Rafael Leao AC Milan Spezia Serie A 2021-22Getty/GOAL

Apakah Rafael Leao Benar-Benar Thierry Henry Baru? 'Adik' Zlatan Ibrahimovic Yang Menggebrak AC Milan

Tak ada keraguan mengenai bakat yang ada pada diri Rafael Leao.

Mantan pelatih tim muda Sporting CP Tiago Fernandes selalu menyatakan bahwa pemain asli Almada itu adalah pemain terbaik dalam sejarah akademi.

Lebih baik dari Paulo Futre. Lebih baik dari Luis Figo. Dan, ya, bahkan lebih baik dari Cristiano Ronaldo di usia yang sama dengannya saat ini.

Sejauh ini, menurut Fernandes masalah terbesarnya adalah kepuasan diri Leao, yang merasa bahwa bakat murni saja bisa membuatnya mencapai puncak permainan.

Aneh juga, mengingat Leao mengidolakan sosok Ronaldo, seorang legenda hidup yang terkenal dengan etos kerjanya yang luar biasa.

"Cristiano adalah yang terbaik di dunia," kata penyerang berbakat luar biasa itu kepada Goal pada 2018. "Dia telah membuat karier yang sukses dengan kerja keras dan merupakan contoh yang bagus untuk diikuti."

Tampaknya, hanya Leao yang tidak mencontoh CR7. Dia dengan cepat menjadi terkenal karena potensinya, sama seperti saat membuat para fans kecewa.

Bahkan selama musim gemilangnya bersama Lille pada 2018/19, presidun klub saat itu Gerard Lopes melabeli Leao 'Mbappe Portugis'.

Tetapi pelatih Christophe Galtier mengakui bahwa sang penyerang adalah: "Pemain yang bisa membuat Anda frsutrasi, tetapi beberapa menit kemudian, memberimu banyak harapan dan senyuman."

AC Milan tentu saja merasa Leao adalah risiko yang layak diambil dan membayar €23 juta (£19 juta/$26 juta) untuk mengontraknya pada Agustus 2019.

Ia mencetak enam gol selama musim debutnya di Serie A, menunjukkan sentuhan alami dari kemampuannya yang luar biasa.

Namun, Leao masih membuat frustrasi para penggemar, pelatih dan rekan satu timnya.

Rafael Leao Christophe Galtier Lille GFXGetty/GOAL

Sumber klub mengungkapkan bahwa ia kadang-kadang mudah terganggu, dan hampir tidak menarik selama sesi latihan.

Ketika Zlatan Ibrahimovic bergabung kembali dengan Milan pada Januari 2020, ia langsung merangkul Leao karena sama-sama berposisi sebagai striker

Bahkan Leao segera mulai menyebut penyerang asal Swedia itu sebagai kakaknya.

"Sejak dia tiba, dia telah berbicara kepada saya, memberi saya saran tentang bagaimana cara berkembang, bagaimana memposisikan diri di kotak penalti," jelas pria asal Portugal itu.

"Dia pemain hebat dan saya ingin belajar sebanyak mungkin dengan dia di sisi saya."

Bagaimanapun, Ibra merasa bahwa terlalu banyak saran yang ia katakan kepada Leao, yang hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

Tidak peduli apa yang ia katakan, Ibra sepertinya tidak bisa memahami Leao, untuk membuatnya menyadari apa yang diharapkan dari seorang profesional papan atas.

Kemudian, selama musim panas, Leao berubah total, seperti yang dikatakan Ibra. "Dia mengerti dirinya sendiri, apa yang harus dilakukan," ungkap eks Manchester United itu kepada Corriere TV.

Untuk Leao, masalah besarnya telah hilang. Dia tidak bisa hanya koar-koar dan kesal selama 15 menit di berbagai sisi lapangan. Ia menerima apa yang dikatakan Ibrahimovic, pelatih Milan Stefano Pioli, orang tuanya dan pelatih pribadinya: dia harus melakukannya setiap pekan selama 90 menit.

"Tuhan telah memberi saya bakat, yang langka, tetapi saya harus menambahkan pengorbanan dan kerja keras," klaim Leao dalam wawancara bersama La Repubblica pada bulan November tahun lalu.

"Saya memiliki bakat untuk dikembangkan tetapi Anda tidak bermain sendirian dalam sepakbola dan saya telah membuktikan itu, bahwa saya bisa melakukannya di Milan."

Dan yang pasti, ia telah melakukan itu selama beberapa bulan terakhir.

Lebih dari setengah musim 2021/22, Leao mencetak gol di semua kompetisi (delapan gol), sebanyak yang pernah ia capai sebagai pemain profesional selama satu musim penuh.

Selain itu, ia juga menyumbangkan empat assist, telah menyelesaikan lebih banyak dribel daripada pemain lain di Serie A (62) dan sekarang akan disodori kontrak baru.

Peningkatan performa juga membuat perbandingannya dengan Kylian Mbappe muncul kembali, tetapi Pioli merasa Leao lebih mirip dengan penyerang Prancis terkenal lainnya.

"Dia sangat mengingatkan saya pada [Thierry] Henry," kata sang manajer kepada wartawan awal bulan ini.

Mengingat Pioli bukanlah orang yang terkenal dengan pernyataan nyeleneh, perbandingan tersebut memicu banyak perdebatan di Itali.

Namun, itu telah didukung oleh orang-orang seperti Nicola Amoruso dan Alessio Tacchinardi, keduanya merupakan pemain Juventus ketika Henry menghabiskan enam bulan di Turin pada tahun 1999.

"Henry muda adalah Leao hari ini," kata Tacchinardi kepada Tuttosport. "Karakteristik kedua pemain itu sama: Anda melihat kecepatan dalam satu lawan satu dan mereka selalu berhasil menerobos pertahanan lawan."

"Saya dibantai di media sosial karena perbandingan itu. Tapi lihat saja video dua pemain itu dan tidak ada lagi yang bisa dikatakan: mereka sama!"

Amoruso sepenuhnya setuju dengan pendapat itu, tapi dia menambahkan dalam sebuah wawancara dengan Gazzetta dello Sport: "Leao hanya harus lebih memahami seberapa kuat dia. Setelah ia melakukan itu, tidak ada yang akan menghentikannya."

Dan ini membawa kita pada perdebatan besar dalam karakter Leao.

Untuk semua keyakinannya pada bakat alaminya, ia tampaknya masih belum sepenuhnya memahami seberapa jauh Leao bisa melangkah.

Pelatih ikonik asal Itala Fabio Capello dan Pioli juga mengatakan hal yang sama: "Leao belum menyadarai seberapa besar potensinya."

Thierry Henry Rafael Leao Juventus AC Milan GFXGetty/GOAL

Namun, dari pernyataan dan penampilannya baru-baru ini, striker tersebut mulai melihat manfaat dari apa itu kerja keras di dalam permainannya.

"Saya pikir dia harus meyakinkan dirinya sendiri dan banyak bekerja pada mentalnya, untuk menjadi lebih ambisius," tambah Pioli, yang dilihat Pioli sebagai sosok menginspirasi dalam kariernya.

"Seseorang dengan kemampuannya harus berpikir untuk mencapai puncak dunia, tetapi bakat saja tidak cukup. Dia mengerti bahwa dia harus bekerja dengan cara tertentu."

Dan jelas, sekaligus jadi faktor penting juga, mampu bekerja sama dengan orang lain.

Yang menggembirakan, Leao sekarang menjadi salah satu sayap kiri paling gemilang di Eropa bersama Theo Hernandez, dengan kombinasi keduanya mampu mengobrak-abrik pertahanan lawan.

Leao jelas bukan 'cerita yang sudah selesai'. Dia tidak bisa dibandingkan dengan Herny yang diubah Arsene Wenger menjadi talenta menyerang terbaik yang pernah ada di Liga Primer.

Namun, ada kesamaan yang tak terbantahkan dengan Herny yang bekerja keras di Turin selama enam bulan. Kecepatan, keterampilan menggiring bola dan mampu tampil di mana pun di lini serang.

Tentu saja, perbedaan utama adalah bahwa sementara Leao berkembang luas di bawah Pioli, Henry justru terpuruk saat dilatih Carlo Ancelotti.

Namun, seperti yang dijelaskan Tacchinardi, pemain internasional Portugal itu adalah "berlian yang kasar", yang masih bisa dipoles menjadi sesuatu yang spektakuler.

Dan tanda-tandanya adalah bahwa setelah beberapa musim yang membuat frustrasi, yang membutuhkan kesabaran luar biasa dari Pioli dkk, Milan akhirnya bisa dikatakan bekerja dengan baik untuk perkembangan Leao, di mana Juve kala itu gagal mengasah Henry.

Iklan

ENJOYED THIS STORY?

Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

0