Cristiano Ronaldo Andrea Pirlo Juventus GFXGetty/Goal

Cristiano Ronaldo Pemain Terbaik Kelima Dunia: Apakah Bintang Juventus Ini Alami Penurunan?

Goal 50 tahun ini telah dirilis pada Selasa (10/11) dan Cristiano Ronaldo finis di posisi kelima.

Itu memang peringkat yang tinggi - namun yang terendah diduduki oleh sang penyerang sejak 2010, ketika ia dulu berada pada peringkat kesembilan.

Tentu saja, fakta setelah itu menggarisbawahi konsistensi luar biasa yang ditunjukkan oleh Ronaldo selama satu dekade terakhir. Antara 2011 dan 2018, ia tidak pernah gagal naik podium dan empat kali menempati posisi teratas.

Ronaldo bahkan membuat sejarah pada 2017 dengan menjadi pemain pertama yang berhasil mempertahankan gelar pemain terbaik dunia, dan gagal meraih yang ketiga secara beruntun setelah hanya kalah dari rekan setimnya di Real Madrid, Luka Modric. Namun, sang penyerang Juventus posisinya melorot ke tangga keempat pada 2019 dan tahun ini satu tempat lebih rendah.

Sebenarnya, ia beruntung finis kelima. Ronaldo bahkan bukanlah merupakan pemain terbaik di Turin musim lalu - Paulo Dybala adalah MVP Serie A, dengan Papu Gomez, Romelu Lukaku dan Ciro Immobile sebagai pesaing terdekat pemain Argentina itu.

Jadi, apakah kita tengah menyaksikan penurunan yang lambat tapi pasti dari salah satu pemain terbaik yang pernah ada dalam sejarah sepakbola? Apakah faktor usia memang benar-benar menggerogoti kualitas sang pemain 35 tahun?

Ia masih membuat sejarah, tentu saja.

Musim lalu, Ronaldo mencetak gol dalam 11 penampilan beruntunnya di Serie A yang menyamai sebuah rekor dan menutup kampanye dengan lebih banyak gol (37) di semua kompetisi selama semusim lebih banyak dari pemain Juve mana pun dalam sejarah. Dan juga hanya dalam 46 pertandingan.

Saat ini, ia telah mencetak 71 gol hanya dalam 94 pertandingan bersama Juve di semua kompetisi. Jelas itu merupakan sebuah rekor gol yang membuat iri para pemain mana pun di dunia ini.

Namun, Ronaldo menempatkan dirinya pada standar yang lebih tinggi dari para pemain pada umumnya. Kita berbicara tentang seorang pemain yang punya koleksi 450 gol luar biasa hanya dalam 438 penampilan bersama Madrid.

Secara keseluruhan, ia memecahkan rekor setengah abad dalam enam musim berturut-turut di Santiago Bernabeu. Bahkan ketika tidak optimal pada 2017/18, ia tetap mampu membukukan 44 gol dalam 44 laga.

Terlebih lagi, 15 dari gol tersebut datang hanya dari 13 pertandingan di Liga Champions, saat Madrid sukses mengangkat trofi untuk tahun ketiga secara beruntun.

Hanya saja, sejak pindah ke Juve, Ronaldo terbukti sejauh ini belum mampu menyamai prestasi menakjubkan yang pernah ditorehkannya tersebut.

Memang ada dua Scudetto Serie A beruntun yang dimenangkannya, namun itu tidak berarti besar bagi klub yang sudah memenangkan tujuh gelar liga berentet. Target utamanya adalah menjuarai Liga Champions dan Ronaldo sejauh ini belum bisa mewujudkannya. Atau bahkan setidaknya gelar Capocannoniere alias topskor Serie A.

Ia bersaing ketat dengan Immobile musim lalu, tapi kedua pemain sangat bergantung pada penalti. Tercatat 12 dari 31 gol Ronaldo di Serie A tercipta dari titik putih, sementara Immobile yang menyamai rekor 36 gol semusim juga dibantu oleh 14 penalti.

Julukan 'Penaldo' terus terang konyol, tapi juga tidak bisa disangkal karena memang produktivitas sang superstar Portugal di Juve memang cukup dibantu dengan adanya eksekusi penalti.

Hampir sepertiga dari semua gol yang dicetaknya di seluruh kompetisi sejak pindah ke Turin (31,4 persen) datang dari titik putih. Sebagai perbandingan, pemenang Goal 50, Robert Lewandowski mencatatkan 37 gol lebih banyak dari Ronaldo sejak awal musim 2018/19, namun hanya punya lima gol lebih sedikit dari penalti.

GFX Cristiano RonaldoGetty Images

Namun, apakah ketergantungan Ronaldo pada penalti semakin meningkat? Apakah rasio gol per pertandingannya menurun karena ia mulai menua? Atau karena ia bermain untuk tim yang lebih lemah?

Menjelang duel antara Juventus dan Dynamo Kiev di Liga Champions musim ini, pelatih legendaris Mircea Lucescu ditanya tentang perbandingan konstan antara Ronaldo dan Lionel Messi.

"Mereka berdua adalah pemain yang sangat kuat, namun mereka berbeda," kata juru latih Romania itu kepada laman resmi UEFA. "Messi adalah pemain pendek yang luar biasa dalam ruang sempit karena akselerasi, dribbling dan sebagainya."

"Ronaldo tipe pemain yang berbeda karena ia sangat gemar mencetak gol sehingga ia membutuhkan ruang yang lebih luas. Ia membutuhkan bantuan semua pemain, bantuan dari rekan-rekan setimnya. Messi bisa melakukan banyak hal sendirian."

Messi tidak bisa melakukan segalanya sendirian tentu saja, kita telah melihatnya di Barcelona selama setahun terakhir dan selain itu ia juga semakin bergantung pada penalti musim ini.

Namun, kegeniusan abadi pemain Argentina itu masih bisa mendorongnya untuk finis tiga besar dalam Goal 50 karena ia membawa skuad yang tidak ideal dan klub yang dilanda krisis bisa melaju ke perempat-final Liga Champions.

Ronaldo bersama Juventus tersingkir di babak 16 besar untuk kedua kalinya secara beruntun. Bianconeri tidak pernah benar-benar diperhitungkan untuk menjuarai Liga Champions, yang berarti Ronaldo juga mulai dikesampingkan dalam persaingan memenangkan Goal 50.

Ini bukan seolah-olah ia tidak memiliki beban besar pada pundaknya.

GFX Cristiano RonaldoGetty Images

Pemain asal Portugal itu tidak diragukan lagi berjuang sangat keras di fase grup Liga Champions, namun ia hampir tidak bisa disalahkan atas kegagalan Juve melewati babak 16 besar selama dua musim terakhir.

Memang, perlu diingat bahwa Ronaldo telah menyumbang semua gol Bianconeri di fase gugur turnamen sejak tiba di Turin pada 2018.

Harapannya adalah pada musim panas ini adanya perubahan radikal di Turin yang akan mengurangi beban Ronaldo untuk membantu Juve memenangkan Piala Eropa untuk pertama kalinya sejak 1996, dengan legenda klub Andrea Pirlo diangkat untuk menggantikan Maurizio Sarri yang dipecat karena pendekatannya yang tidak populer. Namun, tanda-tanda awalnya tidaklah menggembirakan.

Juve tertahan di posisi kelima Serie A - dan beruntung berada di posisi yang cukup baik, mengingat kemenangan terbaik mereka musim ini adalah 3-0 Napoli, yang didapat berkat WO.

Memang, mereka tidak beruntung dengan cedera dan masalah COVID-19 yang menerpa skuad. Ronaldo, Giorgio Chiellini, Alex Sandro dan Matthijs de Ligt semuanya absen ketika tim mengalami kekalahan dari tim Barcelona yang juga sebenarnya tidak stabil di Liga Champions dua pekan lalu.

Tapi sulit untuk tidak bersikap kritis terhadap cara Pirlo mengatur skuadnya di Turin. Sang pelatih anyar mengajarkan pendekatan yang lancar kepada para pemain, namun pada saat yang sama mereka sedikit kebingungan ketika dihadapkan pada lawan yang memiliki kualitas setara.

Kembalinya Alvaro Morata pertanda baik, merasa bahagia dan mulai mencetak gol lagi, namun belum jelas apa sebenarnya yang akan dilakukan Pirlo dengan Dybala, belum lagi rekrutan baru yang menarik seperti Dejan Kulusevski dan Federico Chiesa, sedangkan lini tengah tetap menjadi kendala besar sama seperti ketika diasuh Sarri.

GFX Cristiano RonaldoGetty Images

Ada alasan untuk optimistis namun juga masih begitu banyak pertanyaan yang belum terjawab.

Dalam banyak hal, Ronaldo sekarnag menemukan dirinya berada dalam situasi yang mirip dengan rival terbesarnya, Messi di Barcelona: menunjukkan sedikit tanda-tanda penurunan dan menjadi jantung dari tim yang sedang dalam transisi proyek baru.

Pirlo, seperti halnya Ronald Koeman di Camp Nou, selalu membutuhkan waktu dan kesabaran. Ronaldo bisa dibilang memiliki sedikit dari keduanya. Ia berada pada musim ketiga di Juve dan tidak ada jaminan bahwa ia akan menyelesaikan kontrak lima tahunnya.

Jadi, mungkin tidak mengherankan bahwa ia merasa sangat ingin kembali beraksi setelah menjalani karantina yang terpaksa dilakukannya karena virus corona dan sempat mengecam tes PCR COVID-19, karena mengetahui bahwa Juve dan Pirlo memiliki peluang untuk mempertahankan trofi Serie A - apalagi Liga Champions - tanpa kehadirannya.

Ia juga memang telah menunjukkan pengaruh besarnya secara instan. Dalam laga pertamanya selepas karantina, melawan Spezia pekan lalu, ia mencetak dua gol setelah masuk sebagai pemain pengganti untuk membawa Bianconeri meraih kemenangan krusial 4-1.

"Ronaldo telah kembali," kata pemain No.7 dengan rendah hati selepas laga, "dan itu yang terpenting." Dan bagi Juve, memang benar-benar penting. Seperti yang ditulis Corriere dello Sport di halaman utama mereka Senin (9/11) usai Ronaldo mencetak gol lagi dalam hasil imbang 1-1 melawan Lazio yang terkendala kasus COVID-19, Bianconeri adalah "Ronaldo, dan itu saja."

Dalam periode ketidakpastian yang mengkhawatirkan bagi klub, Ronaldo masih menghadirkan jaminan gol - enam gol dalam hanya lima penampilannya sepanjang musim ini - namun pertanyaannya sekarang apakah ia dapat sekali lagi mempertahankan rekor gol menakutkannya selama semusim penuh.

Itulah yang akan dibutuhkan Juve untuk memiliki kans menjuarai Liga Champions. Dan bagi Ronaldo untuk merebut kembali mahkota Goal 50-nya.

Iklan