Rating Chelsea's season so far 2022-23 Tuchel James Sterling HavertzGetty/ GOAL composite

Rating Musim Chelsea: Tuchel Sudah Pergi Tapi Masalah Masih Jangkiti Si Mandul The Blues

Bahkan suporter paling garis keras sekalipun tak akan berani bilang Chelsea punya peluang mengikuti persaingan gelar Liga Primer Inggris 2022/23, setelah melihat bulan-bulan penuh gejolak yang sudah dimulai sejak akhir musim lalu dan diperparah pramusim yang kurang ideal.

Sedikit juga fans yang menyangka Thomas Tuchel, yang begitu dicintai setelah mempersembahkan trofi Liga Champions kedua, bakal dipecat hanya setelah satu bulan dan tujuh laga di musim baru, dengan The Blues kini cuma duduk di peringkat tujuh EPL usai dihajar Leeds dan Southampton, dan baru bisa mengumpulkan satu poin dari dua laga di fase grup UCL.

Hidup memang bagaikan roda; kadang di atas, kadang di bawah.

Kini Graham Potter ditunjuk sebagai pelatih baru, sebuah pilihan yang menarik dan bikin cemas di saat yang sama - apalagi mengingat Chelsea terancam krisis sepenuhnya jika gagal memperbaiki performa. Sejarah juga menunjukan bahwa raksasa London tersebut punya siklus kebobrokan setiap beberapa tahun sekali.

Namun jika pemilik baru menepati janji mereka, maka Potter akan diberi waktu yang ia perlukan untuk menerapkan filosofinya di skuad Chelsea dan memperbaiki nasib sang juara dunia.

Terlepas dari reputasinya yang sedang berkembang, Potter akan menghadapi pekerjaan sulit di Stamford Bridge, dan laga pertamanya - diimbangi RB Salzburg 1-1 di kandang - belum menawarkan jaminan bahwa dia bisa membuat perubahan di Chelsea.

Maka, penundaan dua laga Liga Inggris Chelsea datang di saat sempurna. Ia memberi Potter waktu untuk membumikan ide-idenya dan menilai skuad barunya.

Jadi, bagaimana menilai performa The Blues yang terseok-seok di awal musim? Siapa pemain paling mencolok, siapa yang harus digembleng Potter, dan akan seperti apa masa depan jangka pendek Chelsea?

GOAL mencoba menjawabnya...

  • Reece James 2022-23Getty

    Pemain terbaik

    Amid the occasional chaos around him, Reece James has been a picture of consistency.

    Di tengah pusaran kekacauan, Reece James hadir sebagai sosok penampil konsisten.

    Aksinya sebagai bek kanan naik-turun mampu menjadi sumber serangan buat Chelsea, dengan kemampuan crossing dan menembaknya tak kalah dari penyerang-penyerang jempolan.

    James sudah mencatatkan satu gol dan satu assist dalam lima laga EPL, ia mencetak gol kedua Chelsea di laga kontroversial nan dramatis kontra Tottenham yang berakhir 2-2 itu.

    Dengan apiknya penampilan James, Gareth Southgate punya alasan kuat untuk tak mempercayai posisi bek kanan Inggris kepada Trent Alexander-Arnold di Piala Dunia 2022 di Qatar nanti.

  • Iklan
  • Koulibaly Chelsea TottenhamGetty Images

    Penampilan terbaik

    Pilihannya sedikit, mengingat dalam kemenangan pun Chelsea tetap kesulitan.

    Ironisnya imbang 2-2 versus Tottenham menjadi penampilan terbaik mereka, dan Chelsea layak kecewa cuma bisa memetik satu poin di laga tersebut.

    The Blues dominan total di babak pertama, tapi mereka cuma bisa menghasilkan satu gol apik Kalidou Koulibaly sebelum turun minum. Spurs agak mendingan setelah interval, tetapi tuan rumah seolah ditakdirkan menang setelah gol Reece James meng-cancel gol penyeimbang Pierre-Emile Hojbjerg. Sayangnya, Harry Kane sukses mencetak gol tandukan menit akhir memanfaatkan kecerobohan pertahanan Chelsea.

    Memang tak bagus-bagus amat, tetapi sesekali di laga itu Chelsea menunjukan sepakbola yang para suporter harapkan bisa menjadi standar permainan mereka ke depannya.

    Nyatanya, segalanya mulai hancur berantakan.

  •  K Koulibaly Chelsea 2022-23Getty Images

    Gol terbaik

    Sepertinya penampilan terbaik Chelsea memang disimpan buat lawan Tottenham saja, ya?

    Gol apik Raheem Sterling kontra Salzburg di Liga Champions memang layak dinominasikan, tetapi sulit untuk tidak memilih tendangan voli Kalidou Koulibaly.

    Bek sentral Senegal itu menyepak umpan pojok Marc Cucurella, menghunjamkan bola ke gawang Hugo Lloris dengan teknik bak striker kelas dunia, dia pun membuka catatan golnya buat The Blues di laga kandang, melawan rival sekota pula. Rasanya tak ada momen yang lebih baik untuk gol pertama.

  • ENJOYED THIS STORY?

    Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

  • Raheem Sterling Chelsea Champions League 2022-23Getty

    Rekrutan terbaik

    Marc Cucurella dan Kalidou Koulibaly memang tampil cukup solid - kecuali saat dikartu merah versus Leeds - tapi impak Raheem Sterling di lini depan sejak dibeli dari Manchester City tak bisa diabaikan.

    Meski kadang bikin frustrasi, gagal memanfaatkan peluang-peluang apik, lima keterlibatan gol Sterling dalam delapan pertandingan adalah bukti bahwa mungkin dialah satu-satunya penyerang Chelsea yang bisa diandalkan.

    Bintang timnas Inggris itu mencetak brace krusial ke gawang Leicester, saat 10 pemain The Blues merampas tiga poin dari The Foxes, dan golnya melawan Salzburg adalah sebagus-bagusnya tendangan R2+Kotak.

    Peran striker murni seperti Pierre-Emerick Aubameyang dalam menarik perhatian bek lawan juga berpotensi meningkatkan level ancaman Sterling.

  • Jorginho Chelsea Leeds 2022-23Getty

    Yang paling mengecewakan

    Kekalahan atas Dinamo Zagreb memang membuat musim Chelsea semakin terjun bebas, Tuchel pun sampai dipecat setelahnya, tapi dibantai 3-0 oleh Leeds adalah titik terendah The Blues.

    Tampil dominan kontra Spurs, optimisme menemani langkah Chelsea ke Elland Road. Nyatanya, The Blues berakhir porak-poranda. Leeds tanpa lelah mengepung tamu mereka tersebut, dan mampu mendominasi dari awal sampai akhir.

    Chelsea tampil semenjana, dan kesemenjanaan tersebut berubah menjadi bencana setelah kiper Edouard Mendy melakukan blunder fatal - Brenden Aaronson sukses merebut bola dari kakinya untuk membuka keunggulan tuan rumah. Dari situ nasib mereka semakin ambyar, dan kemalangan Chelsea jadi dibikin paripurna oleh kartu kuning kedua - yang sebenarnya tak perlu! - Kalidou Koulibaly.

    Ketidakmampuan anak asuh Tuchel menyentuh Leeds, yang tak sedang bagus-bagus amat, sangat mencerminkan kepayahan mereka.

  • Graham Potter Chelsea 2022-23Getty Images

    Poin plus terbesar

    Sangat sedikit poin positif yang bisa dipetik, tapi setidaknya masih ada alasan untuk tak patah arang.

    Chelsea gerak cepat merekrut Graham Potter, dan penundaan laga baru-baru ini memberinya banyak waktu untuk bekerja bersama pemain baru di latihan.

    Skuadnya pun cukup sehat, sehingga Potter bisa menurunkan tim terbaik versinya dan membangun sedikit chemistry di rentetan laga domestik yang realtif mudah.

    Kemungkinan besar, tim terbaik tersebut akan dilengkapi oleh Aubameyang, yang kedatangannya bisa menjadi bantuan signifikan buat lini depan yang beberapa bulan terakhir mandul tak terkira. Sekadar kehadirannya saja bisa melepas belenggu-belenggu yang menahan Kai Havertz dan penyerang Chelsea lainnya.

  • Ruben Loftus-Cheek Chelsea 2022-23Getty Images

    Pemain kejutan

    Buntut cedera Mateo Kovacic dan N'Golo Kante, Ruben Loftus-Cheek jadi lebih sering terlibat, lebih sering dari perkiraan orang-orang.

    Kemampuan menggiring gelandang 26 tahun itu memungkinkan Chelsea naik menyerang lebih cepat dan memberi dimensi yang sepenuhnya berbeda dari permainan konservatif ala Jorginho, Kovacic, dan Kante.

    Meski jelas bahwa dia perlu menambahkan gol ke dalam repertoarnya, Loftus-Cheek berhasil mendapatkan kesempatan untuk mempertahankan tempatnya di bawah sang manajer baru.

  • Kai Havertz Chelsea West Ham 2022-23Getty Images

    Yang harusnya bisa lebih baik

    Chelsea start mengecewakan; artinya akan ada nama-nama pemain yang juga tampil serupa - terutama di sektor depan.

    Etos kerja dan pergerakannya yang seolah tanpa lelah itu memang membuat fans lebih menyukainya, tetapi mungkin suporter akan segera habis kesabaran jika Kai Havertz tak bisa menemukan kembali kontribusi gol dan kecemerlangan yang membuatnya menjadi wonderkid di Bayer Leverkusen. Kedatangan Aubameyang mungkin bisa memberinya peran yang lebih bebas, dan seperti yang belum lama ini disaksikan timnas Inggris, bintang Jerman itu bisa sangat mematikan jika maksimal.

    Meski bukan starter reguler, Christian Pulisic dan Hakim Ziyech harus bisa membuktikan kepada Potter bahwa mereka bisa konsisten jika ingin menembus starting XI.

    Di lini tengah, harapan besar hinggap di pundak Conor Gallagher yang dipinjamkan dengan sukses ke Crystal Palace musim lalu, tetapi dia belum bisa menyamai performa itu dan dengan cerobohnya dikartu merah kontra Leicester. Biar adil, perlu disampaikan bahwa kualitas terbaik Gallagher - pergerakan tanpa bola sebagai No.8 - memang masih belum digunakan dengan maksimal di Chelsea.

    Jorginho memang terkadang terlihat seperti gelandang kelas dunia, tapi soal urusan bertahan dia tak ubahnya dengan boneka latihan yang bisa dilewati lawan dengan mudahnya.

    Mason Mount, yang dinobatkan Pemain Terbaik Chelsea selama dua musim berturut-turut, juga mengalami penurunan yang perlahan tapi pasti semenjak awal tahun 2022.

  • Graham Potter ChelseaGetty Images

    Mengkhawatirkan

    Di dunia ideal, semua kekhawatiran akan sirna setelah beberapa pekan masa bakti Graham Potter. Namun, tak peduli seberapa berbakatnya pelatih asal Inggris tersebut, sulit untuk sembuh dari hangover sisa era Tuchel.

    Mencetak gol masih menjadi masalah, tapi filosofi Potter yang berbasis possession dan cenderung menyerang harusnya bisa menambah penciptaan peluang, dan Aubameyang harus bisa memastikan peluang-peluang tersebut berakhir di dalam gawang lawan.

    Lini belakang Chelsea juga tak sekokoh dulu. Dari tiga laga pertama musim ini, mereka sudah kemasukan lima gol, sementara pada 2021/22 mereka cuma kemasukan empat gol dalam 12 perandingan pertama.

    Mungkin masalah tersebut akan berangsur hilang dengan Koulibaly, Thiago Silva, dan Wesley Fofana semakin padu seiring berjalannya waktu, tapi semua harus berubah dengan segera.

    Tapi tentu saja, kekhawatiran utama adalah apakah Potter punya kapasitas untuk menggembleng skuad yang dipenuhi dengan bintang berego besar tapi underperforming ini dengan pengalamannya yang minim (bahkan belum ada) di level tertinggi.

  • Thomas Tuchel Chelsea 2022-23Getty

    Akhir kata...

    Tak ada yang menyangka Thomas Tuchel bakal dipecat di saat musim masih seumur jagung. Kebanyakan mengira era main pecat Roman Abramovich sudah selesai.

    Meski Tuchel adalah sosok yang dicintai fans The Blues (menang Liga Champions, bos!), harus dikatakan bahwa Chelsea terlalu inkonsisten semenjak akhir 2021.

    Dipecat setelah tepat 100 laga, Chelsea asuhannya kemasukan lebih dari dua kali lipat gol di 50 laga terakhirdibandingkan 50 laga pertama.

    Tak lama setelah didepak, muncul laporan bahwa dia kehilangan kepercayaan ruang ganti, bersitegang dengan pemilik baru, dan tak ingin terlibat dalam proyekan Boehly, sehingga tak heran jika posisinya sudah tak bisa dipertahankan sejak lama, dan kekalahan di tangan Zagreb bukanlah faktor yang membuat Tuchel akhirnya dipecat.

    Chelsea memang terlihat mendingan di debut Potter kontra Salzburg, tapi lagi-lagi harus menutup 90 menit dengan rasa frustrasi. Sepertinya jalan Chelsea dan Potter menuju kebangkitan masih panjang.

0