolan gol pertama, lebih banyak dari musim-musim sebelumnya.

    Setan Merah akhirnya finis di urutan kedua Liga Primer, tetapi pada musim berikutnya meraih total poin terendah dalam sejarah kompetisi. Solskjaer dipecat empat bulan setelah musim yang buruk itu, menyusul kekalahan 4-1 dari Watford yang sedang berjuang melawan degradasi.

    Pola yang sama dapat dilihat pada musim terbaik kedua Manchester United dalam hal kemenangan comeback. Pada 2012/13, musim terakhir Ferguson sebagai pelatih, Manchester United memenangkan sembilan pertandingan dari posisi tertinggal. Mereka berhasil meraih gelar juara Liga Primer saat itu, namun fakta bahwa mereka membutuhkan begitu banyak gol di menit-menit akhir menunjukkan bahwa terdapat masalah yang lebih dalam dan kereta kemenangan akan segera keluar dari jalurnya.

    Dengan skuad yang hampir sama di musim berikutnya di bawah asuhan David Moyes, Manchester United menjalani musim yang sangat menyedihkan dan berada di posisi ketujuh klasemen, posisi terendah mereka di Liga Primer.

  • Erik ten Hag Manchester United 2023-24Getty

    Ten Hag mengejar ketertinggalan dari Solskjaer

    Di bawah asuhan Solskjaer, United memenangkan 19 pertandingan di semua kompetisi dari posisi tertinggal. Dan sebagai pahlawan dari kebangkitan tim yang paling terkenal sebagai pemain - final Liga Champions 1999 - sosok asal Norwegia itu bergembira dalam setiap perubahan.

    Simaklah tanggapannya saat mengalahkan Southampton 3-2 pada Maret 2019. "Cara itu seperti di masa lalu. Saya sendiri telah menjadi bagian dari hal itu berkali-kali dan sangat senang untuk para pemain karena mereka berhasil meraih tiga poin dari pertandingan ini." Beberapa hari kemudian, Manchester United meraih hasil terbaik di era Solskjaer, mengalahkan Paris Saint-Germain 3-1 di babak 16 besar Liga Champions untuk membalikkan kekalahan kandang 2-0 di leg pertama.

    Bahkan di minggu-minggu terakhir masa kepemimpinan Solskjaer, Manchester United mampu melakukan comeback. Mereka membalikkan keadaan untuk mengalahkan West Ham 2-1 dengan gol menit ke-89 dari Jesse Lingard dan menikmati kemenangan di Liga Champions atas Villarreal serta Atalanta dari posisi tertinggal, masing-masing menang berkat gol di menit-menit akhir dari Cristiano Ronaldo.

    Hanya satu bulan memasuki musim keduanya, Ten Hag membangun reputasinya sendiri dalam hal kebangkitan. Pertandingan melawan Forest merupakan kemenangannya yang ketujuh, setelah kemenangan atas Manchester City, Everton, West Ham, Fulham, Aston Villa dan Barcelona.

  • Lisandro Martinez Manchester United 2023-24Getty

    Aksi melarikan diri menjadi makin sulit

    Meskipun begitu, sang pelatih asal Belanda ini harus mewaspadai timnya yang terlalu sering melakukan comeback. Seperti yang Solskjaer ketahui, sebuah tim hanya dapat mengeluarkan kekuatan mereka untuk keluar dari situasi sulit berkali-kali sebelum kelemahan mereka terekspos secara brutal.

    Hanya empat hari setelah pembalikan keadaan yang ajaib melawan Atalanta, Manchester United menjamu Liverpool dan dipermalukan 5-0 di kandang sendiri. Pada pertandingan berikutnya, dikalahkan oleh Manchester City dan beruntung hanya kalah 2-0. Setelah selamat dari tiga ketakutan besar sebagai manajer, masa kepemimpinan Solskjaer akhirnya berakhir secara brutal setelah kekalahan telak dari Watford.

    Reputasi Solskjaer sebagai seorang manajer yang mampu menyulap kebangkitan epik segera berganti dengan citra sebagai seorang pria yang memiliki kemampuan untuk mengawasi penghinaan epik. Kekalahan telak dari Liverpool, City dan Watford dapat disejajarkan dengan kekalahan 6-1 di kandang atas Tottenham, kekalahan 3-0 dari RB Leipzig yang membuat Manchester United tersingkir dari Liga Champion, atau kekalahan telak 4-0 dari Everton yang dilatih oleh Marco Silva.

  • Manchester United Liverpool 2022-23Getty Images

    Kesamaan reputasi

    Sayangnya, kekalahan memalukan merupakan hal lain yang dimiliki Solskjaer dengan Ten Hag. Meskipun musim debutnya merupakan salah satu musim terbaik Manchester United dalam satu dekade terakhir, musim tersebut dinodai oleh beberapa kekalahan besar.

    Ada pembantaian 4-0 oleh Brentford, 6-3 oleh Manchester City, kekalahan 3-0 oleh Sevilla dan yang terburuk, 7-0 oleh Liverpool, yang merupakan kekalahan terparah Manchester United dari rival terbesar mereka selama lebih dari satu abad dan hasil terburuk bersama sepanjang masa.

    Jadwal pertandingan musim ini sangat menguntungkan Manchester United, memberikan mereka pertandingan kandang melawan tim yang berada di zona degradasi seperti Wolves dan Forest. Namun keadaan akan menjadi lebih sulit. Di hari Minggu, anak asuh Ten Hag bertandang ke Arsenal dan setelah jeda internasional menjamu Brighton, yang berhasil meraih dua kemenangan atas mereka musim lalu.

  • Erik ten Hag Manchester United 2022-23Getty Images

    Apakah Manchester United benar-benar bergerak maju?

    Kekalahan di kedua pertandingan tersebut sangat mungkin terjadi, terutama mengingat Manchester United takluk di setiap pertandingan tandang melawan tim tujuh besar musim lalu dan mengalami kekalahan di kandang Spurs pada pertandingan pertama di luar Old Trafford musim ini. Hal itu akan menempatkan Ten Hag dalam posisi yang sangat genting, terutama setelah klub menghabiskan £211 juta ($267 juta) pada musim panas lalu dan lebih dari £170 juta ($216 juta) tahun ini untuk memberikan manajer skuad yang diinginkannya.

    Pelatih asal Belanda itu dipekerjakan untuk menandai berakhirnya nostalgia yang telah menjadi ciri khas manajemen Manchester United baru-baru ini: mulai dari mempertahankan kepercayaan pada Solskjaer, hingga membawa kembali Ronaldo. Ia telah melakukan banyak hal dengan benar dan memiliki otoritas yang tidak didapat oleh para pendahulunya, baik dengan klub maupun skuad.

    Namun pada akhirnya ia akan dinilai berdasarkan hasil. Melihat apa yang telah diberikan oleh timnya sejauh musim ini, ia akan dinilai dengan keras kecuali jika keadaan membaik. Lebih dari sebelumnya, ia harus menunjukkan bahwa timnya telah beranjak dari sepakbola yang mendebarkan yang tidak berkelanjutan di era Solskjaer dan bahwa mereka benar-benar melangkah maju, bukan mundur.