Real Madrid Courtois Vinicius GFXGetty/GOAL

Wahai Dunia! Real Madrid Adalah Raja Eropa, Jangan Pernah Remehkan Mereka

Di luar Stade de France, terjadi kekacauan, gas air mata, gerbang yang ditutup, dan antrean penonton yang mengular.

Tapi di dalam, ada ketertiban. Segala momen yang berjalan secara natural.

Real Madrid memang kalah dominan dari Liverpool di final Liga Champions, setidaknya secara statistik, namun mereka bisa mencetak gol dan pada akhirnya keluar sebagai pemenang.

Itulah yang mereka lakukan, terutama dalam kompetisi ini.

Seperti pada periode perpanjangan waktu melawan Chelsea dan Manchester City, begitu Madrid unggul, mereka sulit digoyahkan. Liverpool mengurung pertahanan mereka, tapi Thibaut Courtois tampil luar biasa hingga sulit ditembus.

Sang raja Eropa mengangkan rekor Piala Eropa ke-14 di Paris, meninggalkan pesaing terdekat mereka, AC Milan, yang punya tujuh trofi. Pelatih Carlo Ancelotti telah memenangkan kompetisi ini empat kali, lebih banyak dari manajer lainnya.

Real Madrid telah memenangkan lima trofi Liga Champions dalam sembilan musim, rekor yang tak tertandingi oleh tim mana pun - selain mereka sendiri, yang juga memenangkan lima edisi pertama turnamen tersebut, dari tahun 1956-1960.

Los Blancos mendominasi sepakbola Eropa sejak mereka pertama kali dibentuk dan bahkan sekarang, ketika mereka mengklaim bahwa ini adalah tahun mereka, tidak ada yang bisa menghentikan mereka.

Ada perjalanan ajaib untuk mencapai final, dimulai ketika penjaga gawang Paris Saint-Germain, Gianluigi Donnarumma blunder memberikan bola kepada Karim Benzema di kotak penaltinya sendiri pada awal Maret lalu.

Tim Prancis unggul 2-0 secara agregat dengan kurang dari setengah jam pertandingan tersisa, dengan Kylian Mbappe dan rekan-rekannya. setelah mendominasi 150 menit yang sudah mereka mainkan sejauh itu.

Tapi begitu Donnarumma memberikan ruang bagi Madrid untuk bangkit sekecil apa pun, mereka memanfaatkannya dengan optimal, dan kemudian bahkan berlanjut hingga ke London, Manchester dan kemudian Paris. Dan akhirnya, mereka kembali ke ibukota Spanyol dan Plaza de Cibeles, di mana mereka akan merayakan kemenangan mereka dengan puluhan ribu pendukung.

Mereka memiliki keajaiban melawan Chelsea, di mana saat tertinggal 3-0 di leg kedua, mereka membutuhkan assist yang luar biasa dari Luka Modric kepada Rodrygo untuk memaksakan perpanjangan waktu.

Lalu keajaiban lain datang saat jumpa Manchester City, dua gol hanya dalam waktu satu menit di menit akhir dari Rodrygo lagi-lagi membuat pertandingan harus berlanjut ke perpanjangan waktu.

Tapi di final, mereka tidak membutuhkan momen Rodrygo, atau keajaiban lainnya, kecuali jika Anda ingin menggambarkan performa Courtois seperti itu.

Courtois tampil luar biasa bagi Madrid setiap kali mereka membutuhkannya, seperti di Paris, terutama menghentikan aksi awal Mohamed Salah, serta menghasilkan penyelamatan magisterial untuk menangkal ancaman Sadio Mane.

Penyelamatannya terhadap aksi Mane, yang mengarahkan bola ke tiang tangan kanannya, adalah penyelamatan yang terbukti krusial dan menjadi titik paling penting dalam perjalanan Madrid ke tangga juara.

Madrid mengira mereka telah memimpin melalui Karim Benzema sebelum turun minum, tetapi gol itu dianulir karena off-side yang sangat bisa diperdebatkan karena bola sedikit mengenai Fabinho sebelum menuju padanya.

Namun, pada menit ke-59, mereka memimpin melalui aksi Vinicius Junior, yang mencetak gol setelah menerima umpan brilian dari Fede Valverde.

Setelah itu, Courtois dan Madrid mati-matian mempertahankan keunggulan. Peluang terbaik Liverpool jatuh ke tangan Salah, namun sang kiper menggunakan lengan bawahnya untuk memblok upaya pemain Mesir itu.

Tidak ada cerita balas dendam yang diwujudkan oleh Salah kali ini, Courtois-lah yang memastikan cerita itu tidak terjadi.

Sang kiper Belgia, yang telah menikmati musim yang luar biasa dan akhirnya melampaui level yang ia capai di Atletico Madrid dan tidak mampu menyamainya di Chelsea, adalah pilar kekuatan utama Madrid di bawah mistar.

Courtois membuat sembilan penyelamatan, sebuah rekor baru di final Liga Champions sejak Opta mulai mengumpulkan data, dan dengan 59 penyelamatan, ia juga mencatatkannya lebih banyak dalam satu kampanye daripada kiper lainnya.

"Kemarin dalam konferensi pers saya mengatakan bahwa ketika Madrid memainkan final, mereka menang. [Sekarang] saya berada di sisi sejarah yang baik," kata Courtois kepada BT Sport.

"Saya melihat banyak tweet datang kepada saya mengatakan bahwa saya akan jadi bulan-bulanan hari ini, tapi sebaliknya.

"Hari ini saya perlu memenangkan final untuk karier saya, untuk semua kerja keras, mendapatkan respek untuk nama saya karena saya merasa tidak terlalu dihargai, terutama di Inggris. Saya melihat banyak kritikan bahkan setelah menjalani musim yang hebat."

Jika Anda tidak bisa mengalahkan mereka, bergabunglah dengan mereka, pikir Courtois setelah kalah di final 2014 dengan Atletico melawan Real Madrid.

Saat itu, Los Blancos membutuhkan comeback menakjubkan lainnya; kali ini Courtois memastikan lawan tidak melakukannya.

Iklan

ENJOYED THIS STORY?

Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

0