Timnas Indonesia U-16 bisa dibilang merupakan kelompok usia timnas Indonesia yang paling awal, dan memang begitu adanya. Makanya, ada tantangan khusus untuk pelatih membentuk timnas U-16.
Bima Sakti harus memantau ribuan pemain untuk mencari yang terbaik sehingga masuk skuad utama timnas Indonesia U-16 -- yang kini akhirnya tampil sebagai semi-finalis Piala AFF U-16 2022, di D.I. Yogyakarta.
"Yang pasti banyak tantangannya menangani timnas U-16 di level yang paling rendah, karena kami menyeleksi mereka dari beberapa daerah," buka Bima.
"Mereka memang sebagian besar pengalaman internasionalnya masih kurang. Tapi kami bersyukur kepada pelaih-pelatih mereka telah mendidik mereka dengan benar, sehingga kami tinggal meramu mereka supaya mereka bisa lebih baik lagi di tim nasional," sambungnya.
Bersama tim pelatih lainnya, yang juga terdapat Markus Horison dan Firmansyah, Bima harus pintar-pintar membentuk pemain di dalam dan luar lapangan, termasuk menjaga mereka sebagai seorang anak-anak.
Pemain dibimbing supaya tidak lupa sisi rohani, seperti rajin beribadah. Untuk pemain selain beragama Islam, mereka difasilitasi untuk beribadah ke Gereja atau pun Pura. Sementara salat berjamaah menjadi rutinitas yang beragama Islam.
"Saya pikir ini pembelajaran untuk pemain. Kami sebagai tim pelatih dan ofisial sudah mengedukasi mereka, memberi ilmu kepada mereka, memosisikan diri kami sebagai orang tua, kakak, atau teman bagi mereka. Bukan hanya ilmu bola saja, tapi di luar lapangan itu sangat penting agar mereka bisa belajar,” ucap Bima.
"Terpenting adalah itu, ibadah mereka. Kami juga edukasi ke pemain untuk jangan cepat puas, jangan sombong,” sambung sosok yang sudah dipercaya memegang kendali timnas Indonesia U-16 sejak 2019 itu.
Meski sebagai pelatih usia muda, Bima sudah pernah merasakan kehilangan. Alfin Lestaluhu pernah jadi salah satu pemain menjanjikan di timnas Indonesia U-16 beberapa tahun lalu. Sayang, Alfin dipanggil Yang Maha Kuasa lebih cepat karena sakit.
Bima selalu mengenang Alfin, pun membawa jersey almarhum dalam setiap laga timnas U-16 di Piala AFF U-16. Ia pun kerap mengatakan bahwa tiap kemenangan yang didapat, ia persembahkan untuk Alfin.
“Hampir tiga tahun Alfin meninggalkan kita semua, banyak kenangan dengannya. Satu yang paling saya ingat adalah saat dia dengan berani menghampiri saya dan bilang ke saya, untuk mengambil tendangan penalti [melawan Vietnam di Chonburi], meski gagal mengeksekusinya, begitu tidak gol dia langsung datang ke saya lagi terus minta maaf. Saya bilang tidak usah, kamu hebat. Saya salut dengan keberaniannya, anak umur segitu punya mental dan keberanian yang saya sulit bisa katakan dengan kata-kata," kenang Bima.
Orang tua jadi bagian penting dalam kehidupan para pemain di usia U-16. Bima memahami hal tersebut, dan menjadikan kerinduan pemain sebagai motivasi mereka untuk sukses, serta menjaga pemain itu sendiri supaya tetap kuat ketika terpisah jarak dari keluarga.
"Kemudian, melihat mental dan emosi anak-anak ini yang masih labil, serta kadang suka mengingat orang tua mereka. Maka saya dan tim pelatih serta ofisial sepakat untuk menaruh foto-foto orang tua para pemain di ruang ganti pemain. Agar mereka bisa terus mengingat kedua orang yang telah melahirkan dan membesarkan mereka selama ini, serta berdoa untuk kedua orang tuanya."
