Zinedine Zidane akan selamanya dikenang sebagai salah satu yang terbaik dalam sepakbola, tapi penampilan pamungkas dalam kariernya dirusak oleh kartu merah ceroboh pada final Piala Dunia 2006 antara Prancis kontra Italia di Jerman.
Di samping menginspirasi Les Blues meraih kejayaan global pada Piala Dunia 1998, bintang yang mengoleksi tiga penghargaan Pemain Terbaik Dunia FIFA dan Ballon d'Or itu tersungkur di bawah awan Stadion Olimpiade, Berlin.
Legenda Juventus dan Real Madrid memasuki masa pensiun pada usia 34 tahun, namun apa yang menyebabkan kartu merah terkenalnya melawan Azzurri dan mengapa insiden itu terjadi? GOAL coba menyajikannya…
Mengapa Zinedine Zidane diganjar kartu merah pada final Piala Dunia 2006?
Dua orang ini menjadi pusat perhatian dalam duel luar biasa sepanjang final Piala Dunia 2006.
Zidane memecah kebuntuan dalam pertandingan itu lewat titik penalti dalam kurun tujuh menit, sebelum Marco Materazzi menyamakan skor kembali pada menit ke-19.
Pertandingan terkunci di skor 1-1, memaksa kontes dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu dan akhirnya adu penalti.
Zidane gagal melangkah dari jarak 12 pas untuk kali kedua saat ia diusir keluar lapangan pada menit ke-110 setelah berselisih dengan Materazzi di pertengahan areal bertahan Italia.
Insiden ini tidak terlihat oleh wasit Horacio Elizondo, dan tentu sebelum ada VAR, tapi konsultasi dengan ofisial keempat berujung kartu merah untuk Zidane.
Tayangan ulang menunjukkan bahwa Zidane terlibat adu mulut dengan Materazzi. Zizou menyerang Matrix dengan menanduk dada pria Italia itu, yang membuat nama terakhir berguling-guling di rumput.
Apa yang dikatakan Materazzi kepada Zidane?
GettyAda kabar pada saat itu bahwa Materazzi telah melontarkan kata-kata melecehkan yang ditujukan kepada ibu Zidane, tapi dia selalu membantah tuduhan itu dan memenangkan kasus pencemaran nama baik terhadap media Inggris pada 2009 dalam upaya untuk membersihkan namanya.
Matriz tidak pernah mengungkapkan dengan tepat apa yang dikatakannya kala itu sampai akhirnya ia blak-blakan kepada media Spanyol AS pada 2020.
“Tandukan kepala Zidane? Saya tidak mengharapkannya pada saat itu. Saya cukup beruntung bahwa seluruh episode datang secara mengejutkan, karena jika saya mengharapkan sesuatu seperti itu terjadi dan telah siap untuk itu, saya yakin kami berdua akhirnya akan diusir,” ucap Materazzi.
“Ada sedikit kontak antara kami di daerah itu. Dia pencetak gol Prancis pada babak pertama dan pelatih kami [Marcello Lippi] menyuruh saya untuk menjaganya. Setelah duel pertama di antara kami, saya meminta maaf tapi dia bereaksi buruk.”
“Setelah bentrokan ketiga, saya mengernyitkan dahi dan dia membalas: 'Saya akan memberikan jersi saya nanti'. Saya menjawab bahwa saya lebih suka mendapatkan saudara perempuannya daripada jersinya.”
“Kata-kata saya bodoh tapi tidak pantas menerima reaksi itu. Di lingkungan mana pun di Roma, Napoli, Turin, Milan Paris, saya mendengar hal-hal yang jauh lebih parah.”
“Saya berbicara tentang saudara perempuannya bukan ibunya, seperti yang saya baca di beberapa media. Ibu saya meninggal saat saya masih remaja, dan saya tidak akan pernah menghinanya,” pungkasnya.
Apakah Zidane menyesal?

Prancis kalah dengan skor 5-3 melalui adu penalti pada laga tersebut. David Trezeguet mengacaukan barisan Les Bleus, dan Zidane dengan cepat meminta maaf atas emosinya yang harus dibayar mahal ketika rekan-rekan setimnya yang kecewa kembali ke ruang ganti dengan medali perak di tangan.
Mantan bek Manchester United dan Arsenal, Mikael Silvestre, yang menjadi bagian dari skuat Prancis pada turnamen tersebut, mengatakan kepada talkSPORT: “Dia sudah berada di ruang ganti sebelum kami datang dan dia meminta maaf.”
“Saya tidak tahu mengapa dia meminta maaf. Tapi saat saya melihat tayangan ulang insiden itu lalu saya berpikir 'wow, wow, wow, oke’.”
“Tapi apa yang bisa Anda katakan? Anda tidak akan bisa menasihati Tuhan!”
“Dia sangat tertutup tapi Anda harus menyadari sebelum kejadian itu dia sudah mengumpulkan 10 kartu merah dalam kariernya. Ada saat-saat di mana dia kehilangan kontrol emosi, tapi memang terkadang banyak orang jenius yang kehilangan akal,” imbuhnya.
Zidane tetap bungkam tentang insiden itu selama bertahun-tahun. Ia lebih memilih untuk fokus pada masa kini dan masa depan. Ia mengatakan kepada Telefoot pada 2022 ketika ditanya apakah dia menyimpan penyesalan: “Saya sama sekali tidak bangga dengan apa yang saya lakukan, tapi itu bagian dari masa lalu saya,” ucap Zizou.
Kini, Zidane belum lagi melatih sejak mundur dari Real Madrid pada 27 Mei 2021. Juru taktik berusia 50 tahun itu pun bukan pilihan Paris Saint-Germain yang justru menunjuk mantan bos Nice, Christophe Galtier.
