Maarten Paes membutuhkan keamanan di jalanan Jakarta. Kiper FC Dallas, yang tinggal di Texas dengan identitas relatif anonim, tidak dapat pergi ke mana pun ketika dia berada belasan ribu kilometer jauhnya, dan itu ada alasannya. Paes adalah pahlawan di negara kepulauan, kiper utama untuk timnas Indonesia yang sedang berkembang pesat, dan harapan besar bagi seluruh negara yang sedang berjuang untuk mendapatkan tempat di Piala Dunia.
Namun, yang mungkin lebih penting, ia mengenakan jersi Indonesia sebagai penghormatan kepada asal-usulnya.
“Saya akan pindah ke budaya baru, tetapi Anda harus benar-benar bersedia meluangkan waktu untuk beradaptasi dan mempelajari budaya tempat Anda berada. Jadi, sejujurnya, ini luar biasa. Saya pikir dengan melakukan itu, Anda menjadi orang yang lebih bijak,” kata Paes kepada GOAL.
Hal pertama yang perlu Anda ketahui tentang Paes adalah dia lahir di Belanda, memiliki aksen Belanda, dan telah menghabiskan sebagian besar hidupnya di Belanda. Dia tidak pindah ke negara lain hingga berusia 24 tahun, ketika pindah dari Eredivisie ke Major League Soccer (MLS). Namun, di balik itu, Paes memiliki pemahaman yang mendalam tentang budaya Indonesia, dan kelayakan dwi-kewarganegaraan dari neneknya. Paes tidak selalu merasa sebagai orang Indonesia, katanya, tetapi mengenakan lambang negara di jersinya merupakan sumber kebanggaan yang luar biasa.
Ada banyak kisah kewarganegaraan ganda yang muncul, karena kebutuhan atau kurangnya kesempatan di tempat lain. Bukan hal yang aneh bagi pemain papan atas untuk tidak memenuhi syarat dari negara lain, karena keinginan mereka untuk bermain sepakbola internasional, meski tidak memiliki hubungan nyata dengan negara yang mereka wakili di lapangan. Bagi Paes, itu sama sekali tidak benar.
Paes tumbuh sangat dekat dengan Neneknya yang lahir di Jawa Timur pada tahun 1940, dan menghabiskan masa kecilnya di Indonesia, yang saat itu bernama Hindia Belanda. Seperti ribuan orang Indonesia lainnya, dia pindah ke Belanda pada tahun 1940-an. Saat itu, dia melarikan diri ke Eropa dari tanah kelahirannya. Jepang menyerbu, dan menaklukkan wilayah yang sekarang menjadi Indonesia pada tahun 1942. Sebanyak 10 juta orang Indonesia direkrut sebagai pekerja paksa selama pendudukan Jepang. Belanda merupakan rute pelarian yang wajar, mengingat masih adanya hubungan kolonial antara kedua negara tersebut. Paes menghabiskan sebagian besar masa kecilnya dengan mendengarkan cerita-cerita tentang masa itu.
“Saat saya di sekolah menengah, kami menghabiskan banyak waktu untuk membicarakan tentang hal-hal indah di Indonesia, dan kemudian hal-hal menyedihkan tentang perang, dan tentang perjalanannya dengan perahu dari Indonesia ke Belanda,” kata Paes.
Beberapa kenangan itu menyedihkan.
“Kami juga mulai berbicara tentang sejarah perang, dan dengan Jepang dan semua hal itu. Beliau kehilangan ibunya di sana, jadi itu adalah topik yang sensitif,” kata Paes.
Namun, sebagian besar kenangannya adalah hal-hal yang menyenangkan. Paes mengunjungi rumah kakek-neneknya, dan menghabiskan akhir pekan. Di sana, dia akan menyantap makanan Indonesia, dan membenamkan dirinya dalam budaya dari jauh.
“Saat kami makan ayam (chicken), dia akan menyebutnya 'Ayam.' Itu selalu menjadi makanan favorit saya di dunia,” kata Paes.
Seiring berjalannya waktu, pengalaman budaya itu menjadi relevan di lapangan. Paes mewakili Belanda di berbagai level pemuda, dan bermain untuk tim U-21. Dia sudah tahu selama bertahun-tahun bahwa dia memenuhi syarat untuk bermain bagi timnas senior Indonesia, tetapi tidak pernah benar-benar mempertimbangkannya sebagai pilihan. Itu terjadi hingga akhir tahun 2023. PSSI menghubunginya, dan menanyakan tentang ketersediaannya untuk memperkuat tim nasional.
Kesehatan neneknya menurun drastis saat itu, dan Paes memanfaatkan kesempatan tersebut. Dia memulai proses untuk menjadi warga negara Indonesia, yang akhirnya rampung pada April 2024. Namun, prosesnya tidak berjalan mulus. Karier sepakbola internasionalnya tertunda, karena Paes mewakili timnas Belanda U21 saat berusia 22 tahun. Akibat masalah dokumen, dia harus menempuh jalur hukum hingga ke Pengadilan Arbitrase Olahraga untuk memastikan kelayakannya. Pada 18 Agustus 2024, Paes resmi terpilih mewakili Indonesia.
Namun, kendala teknis tersebut membuat prosesnya menjadi lebih lama. Nenek Paes dirawat di rumah sakit. Meski dia dapat pergi menemuinya di Belanda berkat kartu hijau AS miliknya, neneknya meninggal dunia sebelum dia mengenakan seragam tim nasional.
“Itu sulit,” aku Paes. “Untungnya saya bisa menghabiskan waktu bersamanya, jadi itu luar biasa.”
Getty ImagesNamun, saat kelayakannya diumumkan, Paes langsung terkenal dalam semalam. Dia kini memiliki 2,3 juta pengikut di Instagram. Dia berada di posisi teratas dalam pemungutan suara fans untuk MLS All-Stars, sesuatu yang setidaknya dapat dikaitkan dengan jutaan fans yang antusias, bersama dengan 118 penyelamatannya pada musim berjalan.
Secara lebih luas, Paes telah tampil untuk timnya. Ia dinobatkan sebagai Man of the Match dalam debutnya di Indonesia. Skuad Garuda mencatat dua hasil imbang penting melawan Australia dan Arab Saudi dalam dua penampilan pertamanya. Berikutnya adalah dua kualifikasi Piala Dunia yang berpotensi besar. Indonesia memiliki jalur yang jelas untuk lolos ke Piala Dunia yang diikuti 48 tim di daratan Amerika Serikat. Ada kegaduhan di jalan-jalan Jakarta. Hal ini mungkin saja terjadi.
“Tentu saja, perjalanan dari AS sangat jauh, tetapi kami memiliki peluang nyata untuk mencapai Piala Dunia,” ucap Paes. “Sungguh menakjubkan, bermain untuk 85.000 orang [di stadion].”
Bala bantuan telah tiba. PSSI membuat pilihan kontroversial untuk mengganti pelatih asal Korea Selatan Shin Tae-Yong dengan legenda Eropa Patrick Kluivert, yang akan mengambil alih sebelum kualifikasi Piala Dunia pada bulan Maret. Bagi Paes, itu adalah transisi yang sulit. Tae-yong memberinya kesempatan bermain untuk Indonesia, dan mempercayakannya dengan sarung tangan.
“Saya sudah mengalami banyak situasi di klub di mana pelatih diganti, dan itu selalu sulit. Tetapi Anda benar-benar bersyukur atas apa yang telah mereka lakukan untuk Anda. Namun kemudian ada babak baru,” Paes mengakui.
Meski begitu, Kluivert sebelumnya pernah menjadi manajer di level internasional. Dia memiliki koneksi dengan Belanda, belum lagi 124 gol untuk Barcelona, dan satu gelar La Liga atas namanya.
Jadi, Paes memiliki kesempatan di panggung internasional. Dalam 12 bulan, dia telah berubah dari relatif ketenangan di MLS menjadi ketenaran di Indonesia. Apa yang tampaknya merupakan campuran kebudayaan yang aneh sekarang menjadi penghormatan bagi seseorang, setiap kali dia mengenakan jersi negara barunya.
“Anda menjadi orang yang lebih baik, karena berada di sana, karena mereka sangat baik. Mereka menyambut saya dengan hangat sejak awal,” imbuh Paes.
