Untuk sesaat, Xavi tersenyum. Pasukan Barcelona-nya baru saja meraih kemenangan yang luar biasa di final Piala Super Spanyol, Senin (16/1) dini hari WIB.
Delapan detik dan empat operan setelah Sergio Busquets memenangkan bola di lini tengah, Gavi sukses mencetak gol.
Itu adalah yang pertama dari tiga aksi yang mirip, dan pelatih yang sering bermuka masam itu menunjukkan lebih banyak emosi sesudahnya. Senyum kecut menjadi manis. Ia bahkan tampak tertawa lepas usai laga berakhir.
Tentu tertawanya untuk hal yang baik. Pada hari ke-435 sebagai pelatih Barcelona, Xavi memenangkan trofi pertamanya berkat kemenangan 3-1 atas rival terbesar Barca itu.
Kemenangan seperti itu bisa menjadi momen besar dalam masa jabatannya. Itu tentu sangat berarti baginya, dan juga para pemainnya.
"Saya sudah di sini selama bertahun-tahun," katanya. "Saya tahu betapa banyak pemain menderita ketika segala sesuatunya tidak berjalan dengan baik. Hari ini adalah awal dari dinamika baru yang positif."
Tiga bulan lalu, trofi juara sepertinya sangat sulit untuk diraih. Barcelona baru saja tersingkir dari fase grup Liga Champions karena ketidakmampuan mereka untuk mengalahkan Inter Milan membuat mereka harus tersingkir untuk kedua kali berturut-turut sebelum melangkah ke fase gugur.
Para kritikus keluar dengan kekuatan penuh, menyerukan agar Xavi dipecat. Ia sendiri mengaku akan memahami jika Barcelona mengambil keputusan untuk mengakhiri kontraknya apabila tidak ada perbaikan hasil.
GettyTetapi presiden Joan Laporta membela pelatih yang ia tunjuk dan percayai untuk menjadi pelatih Barca. Ia bersikeras bahwa Xavi mendapat dukungannya dan akan diberi waktu.
"Ketika kami berada dalam situasi yang sulit, ia selalu melihat sisi positif... [Ia memiliki] semua kepercayaan saya," kata Laporta kepada BarcaTV.
Xavi tidak segera membalas kepercayaannya. Empat hari setelah hasil imbang 3-3 yang buruk di kandang sendiri lawan Inter, Barcelona dengan mudah dikalahkan di Clasico pertama musim ini beberapa hari kemudian, takluk 3-1 dari Real yang digdaya.
Tapi kemudian, sesuatu berubah.
Barcelona mengalahkan Athletic Bilbao 4-0 dalam pertandingan La Liga berikutnya. Usai pertandingan, gelandang Franck Kessie menegaskan bahwa Xavi telah membalikkan keadaan.
"Jika kami bangkit seperti ini [setelah beberapa hasil buruk], maka itu juga berkat Xavi dan staf," kata Kessie.
Blaugrana terus meraih hasil bagus sejak saat itu, dan diam-diam menjadi salah satu unit pertahanan terbaik di Eropa dalam prosesnya.
Mereka saat ini duduk di puncak La Liga, dan hanya kebobolan enam gol, meski tidak selalu tampil meyakinkan di lini belakang.
Dan sekarang, setelah penampilan mengesankan di final Piala Super Spanyol, mereka memiliki trofi sebagai bukti peningkatan performa.
Pekerjaan Xavi mungkin dipertaruhkan sebelum pertandingan tersebut, tapi sekarang relatif aman karena kemampuannya sebagai pelatih sudah teruji.
Pemilihannya untuk tim inti tergolong berani. Ia menempatkan Sergio Busquets yang sering dikritik dalam poros ganda bersama Frenkie de Jong, dan mencadangkan Jordi Alba yang senior untuk memberi tempat bagi pemain muda Alex Balde.
Selain itu, ia memainkan empat gelandang tengah alami, dengan Gavi di kiri, dan Pedri sebagai peran sentral di belakang Robert Lewandowski.
Barcelona tajam dalam serangan, dengan ketiga gol mereka berasal dari gerakan memukai setelah proses serangan kilat.
Pertahanan mereka juga bagus, dengan Ronald Araujo dimainkan di sisi kanan untuk mematikan pergerakan Vinicius Jr.
Karim Benzema, sementara itu, dibuat susah mencari ruang, dan tidak pernah benar-benar aktif dalam proses serangan Madrid.
Tapi hasil sebenarnya adalah perkembangan tim, antusiasme yang ditunjukkan Barcelona.
Sejak kepergian Lionel Messi 18 bulan lalu, Barca kerap menjadi bayang-bang Los Blancos, menyaksikan tim Carlo Ancelotti memenangkan Liga Champions dan La Liga dengan relatif mudah.
Di sisi lain, pasukan Xavi sering tersingkir dari kompetisi lebih awal, gagal melaju ke babak 16 besar Copa del Rey tahun lalu, dan tersingkir dari semi-final Liga Europa oleh tim yang akhirnya jadi juara, Eintracht Frankfurt.
Clasicos sejak saat itu, terlepas dari satu kemenangan ajaib 4-0, telah menjadi kisah yang mengerikan, dengan Barca sering kalah dari Madrid yang lebih berpengalaman – baik dalam usia maupun mentalitas.
Tapi sekarang, Barcelona tampak seperti pemenang abadi. Atau setidaknya, mereka bermain seperti itu.
Gavi dan Pedri menekan Luka Modric dan Toni Kroos tanpa henti. Frenkie de Jong dan Sergio Busquets bekerja sama untuk memutus aliran servis ke Benzema.
Dani Carvajal, yang sangat berpengalaman mengawal sisi kanan pertahanan Madrid dan Spanyol, tidak berdaya ketika Balde berlari melewatinya berkali-kali.
Xavi ada di pinggir lapangan sepanjang waktu, meneriakkan perintah dan menggerakkan tangan saat timnya tampil luar biasa. Ancelotti mengakui setelah pertandingan bahwa timnya kalah dalam aspek kecepatan, itu karena keunggulan Barca.
Selama 18 bulan terakhir, Xavi-lah yang sering mengucapkan apa yang diucapkan oleh Ancelotti dalam konferensi pers, entah menyesali performa buruk atau menguraikan kekurangan lain dari timnya.
Semuanya terbalik pada Senin dini hari. Xavi tetap relatif tenang saat timnya kebobolan, cuma sekadar tersenyum kecut. Tapi setelah peluit panjang, senyumnya berubah drastis dan suporter pun bersorak untuknya.
Madrid tampak kelelahan saat mereka terhuyung-huyung di atas panggung untuk meraih medali runner-up mereka, kebanyakan pemain memasang ekspresi muram saat menyaksikan rival berat mereka berjaya memenangkan trofi.
Barcelona, sementara itu, terlihat seperti kumpulan pemain muda yang antusias saat mereka mengangkat trofi, dengan manajer muda mereka senantiasa mendampingi tim sepanjang waktu.Piala Super Spanyol, tentu saja, trofi yang relatif kurang bergengsi.Namun, bagi Xavi dan Barcelona, kesuksesan juara mereka adalah kemajuan yang masif.Trofi juara sangat didambakan di Barca. Tapi yang ini bisa menjadi awal dari sesuatu yang istimewa, untuk bisa meraih lebih banyak lagi piala di bawah rezim Xavi.




