Keajaiban biasanya tidak datang berulang kali, namun di Real Madrid, hal tersebut berlaku sebaliknya.
Keajaiban demi keajaiban, lagi dan lagi, menjadikan yang luar biasa jadi terasa biasa.
Tepat ketika sepertinya logika akhirnya menang atas pengetahuan, Real Madrid kembali bangkit dari lubang kubur pada Kamis (5/5) dini hari WIB, dengan Rodrygo menjadi pahlawan mereka di hadapan kerumuman Santiago Bernabeu yang awalnya merasa putus asa.
Mereka sempat kewalahan dan nyaris kalah lawan Paris Saint-Germain, namun diselamatkan oleh hat-trick Karim Benzema dalam kurun waktu 17 menit. Tertinggal oleh Chelsea, tapi diselamatkan oleh kegeniusan assist Luka Modric.
Dan City, yang mengungguli Madrid di kandang meski pun skornya ketat 4-3, datang ke ibu kota Spanyol dan memainkan permainan yang masuk akal dan sabar, membuat tuan rumah frustrasi.
Pasukan Pep Guardiola memperlambat pertandingan, menyederhanakan banyak hal, tidak membiarkan Real Madrid mengobarkan antusiasme yang mereka temukan di malam-malam besar Eropa.
Ketika Madrid mencoba untuk mengubah keadaan, Riyad Mahrez memukul mereka dan membawa tim tamu unggul pada malam itu, sekaligus memimpin dua gol secara agregat.
Carlo Ancelotti menarik Luka Modric dan memainkan lebih banyak pemain di depan, di mana pertandingan tampak hampir berakhir, taktiknya terkesan formalitas.
Tapi kemudian itu terjadi lagi. Satu-satunya formalitas di Bernabeu adalah Madrid menemukan cara untuk tetap hidup.
Rodrygo menyamakan skor pada menit ke-90 dan kemudian sundulannya membalikkan kedudukan pada menit ke-91, membuat City tercengang, bertanya-tanya bagaimana final direnggut dari tangan mereka ketika sudah hampir pasti mereka genggam.
Dan dengan City yang masih terhuyung-huyung, Benzema mengancam di dalam kotak dan Ruben Dias dengan kikuk menjatuhkannya untuk mendapatkan penalti.
Sang striker lah yang menjadi eksekutor dan sukses melakukannya - kali ini tanpa Panenka - mencetak golnya yang ke-15 di kompetisi ini, dari xG 5,81, untuk membawa Madrid unggul untuk pertama kalinya dalam pertandingan ini: setelah 185 menit dan 11 gol, 3-1 pada malam hari, agregat 6-5.
Madrid memenangkan pertandingan yang sepertinya mereka tidak bisa menangkan, minggu lalu dan apalagi minggu ini.
Pulang dari Etihad Stadium dengan bekal defisit satu gol adalah semacam kemenangan bagi mereka dan hal itu dimanfaatkan dengan baik, lagi-lagi lolos berkat perpanjangan waktu.
Di menit-menit menjelang dua gol Rodrygo, satu tembakan Jack Grealish ditepis oleh Ferland Mendy dan satu lagi diselamatkan dengan cemerlang oleh Thibaut Courtois – dua momen yang bisa dan seharusnya mengakhiri pertandingan lebih awal bagi City.
Seperti melawan Chelsea di perempat-final, begitu Madrid unggul di perpanjangan waktu, jarang sekali mereka terlena, bahkan mampu menggagalkan satu peluang berbahaya Fernandinho.
Vinicius Junior telah menjadi bintang bagi Madrid musim ini, namun kegagalannya mencetak gol setelah turun minum seolah-olah bakal merugikan tim.
Namun, rekan senegaranya dari Brasil, Rodrygo, yang bersinar dengan performa luar biasa, sementara Eduardo Camavinga juga membuat dampak besar dari bangku cadangan – keduanya telah menjadi penyelamat bagi Madrid dalam kompetisi ini.
Juga Rodrygo yang memicu comeback 3-2 mereka melawan Sevilla yang membantu Madrid mendekatkan diri ke gelar La Liga, dan kemudian ia mencetak dua gol untuk menyegelnya akhir pekan lalu.
Carlo Ancelotti mengisap cerutu dengan gembira pada Sabtu malam saat para penggemar merayakannya dengan meriah di Cibeles, dan ia akan bisa melakukannya sekali lagi jika Madrid mengalahkan Liverpool di final dan memenangkan trofi Eropa ke-14 mereka.
"Sudah dekat, tapi belum ada cerutu," demikian kutipannya. Tetapi untuk Real Madrid di Liga Champions, itu sudah dekat, dan kemudian siap menghisap cerutu.
.jpg?auto=webp&format=pjpg&width=3840&quality=60)



