Shin Tae-yong menilai butuh waktu yang cukup lama bagi tim nasional Indonesia untuk bisa mencapai level persaingan di sepakbola Asia.
Indonesia sejauh ini masih tidak diperhitungkan di kancah sepakbola Asia. Alih-alih di level benua, di Asia Tenggara saja skuad Garuda sudah lama tidak berprestasi.
Pencapaian juara terakhir mereka adalah meraih medali emas SEA Games 1991. Sementara di panggung Piala AFF, atau yang dulu juga dikenal dengan nama Piala Tiger, pasukan Merah Putih bahkan belum pernah juara.
Minimal 10 tahun bisa bersaing di Asia
Menjadi tugas pelatih berusia 52 tahun asal Korea Selatan itu untuk memperbaiki prestasi timnas Indonesia. Progresnya ada meski belum membuahkan hasil maksimal, sejak ia dikontrak pada 2020.
Indonesia dikembalikannya ke pentas Piala Asia yang berlangsung pada 2023 setelah lama absen sejak 2007, hanya beberapa bulan setelah nyaris menjuarai Piala AFF untuk pertama kalinya pada edisi 2020 yang sayangnya kalah dari Thailand di final.
Ketika ditanya oleh kanal YouTube Sport77 Official mengenai jangka waktu kapan Indonesia mulai bisa bersaing di level Asia berdasarkan progres yang ada, Shin Tae-yong menjawab: "Saya belum bisa meyakinkan kapan."
"Tetapi seharusnya PSSI dan timnas serta setiap klub harus menjadi satu unit untuk membuat program yang baik. Menurut saya perlu minimal 10 tahun dan yang pertama harus buat program usia dini."
"Jika kita terus selalu bicara prestasi, prestasi, prestasi, tidak akan bisa berkembang. Maksudnya jika kita bicara prestasi dalam waktu dekat ini, jadi menurut saya butuh waktu minimal 10 tahun." lanjutnya.
"Buat program yang baik dulu, baru Indonesia bisa berkembang dan bersaing di Asia. Jika mau timnasnya kuat, perlu juga liga yang kuat. Kalau dari liga saja tidak kuat otomatis timnasnya tidak kuat."
Harus ada sinergi antara federasi dan klub
Salah satu kendala yang membuat timnas Indonesia masih kesulitan untuk bersaing di level Asia adalah masalah fisik yang dinilai kurang memadai.
Untuk itu, menurut Shin Taey-yong, perlu ada sinergi antara federasi yakni PSSI sebagai pembuat regulasi dan juga klub-klub yang bermain di liga untuk lebih fokus mengembangkan para pemain.
"Itu bukan tugas saya ya, tapi klub. Timnas hanya memilih pemain-pemain terbaik saja dari klub, kemudian hanya latihan sebentar setelah itu langsung bertanding. Jujur, tidak ada waktu untuk membentuk latihan fisik di Timnas," tegasnya.
"Maka dari itu saya berharap pada klub Indonesia untuk membuat sistem pelatihan fisik dan mengatur masalah makanan."
