OLEH CLAUDIO D'AMATO PENYUSUN SANDY MARIATNA
Tidak ada banyak pemain 18 tahun yang punya peran krusial dalam membawa klubnya promosi ke salah satu liga top Eropa sembari mendapat pemanggilan timnas. Namun, di sepanjang musim lalu, Sandro Tonali memang bukan seorang remaja normal.
Meski diminati banyak klub top Italia dan Inggris, Tonali menahan diri untuk meninggalkan Brescia dan memilih bertahan di klub yang sudah dibelanya sejak usia 12 tahun ini. Kepindahannya mungkin tinggal menunggu waktu saja, tapi untuk saat ini Tonali fokus untuk terus meningkatkan level permainannya.
Lahir di Lodi pada Mei 2000, talenta Tonali sudah tercium oleh Piacenza saat umurnya masin sembilan tahun. Kariernya mungkin sedikit berbeda apabila AC Milan tidak menolaknya pada 2008. "Ketika itu saya berusia delapan tahun dan saya bermain di depan. Kecewa? Tidak. Karena kemudian saya gabung Piacenza," katanya kepada Corriere dello Sport.
Tiga tahun dihabiskan Tonali di Piacenza sebelum Brescia menggaetnya. Talentanya terus terasah di tim akademi Brescia sebelum melakoni debut tim senior di laga pembuka Serie B 2017/18 melawan Avellino di mana ia tampil selama 20 menit.
Ia lantas tidak bermain selama lima bulan karena ingin fokus bersama tim Primavera. Namun sejak Januari 2018, namanya tidak bisa lepas dari tim senior Brescia. Ia melakoni 90 menit pertamanya melawan Palermo dan total mencatatkan 19 laga Serie B di akhir musim, termasuk bermain penuh di 13 laga terakhir.
Tidak mengejutkan apabila di musim 2018/19 Tonali jadi sosok tak tergantikan. Menyusul penunjukan Eugenio Corini sebagai bos anyar Brescia pada September 2018, Tonali mendapat tanggung jawab lebih untuk menjadi pemimpin di lini tengah. Total, ia mencatatkan 34 laga dan tiga gol untuk menginspirasi Brescia promosi ke Serie A.

Saking impresifnya Tonali, Roberto Mancini sampai memanggil sang remaja ke timnas senior Italia untuk laga persahabatan melawan Amerika Serikat pada November 2018. Mancini sengaja membawa banyak pemain muda ke skuadnya untuk menyongsong era baru Italia dan Tonali adalah salah satu youngster yang diyakini bisa menjadi masa depan Azzurri.
Ia dipanggil lagi pada September dan Oktober 2019 sebelum akhirnya mencatatkan debut internasional melawan Liechtenstein pada Selasa (15/10) lalu dengan bermain selama 16 menit. Sebelumnya, Tonali sudah beberapa kali membela Italia U-19 dan U-21.
Performa apik Tonali di Serie B membuatnya dikaitkan dengan Inter Milan, AS Roma, dan Fiorentina pada musim panas kemarin. Namun pemilik Brescia Massimo Cellino tidak tergoda untuk melepas permatanya ini ke tim lain. Performa Tonali di Serie A musim ini juga mengindikasikan bahwa Cellino membuat keputusan tepat dengan tidak menjualnya.
Tonali selalu tampil starter untuk Brescia di Serie A musim ini, dengan sudah menorehkan dua assist dari enam laga. Rataan umpan suksesnya mencapai 70 persen, mampu melakukan 11 kali dribel sukses dan 44 kali recovery ball. Performa dominannya melawan Napoli di laga terbaru membuatnya siap disejajarkan dengan gelandang-gelandang top Eropa.
"Sandro masih punya banyak ruang untuk terus berkembang," kata Corini selepas Brescia menang atas Udinese pada September lalu. "Ia punya sesuatu yang berbeda. Kami hanya perlu membimbingnya untuk mencapai karier yang gemilang."
Getty ImagesKemampuan Tonali sebagai gelandang bertahan membuatnya disamakan dengan legenda modern sepakbola Italia, Andrea Pirlo. Bahkan, Juventus sempat dilaporkan ingin mendatangkan Tonali ke Turin agar sang gelandang muda benar-benar mengikuti jejak Pirlo dengan memperkuat Bianconeri.
Pirlo juga mengawali kariernya bersama Brescia, mencatatkan 59 penampilan sebelum bergabung ke Inter Milan dan AC Milan. Mengingat posisi bermainnya sebagai deep-lying playmaker menyerupai sang legenda Italia, tidak heran jika Tonali selalu disamakan dengan Pirlo.
Apalagi jika melihat rambut gondrong Tonali. Anda akan mengira bahwa Pirlo telah bereinkarnasi di Stadio Mario Rigamonti. Tonali sendiri menilai dirinya belum layak disetarakan dengan Pirlo.
"Mereka membandingkan saya dengan Pirlo karena rambut. Saya harus segera potong rambut!" ujarnya. "Mustahil untuk menyamai Pirlo. Begitu juga dengan [Steven] Gerrard atau [Luka] Modric, mereka semua unik. Saya justru melihat diri saya seperti [Gennaro] Gattuso."
Pengakuan ini mungkin terdengar aneh, mengingat Gattuso kerap melewati batas kewajaran tertentu. Namun, menarik bahwa Tonali menganggap dirinya lebih seperti Gattuso ketimbang seperti Pirlo. Pada kenyataannya, Tonali mungkin merupakan kombinasi dari keduanya. Jika benar, maka Italia dan klub mana pun yang menggaetnya kelak berpotensi memiliki seorang legenda masa depan.
