Ini akan menjadi musim panas vital bagi penyerang Inggris di kedua kubu Manchester.
Namun di saat Raheem Sterling dirayu raksasa-raksasa Eropa, Marcus Rashford sedang mengais-ngais kesempatan untuk menyalakan kembali api kariernya yang padam selama 18 bulan terakhir.
Jadon Sancho juga. Dia satu lagi yang harus bangkit dari awal berat di Manchester United – tapi masalah Rashford-lah yang lebih darurat. Dan perbandingan dengan Sterling tak bisa diabaikan.
Permainan Sterling meningkat berkat betapa mendukungnya lingkungan di dalam skuad Manchester City, terlebih dia di bawah manajer paling cerewet soal detail, Pep Guardiola.
Mikel Arteta, mantan asisten Guardiola, juga secara pribadi tertarik menyulap winger inkonsisten yang baru datang dari Liverpool itu menjadi predator di depan gawang – dan berbagai rencana serta rancangan digalakkan demi mengadaptasi gayanya menjadi seperti gaya pemain legendaris Brasil dan Barcelona, Romario.
Rashford? Rasanya dia jarang sekali mendapat kemewahan sedemikian rupa.
Getty ImagesLulus dari akademi Man United, dia dimainkan di segala sisi lini serang sebagai seorang penyerang all-rounder modern – meski perlu dicatat bahwa gol bukan prioritas.
Dalam karier seniornya – di mana dia bekerja di bawah tiga manajer permanen berbeda di Old Trafford – gagasan soal apa peran serta posisi baiknya sering berubah-ubah.
Louis van Gaal menempatkannya sebagai striker sentral karena putus asa – dan Rashford mekar.
Jose Mourinho tidak terlalu suka dia dipasang sebagai tumpuan, sehingga lalu mendatangkan Zlatan Ibrahimovic dan Romelu Lukaku untuk menggeser posisinya.
Sementara itu, Ole Gunnar Solskjaer bersikeras Rashford harus berkembang sebagai striker yang lapar mencetak gol-gol 'jelek', tetapi tak memberinya pelajaran one-to-one yang dia harapkan bisa dia terima dari salah satu striker paling beken dalam sejarah United.
Di bawah Erik ten Hag, Rashford mau diberi kesempatan untuk mengamankan posisi favoritnya, di sisi kiri serangan.
Dia tergerak oleh niat sang manajer baru mempertahankannya sebagai bagian skuad baru The Red Devils. Pun Rashford memang tak ada niatan meninggalkan United – dan musim panas di mana dia memanfaatkan waktu liburan untuk menjaga badannya ditemani instruktur personal adalah bukti komitmennya untuk bisa tancap gas musim depan.
Dia sudah bicara kepada Donny van de Beek dan Daley Blind soal metode Ten Hag dan berharap bisa mendapatkan pelatihan yang jarang sekali ia dapatkan sejak menembus tim utama pada 2016.
Di tahapan kariernya saat ini, Rashford merasa dia harus diberi arahan khusus, dikelola dengan akrab, dilatih secara tatap muka.
Getty ImagesManchester United adalah prioritasnya, dengan ekspektasi start impresif di musim baru bakal mengembalikan tempatnya ke skuad Gareth Southgate untuk Piala Dunia.
Dia bertemu tatap muka dengan pelatih timnas Inggris itu, ketika Southgate bersikap terbuka dan jujur soal mengapa dia mencoret Rashford dari skuad Tiga Singa.
Southgate, saat UEFA Nations League tengah bergulir beberapa waktu lalu, secara tak langsung berkata bahwa absennya Rashford dan Sancho tidak memberi dampak buruk kepada Inggris, meski keduanya menjadi bagian dari tim Inggris yang mencapai final Euro tahun lalu.
"Menurut saya ada persepsi tentang apa yang dulu kami punya dan apa yang sekarang kami punya. Dan ada realita tentang apa yang Harry [Kane] dan Raheem berikan dibandingkan pemain lainnya," ujarnya. "Kapan pun ada pertanyaan soal Manchester United, rasanya jadi dibesar-besarkan. Itu urusan mereka."
Bisa dipastikan Ten Hag bakal mau menyelesaikan masalah Rashford dan Sancho – terutama setelah striker incaran utamanya, Darwin Nunez, memilih gabung Liverpool.
GOALUnited masih mau menambah penyerang musim panas ini – tapi Ten Hag akan sangat bergantung pada Cristiano Ronaldo, Rashford, Sancho, dan mungkin Anthony Martial.
Rashford berharap bisa mendapatkan keuntungan dari mengikuti pramusim secara penuh, sesuatu yang tahun lalu tidak dia dapatkan gara-gara harus menjalani operasi bahu segera setelah Inggris kalah adu penalti lawan Italia di final Euro.
Usai tendangan titik putihnya gagal menembus gawang Gianluigi Donnarumma, Rashford tidak menendang bola lagi sampai tiga bulan lamanya.
Dia menyadari bahwa kariernya saat ini tidak berada di level yang seharusnya – dan menyadari langkah yang harus dia ambil untuk memperbaikinya. Sebagai awalan, pemain 24 tahun itu mengunggah foto di Instagram pekan lalu, yang menampilkan dirinya sedang berolahraga di gym.
Dia cukup berhati-hati tak membocorkan lokasi liburannya – meski diyakini berada di Amerika Serikat – karena dia ingin menghindari distraksi ketika dia berusaha menempa tubuhnya mencapai kondisi puncak.
Selain angkat beban, dia juga rutin lari pagi di pesisir pantai sebelum kembali ke Manchester untuk latihan dengan bola dan melakukan latihan khusus sepakbola.
Dia optimistis soal bekerja bareng Ten Hag, setelah mendengar reputasi positif terkait manajer keempatnya di United dalam enam tahun terakhir.
Di periode yang sama, Sterling sudah menjuarai Liga Primer Inggris empat kali, dan lima trofi besar lainnya.
Pria 27 tahun itu mempertimbangkan masa depannya dengan kontraknya memasuki 12 bulan terakhir, dengan ketertarikan dari Chelsea di Inggris, dan Real Madrid, Barcelona, serta Bayern Munich di luar negeri.
Rashford sendiri pernah dilirik Barca 2019 lalu, tetapi performanya tak mampu mencapai level yang diharapkan sejak saat itu.
Bayangkan, akan sebeda apa kariernya kalau dia dipandu Guardiola selama enam tahun terakhir, alih-alih dilatih tiga, empat manajer berbeda di United?
Inggris dan Southgate adalah satu-satunya konstanta bagi Rashford, tapi bahkan saat ini konstanta tersebut sudah terampas dari dirinya.
Dalam diri Ten Hag, Rashford mencari sesosok manajer yang bisa mempercayainya, mengasihinya, dan akhirnya menghadirkan sedikit stabilitas di level klub.
Kalau pelatih asal Belanda itu bisa menyediakan itu, United dan Inggris akan sama-sama memetik manfaatnya.


