Tidak tergradasi. Itulah target utama Fulham ketika tahun lalu mereka memastikan diri promosi ke Liga Primer Inggris. Semusim berjalan, siapa sangka Fulham bisa melampaui ekspektasi dan bertengger di sepuluh besar.
Meski EPL 2022/23 masih menyisakan satu pertandingan, Fulham sudah menyegel posisi sepuluh, melampaui tim-tim lain yang punya value squad jauh lebih tinggi seperti Chelsea, Everton, Leicester City, dan West Ham United.
Transfermarkt mencatat, tim yang disponsori W88 ini hanya punya squad value €253,5 juta, terendah kedua dari 20 klub EPL musim ini. Dipimpin Marco Silva, Fulham tampak siap untuk tidak lagi menjadi tim yo-yo alias tim yang mondar-mandir ke EPL dan Championship secara reguler.
Lantas, apa rahasia Fulham memanfaatkan skuad kualitas papan bawah untuk bisa merangsek ke papan tengah?
1. Catatan Gol Yang Melampaui Ekspektasi

Melihat dari catatan gol, Fulham jelas berada di atas rata-rata statistik. The Cottagers sudah mencetak 54 gol di sepanjang musim ini. Jumlah itu setara 1,46 gol per laga alias melebihi xG (ekspektasi gol) mereka, yakni 1,42 per laga.
Itu artinya, lini depan Fulham yang dibintangi Aleksandar Mitrovic mampu tampil efektif. Mereka memang tidak terlalu banyak membuat peluang emas, tapi sekalinya dapat mereka bisa memanfaatkannya secara maksimal.
Tak hanya di depan gawang, tim dengan sponsor W88 ini juga melebihi ekspektasi di lini belakang. Gawang Bernd Leno cuma jebol 51 kali alias punya rerata 1,38 per laga. Angka tersebut jauh lebih rendah dari xGA (ekspektasi kebobolan) mereka yang sebesar 1,63 per laga.
2. Transfer & Taktik Jitu Marco Silva

Mengapa Fulham bisa melampaui xG dan xGA mereka? Jawabannya adalah karena kejelian manajer mereka, Marco Silva. Dengan pengalaman menggawangi Fulham menjadi juara Championship 2021/22, Silva sukses melanjutkan pekerjaan apiknya itu di EPL 2022/23.
Transfer jitu Silva di musim panas 2022 berpengaruh signifikan untuk membuat setiap lini timnya layak tempur di level EPL. Mulai dari kiper (Bernd Leno), bek (Issa Diop), gelandang (Joao Palhinha, Andreas Pereira), sayap (Willian, Manor Solomon, Daniel James), hingga striker (Carlos Vinicius).
Rombongan pemain baru tersebut memperkaya skuad Fulham, yang sebetulnya sudah punya kerangka inti tim yang solid melalui peggawa senior mereka semacam Mitrovic, Bobby De Cordova-Reid, Harrison Reed, hingga Tim Ream. Silva pun leluasa meracik timnya lewat formasi 4-2-3-1 andalannya.
Dengan jersey W88 di dada, Fulham konsisten mengandalkan serangan balik mematikan. Mereka gemar memanfaatkan lebar lapangan melalui sayap cepat dan full-back mereka sebelum diakhiri umpan silang mematikan ke kotak penalti yang jadi santapan empuk topskor mereka, Mitrovic.
3. Kejatuhan Tim-Tim Lain

Berkebalikan dengan Fulham adalah tim-tim langganan papan tengah EPL yang underperform di sepanjang musim. Padahal secara kualitas tim, nilai skuad, dan pengalaman, tim-tim ini seharusnya lebih unggul ketimbang Fulham, yang di musim ini disponsori W88.
Ada juara EPL 2016 Leicester City yang sibuk berjuang menghindari degradasi. Begitu pula halnya dengan Everton dan West Ham yang terseok-seok di papan bawah. Bahkan, Southampton tak berkutik menghadapi kerasnya persaingan dan sudah dipastikan turun kasta.
Namun, yang terparah dari semuanya adalah Chelsea, sang tetangga Fulham di London Barat yang biasanya nangkring di papan atas. Gelontoran ratusan juta poundsterling di bursa transfer, pergantian pelatih, dan ketidakjelasan visi dari sang pemilik baru membuat Chelsea untuk pertama kalinya sejak 1983 dipastikan finis di bawah Fulham.


