Para pemain Iran bebas untuk bergabung dalam protes yang melanda negara mereka atas hak-hak wanita saat tampil di Piala Dunia 2022 namun harus dalam koridor yang tepat, kata pelatih Carlos Queiroz.
Penegakkan hak-hak kaum hawa telah menjadi masalah serius di Iran belakangan ini, dengan gelombang protes sebagai dukungan telah bermunculan di seluruh penjuru dunia.
Namun, ada beberapa gelombang protes tersebut berakhir dengan situasi yang buruk sehingga memicu perdebatan lebih lanjut.
Apa yang terjadi?
Kantor berita aktivis HAM, HRANA, mengatakan 344 orang telah tewas dan 15.280 ditangkap selama dua bulan terakhir terkait protes nasional yang dipicu oleh kematian wanita Kurdi berusia 22 tahun Mahsa Amini dalam tahanan polisi moralitas.
Iran mengatakan kematiannya disebabkan oleh kondisi yang sudah ada sebelumnya dan menuduh musuh-musuhnya mengobarkan kerusuhan untuk mengacaukan negara. Demonstrasi telah berubah menjadi krisis legitimasi bagi lembaga ulama, yang berkuasa selama lebih dari empat dekade.
Para pemain Iran menutupi logo tim nasional mereka ketika mereka memainkan dua pertandingan uji coba internasional mereka pada September, yang ditafsirkan sebagai tanda dukungan untuk protes tersebut.
Tetapi mereka telah dikritik keras di Twitter dalam beberapa hari terakhir karena bertemu dengan para pemimpin Iran sebelum keberangkatan mereka ke Doha, tempat mereka berlatih untuk pertama kalinya untuk Piala Dunia pada Selasa (15/11).
Apa kata Queiroz tentang dukungan para pemain Iran?
"Para pemain bebas untuk melakukan protes seperti yang mereka lakukan jika mereka berasal dari negara lain [bukan tinggal di Iran] selama itu sesuai dengan peraturan Piala Dunia dan dalam semangat permainan," kata Queiroz dalam konferensi pers.
"Tapi Anda juga bisa mengekspresikan diri di lapangan dalam permainan sepakbola dan para pemain hanya memikirkan satu hal dan itu adalah berjuang untuk lolos ke putaran kedua."
