Turki pernah punya penjaga gawang legendaris yang penampilannya nyentrik. Rambut gondrong yang dikuncir kuda atau digerai, ditambah coretan hitam di bawah matanya bak tentara perang, membuat pencita sepakbola pasti selalu mengingatnya.
Sosok yang dimaksud adalah Rustu Recber. Bukan cuma gayanya yang eksentrik, pria kelahiran 10 Mei 1973 tersebut juga mempunyai kehebatan dalam mengawal mistar gawang.
Rustu tidak memulai kariernya langsung menempati posisi penjaga gawang. Saat menimba ilmu di akademi Korkutelispor, ia lebih dulu bermain sebagai pemain sayap.
Namun, Rustu pindah posisi ke penjaga gawang setelah dapat rekomendasi dari pelatih akademinya. Keputusannya, berubah tempat bermain terbukti tepat, karena ia mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
Antalyaspor, menjadi klub profesional pertama yang merekrut Rustu, pada 1991. Selama memperkuat klub tersebut ia tampil gemilang, sehingga membuat Fenerbahce memboyongnya, dua tahun kemudian.
Akan tetapi, Fenerbahce memilih mengembalikan Rustu ke klub lamanya Antalyaspor, dengan status pinjaman. Satu musim di klub tersebut, ia tampil sebanyak 31 pertandingan dan berhasil meraih gelar juara divisi kedua Liga Turki.
Masa pinjaman selesai, Rustu pulang ke Fenerbahce. Ia baru merasakan debutnya saat klub berjulukan Sarı Kanaryalar mengalahkan Petrolofisi, dalam laga lanjutan Super Lig Turki, pada 29 Oktober 1994.
gettyimagesBeberapa hari sebelumnya, Rustu mencetak debutnya untuk Turki. Ia diberikan kesempatan bertanding oleh pelatih Fatih Terim, saat mengalahkan Islandia, lima gol tanpa balas.
Semenjak itu, karier Rustu melesat tinggi. Ia berhasil menggeser posisi Engin Pekoglu, yang tadinya merupakan penjaga gawang utama Fenerbahce dan Turki.
Euro 1996, harusnya menjadi momen untuk Rustu unjuk kehebatan bersama negaranya. Hal tersebut karena untuk pertama kalinya Turki bisa melaju ke putaran final ajang sepakbola paling bergengsi di Benua Biru tersebut.
Sayang, performa Rustu jauh dari harapan. Dari tiga pertandingan yang dimainkan, Turki selalu menelan kekalahan dan tidak satu pun cetak gol, sehingga tersingkir di babak penyisihan grup.
Empat tahun berselang, Rustu bersama negaranya kembali tampil di Euro, setelah gagal menembus putaran final Piala Dunia 1998. Kali ini Turki, berhasil menjejakkan kaki ke babak perempat-final.
Sayang, Turki dikalahkan Portugal, dua gol tanpa balas. Tak ada yang menduga pasukan Mustafa Denizli tersebut bisa melangkah sejauh itu, karena di babak penyisihan grup bertemu dengan Italia, Swedia, dan Belgia.
Piala Dunia 2002, di Jepang dan Korea Selatan, menjadi momen bersejarah untuk Rustu dan Turki yang sulit dilupakan. Pada ajang tersebut Ay-Yıldızlılar, sukses menduduki peringkat ketiga.
Penampilan mantap yang ditunjukkan Rustu selama Piala Dunia 2002, membuatnya masuk di All-Star Team. Ia berada didaftar tersebut bersama 15 pemain lainnya yang tampil gemilang pada ajang itu.
Selepas Piala Dunia, Rustu mengalami cedera punggung yang membuatnya harus menepi beberapa pekan. Namun, ia menjadi komoditas panas karena kontraknya di Fenerbahce selesai pada akhir Juni 2003.
Manchester United dan Arsenal, tertarik mengontrak Rustu. Hanya saja, ia lebih memilih meneken kontrak dengan raksasa Spanyol, Barcelona selama tiga musim.
Rustu Recber - BarcelonaAlih-alih, menjadi pilihan utama sebagai kiper Barcelona, Rustu malah banyak menghangatkan bangku cadangan. Ia gagal menggeser Victor Valdes, yang selalu dipercaya menjaga pos terakhir pertahanan Blaugrana.
Musim pertamanya berseragam Barcelona, Rustu cuma tujuh kali diberi kesempatan bermain di semua ajang. Klub yang bermarkas di Camp Nou tersebut akhirnya meminjamkannya ke Fenerbahce pada musim berikutnya.
Seperti terlahir kembali, Rustu bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Ia pun membawa Fenerbahce merengkuh gelar Super Lig pada musim 2004/05.
Barcelona akhirnya melepas Rustu secara permanen ke Fenerbahce, pada 2006/07 dengan bebas transfer. Di musim terakhirnya tersebut ia membantu Fenerbahce, menjuarai Super Lig.
Selepas dari Fenerbahce, Rustu gabung dengan Besiktas. Di klub tersebut ia mengasih gelar Super Lig dan Turki Cup, serta mengantarkan Turki, menduduki peringkat ketiga Euro 2008.
Besiktas, menjadi kesebelasan terakhir yang diperkuat Rustu. Suami dari Isil Recber tersebut memutuskan gantung sepatu pada 2012, saat usinya menginjak 39 tahun.
Belum lama ini, atau tepatnya pada akhir Maret 2020, Rustu sempat mengalami kritis dan bahkan kulitnya berubah abu-abu akibat terinfeksi virus corona. Namun, setelah mendapat perawatan intensif ia akhirnya mampu pulih.
