Jude Bellingham bukan satu-satunya alur cerita Bundesliga yang harus dipantau oleh penggemar Liverpool dalam beberapa minggu dan bulan ke depan.
Karena, meski bintang Borussia Dortmund tetap menjadi target transfer musim panas No.1 The Reds, satu jam atau lebih ke selatan, gelandang berkelas dan elegan lainnya bisa dipertimbangkan untuk peran masa depan bersama The Reds.
Dapat dikatakan bahwa Xabi Alonso cukup mengesankan sejak mengambil alih peran sebagai manajer Bayer Leverkusen pada Oktober lalu. Setelah mewarisi tim yang ada di urutan ke-17 klasemen, dan tampak sulit keluar dari zona degradasi, mantan pemain internasional Spanyol itu tiba-tiba membuat Die Schwarzroten bangkit dan kini merangkak naik ke papan atas.
Mereka adalah tim terbaik Bundesliga saat ini, dengan lima kemenangan beruntun sebelum dan sesudah Piala Dunia 2022, dan jika seandainya menang lagi saat lawan Dortmund-nya Bellingham akhir pekan lalu mereka bisa makin mendekat ke zona Eropa. Mereka musim ini berpartisipasi di Liga Europa dan akan menghadapi AS Monaco bulan depan, setelah mengalahkan Atletico Madrid untuk memperebutkan tempat ketiga di grup Liga Champions mereka.
Getty ImagesSejauh ini, sangat bagus, mengenai kinerja Alonso. Ada banyak pertanyaan ketika pria berusia 41 tahun itu menjawab panggilan darurat dari Leverkusen, namun tanda-tanda awalnya adalah bahwa ia adalah pelatih yang cocok untuk menangani tim di level top, dan bahwa ia memiliki keterampilan, pengetahuan, dan temperamen untuk menuai kesuksesan.
Kesabaran tentu saja merupakan kebajikan, dalam hal itu. Alonso pensiun sebagai pemain pada 2017, dan sejak itu berhati-hati dalam menentukan pekerjaan berikutnya, pertama bekerja dengan tim Real Madrid U-13 dan kemudian menangani tim Real Sociedad B sebelum menerima tawaran Leverkusen pada musim gugur lalu.
Tipikal Alonso, bisa dibilang. Seorang pesepakbola yang cerdas dan bijaksana, yang memenangkan hampir setiap prestasi yang ada untuk dimenangkan, penduduk asli Basque ini tampaknya telah melakukan pendekatan yang sama ke dalam karier pascabermainnya.
"Untuk memahami perkembangan Xabi sebagai pelatih, Anda harus mulai dengan memahami latar belakangnya," kata Roberto Olabe, direktur olahraga Real Sociedad, kepada GOAL.
"Saya adalah pelatihnya pada 2002 di Real Sociedad, ketika ia masih sangat muda, dan bahkan saat ini, ia sudah memiliki keterampilan kepemimpinan yang baik. Saya ingat kami berada dalam situasi yang buruk, dekat dengan degradasi ke Divisi Segunda, dan ia benar-benar menunjukkan kepribadiannya yang kuat. Bahkan sebagai pemain muda, ia berbicara dengan pemain penting seperti Darko Kovacevic, Nihat Kahveci, Mikel Aranburu. Ia memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan."
"Xabi bermain sepakbola dengan sangat baik, tapi ia tidak pernah menjadi pemain yang cepat. Jadi ia harus mengembangkan caranya, dan caranya adalah tentang mengetahui permainan, memahami kekuatan dan kelemahannya, mengetahui bagaimana mengimbangi kekurangan kecepatannya. Permainannya didasarkan pada kecerdasan, dan itu bisa membantunya sebagai seorang manajer."
Kesuksesan tentu saja mengikuti Alonso kemanapun ia pergi sebagai pemain. Ia memenangkan Liga Champions bersama Liverpool di musim pertamanya, kemudian memenangkannya lagi bersama Real Madrid sebelum pindah ke Bayern Munich di masa senja kariernya dan memenangkan tiga gelar Bundesliga.
Getty ImagesBersama Spanyol ia menjadi juara Eropa dua kali dan memenangkan Piala Dunia, bagian penting dari tim internasional terbesar yang pernah ada. Untuk memenangkan 114 caps, di era Xavi, Andres Iniesta, Sergio Busquets, Cesc Fabregas dan yang lainnya, menjadi pembuktian lain.
Ia juga, dan Olabe percaya ini akan menjadi kunci karier manajerialnya, bekerja di bawah beberapa pelatih terbaik dan paling terkenal di dunia sepakbola selama ini.
'Saya pikir ia sangat beruntung dalam kariernya, karena pemain tidak bisa memilih pelatih mereka - bagaimana pun juga!" kata Olabe.
"Tapi Anda lihat pelatih yang pernah melatih Xabi. John Toshack, pelatih yang kuat. Kemudian Raynald Denoueix, yang menguasai dan memahami peran. Belakangan, Rafa Benitez, salah satu pelatih taktis terbaik. Kemudian ia bekerja dengan [Jose] Mourinho, Vincente del Bosque, Pep Guardiola, Carlo Ancelotti. Ia tidak memilih mereka, tetapi betapa beruntungnya ia memiliki profil pelatih yang berbeda, pelatih besar, untuk belajar?"
"Dan dengar, orang ini sangat pintar, jadi saya yakin ia bisa mengambil beberapa hal dari mereka masing-masing."
Alonso sendiri merujuk pada mengambil "banyak pengetahuan" dari karier bermainnya, merujuk, misalnya, pada "antusiasme tanpa henti" Guardiola, pada "ketegasan" Toshack dan pendekatan analitis Benitez sebagai pengaruh utama.
Getty ImagesOlabe melihat secara langsung pekerjaannya di Real Sociedad B, di mana ia belajar dari pelatih tim utama saat ini, Imanol Alguacil dan menikmati kesuksesan yang signifikan, membawa tim tersebut ke posisi kelima di Divisi Segunda B (kasta ketiga Spanyol) di musim pertamanya, sebelum menjuarai kompetisi di musim keduanya.
Ia bekerja dengan orang-orang seperti pemain tim utama saat ini Jon Pacheco, Robert Navarro, Urko Gonzalez de Zarate, serta Martin Zubimendi, yang saat ini menjadi subjek minat transfer serius dari Arsenal, dan Olabe mengatakan pengaruhnya jelas sejak hari pertama.
"Bisakah Anda bayangkan jika Xabi berkata kepada pemain muda 'apakah Anda siap bermain di La Liga?'" ia tersenyum. "Orang ini akan sangat termotivasi!"
"Saya ingat dibuat kaget oleh betapa rendah hati dirinya. Ia memenangkan segalanya sebagai pemain dan memiliki begitu banyak pengalaman di berbagai negara dan liga, tetapi ia seperti pelatih lain bersama kami. Ia tahu ia berada di dalam proses, dan ia mengerti bahwa meski suaranya penting, tidak ada yang tahu segalanya."
Gaya yang disukai Alonso dengan cepat terlihat jelas, dan seharusnya tidak mengejutkan siapa pun yang menontonnya dalam pertandingan.
"Ia masih seorang gelandang!" kata Olabe. "Dan saya pikir gelandang ingin memiliki kendali atas permainan. Jika tidak, mereka sangat kewalahan."
"Ia ingin timnya menguasai bola, seimbang, mengontrol ruang dengan penguasaan bola. Ia ingin membangun zona lini tengah ini, dan dia menginginkan pemain sebagai poros yang dapat membantunya melakukan itu."
Di Leverkusen, gaya itu masih terlihat, karena ia menyeimbangkan tuntutan untuk meraih hasil sambil menerapkan filosofi bermain. "Itulah tantangannya," kata Olabe. "Di sini ia memiliki otonomi untuk mencoba berbagai hal, tetapi sekarang dia memiliki tekanan untuk beradaptasi dan memenangkan pertandingan dengan cepat. Itu mungkin pertama kali baginya sejak remaja berada di tim yang sedang mengalami kesulitan di liga."
(C)Getty ImagesMereka tidak lagi kesulitan saat ini, karena Alonso menemukan cara untuk membangkitkan skuad yang di awal musim berjuang di papan bawah.
Itu membantu, tentu saja, bahwa ia memiliki sekumpulan pemain muda yang sangat berbakat, dengan pemain seperti Adam Hlozek, Jeremie Frimpong, Moussa Diaby, Callum Hudson-Odoi dan Florian Wirtz, permata di mahkota Leverkusen, semuanya berkembang. Satu-satunya kekalahan liga mereka sejak kedatangannya adalah melawan Frankfurt dan Leipzig, tim yang saat ini menempati posisi kedua dan keempat di klasemen.
Liverpool, tentu saja, akan memantau perkembangannya. Jurgen Klopp, tentu saja, masih dikontrak hingga 2026, tetapi kesulitan yang dialami Steven Gerrard di Aston Villa membuat calon pengganti Klopp masih abu-abu. Alonso tetap dikenang oleh para penggemar The Reds, dan tidak memiliki apa-apa selain kenangan indahnya sendiri selama lima tahun di Merseyside.
Namun untuk saat ini, ia hanya ingin memantapkan dirinya sebagai pelatih Basque lain yang memiliki perjalanan karier apik di level tertinggi.
"Begitu banyak!" Olabe tersenyum. "Real Sociedad tidak hanya memiliki Xabi, tetapi juga Mikel Arteta, Julen Lopetegui, Unai Emery, Javi Gracia. Bahkan pelatih kami sekarang, Imanol, berasal dari daerah yang sama."
"Itu bukan kebetulan. Gipuzkoa adalah wilayah berpenduduk 700.000 orang, namun semua pelatih hebat ini berasal dari sana. Mungkin budaya yang kita miliki di negara Basque, tentang etos kerja, pola pikir. Mungkin itu membantu mendorong kita untuk menjadi pemimpin."
Ia menambahkan: "Dengan Xabi, satu hal yang perlu diketahui tentangnya adalah ia mempertimbangkan setiap keputusan yang ia ambil dengan sangat hati-hati. Jadi jika ia sekarang memilih pergi ke Leverkusen, itu karena ia merasa sudah siap."
"Ia telah berpegang pada rencana sejauh ini dalam karier kepelatihannya, dan sekarang ia telah mengambil langkah besar ini, dan saya mengucapkan semoga sukses untuknya. Saya yakin ia akan melakukannya dengan baik."
Akankah ia cukup bagus untuk menjadi manajer Liverpool di masa depan?
Cuma waktu yang akan menjawabnya...
