Rodrygo Bellingham Vinicius Real Madrid GFXGetty Images

Bukan Cuma Pertunjukan Jude Bellingham: Real Madrid Butuh Vinicius Jr & Rodrygo Buat Bawa Kembali Kecemerlangan Brasil Ke Bernabeu Sekaligus Kurangi Tekanan Pada Sang Superstar

Akan sangat menyenangkan untuk percaya bahwa Jude Bellingham dapat melakukan semuanya, setiap minggu. Akan sangat menyenangkan untuk berpikir bahwa selebrasi khasnya - tangan terbentang, dagu terangkat, sedikit seringai - bakal terjadi setiap beberapa hari. Bagaimanapun, ini adalah pemain berusia 20 tahun yang melenggang masuk ke dalam klub dengan tekanan tertinggi di dunia, dan membuat segalanya terlihat sangat mudah.

Namun kenyataannya adalah Bellingham akan melambat. Ada beberapa pertandingan di mana ia tidak mencetak gol atau memberikan assist. Bahkan mungkin - dan ini merupakan konsep yang menakutkan bagi para penggemar Madrid - tampil buruk, atau menjadi korban dari kepintaran taktis manajer lawan.

Jadi jika Bellingham goyah, maka siapa lagi yang dapat menggantikannya? Kemewahan bagi Real Madrid selama bertahun-tahun ini adalah banyaknya pemain lini serang yang dimiliki. Cristiano Ronaldo dapat mengalami hari yang buruk karena Gareth Bale ada di dalam tim. Karim Benzema dapat melewatkan beberapa pertandingan, dan Vinicius Jr akan mengisi kekosongan tersebut. Ronaldo Nazario mungkin akan kesulitan dan masih memiliki Raul sebagai cadangan.

Namun sejauh musim ini, para pemain kedua tersebut belum muncul. Hilangnya produksi gol dengan kepergian Benzema ke Liga Pro Saudi telah ditebus oleh kecemerlangan Bellingham. Meskipun begitu, jika ia gagal, pemain lain harus memberikan kontribusi. Sejauh ini, mereka yang diharapkan untuk mengisi kekosongan belum memberikannya. Terutama, duo Brasil, Vinicius dan Rodrygo, yang baru mencetak empat gol di semua kompetisi sejauh ini - dan juga tidak terlalu bersinar dalam pertandingan internasional.

Hal ini tidak perlu dikhawatirkan - setidaknya belum. Meskipun begitu, Los Blancos dapat melakukan hal yang lebih baik dengan membuat duo pemain asal Brasil itu tampil baik, saat Bellingham tidak dapat melakukan segalanya sendirian.

  • Bellingham Real Madrid 2023-24Getty Images

    Performa menakjubkan Bellingham

    Menjelaskan dampak Bellingham sejauh musim ini sangatlah sulit. Ia adalah seorang gelandang yang bermain sebagai false nine di belakang dua penyerang, yang juga dapat bermain di sisi kiri dalam formasi 4-4-2 saat timnya bertahan, dan menciptakan peluang bagi pemain lain dengan sangat baik.

    Bellingham telah mencetak 10 gol dari 10 pertandingan bersama Los Blancos, dan juga sudah memberikan tiga assist. Secara statistik ia mencetak gol dengan jumlah yang sama dengan yang dilakukan oleh Cristiano Ronaldo saat pertama kali bergabung Real Madrid pada 2009. Ia menyumbang 43 persen dari gol-gol Madrid sejauh musim ini, dan memiliki andil dalam lebih dari separuhnya.

    Hal-hal yang lebih teknis lebih mengesankan lagi. Bellingham berada di persentil ke-96 atau di atasnya dalam hal gol per 90 menit bagi para gelandang dan penyerang, menurut FBref. Ia berada di urutan ke-88 atau di atas untuk kedua kelompok dalam hal perebutan bola yang berhasil. Ia berada di atas rata-rata di antara semua gelandang dalam hal tekel, intersep, blok, dan duel udara yang dimenangkan. Mengadu Bellingham, sebuah entitas tanpa posisi, melawan para pemain top di setiap posisi di Eropa, dan angka-angkanya cocok. Ini adalah angka-angka dari seorang superstar sejati, seorang pemain yang, jika musim ini dimulai sembilan bulan yang lalu, mungkin namanya akan muncul dalam diskusi Ballon d'Or.

    Meskipun memiliki talenta yang luar biasa, level seperti itu tentu saja tidak dapat dipertahankan, bukan? Jika mereka tidak dapat melakukannya, Madrid membutuhkan Vinicius dan Rodrygo untuk memberikan dukungan. Joselu telah mencetak beberapa gol - dengan lima gol di semua kompetisi - namun duo pemain asal Amerika Selatan iru seharusnya menjadi pemain utama di lini serang Madrid.

  • Iklan
  • Rodrygo Real Madrid 2023-24Getty Images

    Problem Rodrygo

    Pada babak kedua pertandingan kualifikasi Piala Dunia Brasil melawan Venezuela pada Kamis (12/10), Rodrygo memiliki peluang emas untuk mengakhiri pertandingan. Selecao memimpin 1-0, dan mencari gol kedua yang menentukan. Penyerang Madrid itu melakukan hampir segalanya dengan benar, saat ia memotong satu pemain bertahan dan menciptakan ruang untuk melepaskan tembakan. Namun pada saat-saat penting, sepersekian detik di mana bola seharusnya dikirim ke tiang jauh, ia ragu-ragu. Sebaliknya, ia melakukan tendangan yang membentur tiang gawang. Venezuela akhirnya berhasil mencetak gol penyeimbang di menit-menit terakhir.

    Itu adalah satu momen yang melambangkan perjuangan Rodrygo sepanjang musim ini. Setelah mencetak gol di laga pembuka musim ini melawan Athletic Club, pemain asal Brasil itu belum kembali mencetak gol. Dari 30 tembakannya musim ini, hanya tujuh yang tepat sasaran. Ia telah gagal mengeksekusi penalti melawan Celta Vigo dan menyia-nyiakan peluang-peluang besar saat melawan Getafe, Union Berlin dan Las Palmas.

    Di sela-sela itu, Rodrygo terlihat sebagai pemain yang tidak yakin dengan posisi mana yang harus ditempati. Sebagai seorang pemain nomor 10, ia telah menghabiskan sebagian besar kariernya di Madrid sebagai pemain sayap kanan, dengan kemampuannya melakukan tusukan ke dalam dan menciptakan masalah dengan kemampuannya menggiring bola dan umpannya yang mematikan.

    Banyak yang mengasumsikan bahwa dengan kepergian Benzema, Rodrygo akan mengambil alih posisi No.9 Madrid sampai seorang penyerang baru atau pemain penyerang tengah baru tiba. Sebaliknya, untuk memenuhi kebangkitan Bellingham, Rodrygo telah diminta untuk bermain sebagai bagian dari dua penyerang depan, mulai dari ruang setengah lapangan yang biasanya dipilihnya, dan dipaksa untuk menemukan celah dalam pertahanan yang sulit.

    Ini adalah sebuah posisi yang canggung. Rodrygo adalah seorang pemain yang harus menguasai permainan, dan berkembang pesat ketika diminta untuk berpikir beberapa langkah ke depan. Insting, seperti yang ia tunjukkan, bukanlah keahliannya. Ia mengakui hal tersebut dalam sebuah wawancara pekan lalu, dengan mengatakan: "Selalu penting untuk bisa bermain dalam berbagai peran. Saya selalu menegaskan bahwa saya memiliki bakat untuk bermain di sayap, saya tidak suka bermain sebagai pemain nomor sembilan, meskipun di klub saya, saya harus melakukannya."

    Ada juga beberapa ketidakberuntungan. Rodrygo, terkadang, menjadi korban dari penyelamatan-penyelamatan besar, atau blok-blok yang tepat waktu. Joselu juga menggagalkan tendangan penalti yang seharusnya dapat memberikan pemain asal Brasil itu kepercayaan diri yang sangat dibutuhkan. Namun jika posisi Bellingham merupakan sebuah taktik yang jitu, penampilan Rodrygo merupakan korban utamanya.

  • Vinicius Real Madrid Las PalmasGetty

    Magis Vinicius telah memudar

    Vinicius, di sisi lain, menghadirkan masalah yang berbeda. Pemain sayap itu mengalami cedera hamstring pada akhir Agustus yang membuatnya harus absen selama satu bulan, dan masih belum pulih benar. Meskipun telah tampil dalam tiga pertandingan sejak kembali, ia masih belum menjadi pemain yang sama seperti tahun lalu yang mendominasi divisi utama Spanyol.

    Perubahan posisi pemain asal Brasil itu akan selalu menjadi perdebatan musim ini. Seperti Rodrygo, Vinicius diminta untuk bermain lebih ke dalam, berfungsi sebagai penyerang yang berposisi sebagai penyerang dalam, sedikit berbeda dari posisi yang membuatnya menjadi pemain kelas dunia dalam dua musim terakhir.

    Vinicius, seperti Rodrygo, kini menerima bola di ruang yang berbeda, dan berfungsi dengan canggung. Jika sebelumnya ia menggunakan Benzema sebagai target utama dan bek kiri sebagai opsi untuk melapis, sang pemain asal Brasil itu kini harus terhubung dengan Bellingham yang bermain lebih ke dalam, dan bek sayap yang bergerak di sisi luarnya. Hasilnya adalah area yang sedikit lebih sempit, yang mencegahnya berlari dengan kecepatan penuh ke arah para pemain bertahan - situasi yang tidak diragukan lagi merupakan keadaan paling berbahaya baginya.

    Vinicius masih bisa beroperasi dalam situasi tersebut. Tentu saja, ia adalah pemain sepakbola yang terlalu bagus untuk diredam oleh taktik manajernya sendiri. Ia masih dapat melakukan hal-hal ajaib: menjatuhkan diri, melangkah, dan berputar-putar di sekitar lawan. Namun hal tersebut sepertinya lebih jarang terjadi sekarang, dan terdapat lebih banyak pemain bertahan di sekelilingnya saat mencoba melakukan sihirnya.

    Hasilnya adalah Vinicius terlihat terburu-buru, tidak begitu nyaman di area yang seharusnya dikerjakan. Masih terdapat sebuah kurva pembelajaran di sini. Vinicius, bagaimanapun juga, masih berusia 23 tahun. Namun pendidikannya perlu dipercepat - begitu juga dengan kebugarannya.

  • BellinghamGetty Images

    Apa yang bisa dihasilkan oleh keduanya?

    Mungkin keuntungan bagi kedua pemain adalah bahwa mereka tidak perlu meledak - setidaknya dengan segera. Vinicius menjalani musim paling produktif sebagai pemain profesional pada musim lalu, dengan mencetak 44 gol di semua kompetisi untuk klub dan negara. Rodrygo tidak berada di level yang sama dengan rekan senegaranya, tetapi masih memberikan kontribusi 30 gol, semuanya dalam 1.000 menit lebih sedikit.

    Bahwa mereka berdua mampu melakukan hal tersebut - dan bahkan bisa dibilang lebih - sangatlah meyakinkan. Namun dengan Bellingham yang bermain seperti apa adanya, ini lebih kepada kedua pemain yang memberikan kontribusi yang stabil. Madrid dapat meraih 10 gol dan assist dari keduanya - bukan hal yang mudah, namun dapat dicapai dengan mudah oleh para pemain dengan rekam jejak seperti mereka.

    Meskipun tidak dapat memberikan kontribusi seperti itu, mungkin kualitas penampilan mereka dapat ditingkatkan. Rodrygo dapat bermain lebih baik di sepertiga akhir lapangan, dan memilih momen yang tepat untuk menyerang. Vinicius dapat menggerakkan bola dengan lebih cepat, atau melakukan umpan-umpan tipuan seperti yang dilakukan oleh Benzema.

  • Rodrygo Real Madrid La Liga 2023-24Getty

    Ke mana lagi Madrid bisa berpaling?

    Yang menjadi kekhawatiran bagi Madrid adalah hanya ada sedikit pilihan selain Rodrygo dan Vinicius. Joselu telah menikmati awal yang baik, namun lebih sering menjadi pemain cadangan daripada menjadi pemain yang diandalkan untuk tampil sebagai starter hampir setiap pekan. Sementara itu, 'Messi Turki' Arda Guler belum menendang bola untuk tim utama karena masalah cedera, dan belum menjadi penyerang yang produktif atau kreator yang dibutuhkan.

    Pemain lainnya - Luka Modric, Brahim Diaz, Dani Ceballos - juga bukan pencetak gol alami. Hanya Fede Valverde yang diproyeksikan oleh Valverde sebagai pemain yang dapat menambah daya gedor para pemain lini tengah Madrid yang berpikiran maju, namun akhir-akhir ini ia lebih sering bermain ke dalam untuk membuat Bellingham dapat menekan. Ini adalah tim Madrid yang sangat terstruktur dengan baik, dengan keseimbangan yang ideal untuk memastikan tiga penyerang depan dapat mencetak gol. Ketika dua dari mereka tidak mencetak gol, tanggung jawab akan dibebankan pada pemain ketiga.

    Jadi, meskipun Carlo Ancelotti memiliki pemain terbaik di dunia yang dapat dikatakan sedang dalam kondisi terbaiknya saat ini, tim-tim papan atas membutuhkan pilihan kedua, pemain yang dapat memberikan kontribusi dari tempat lain untuk memastikan bahwa sang pemain bintang tidak perlu melakukan segalanya sendirian dalam 60 pertandingan. Di masa lalu, Madrid mengandalkan Bale, Benzema, dan Raul. Kini, mereka harus beralih pada dua pemain lain yang dapat memastikan bahwa awal musim yang gemilang tidak terbuang sia-sia.