Keyakinan Liga 1 2020 dilanjutkan kembali pada 1 Oktober berubah menjadi abu-abu setelah gugus tugas percepatan pengananan (GTPP) COVID-19 memberikan sejumlah persyaratan yang dianggap memberatkan klub.
Manajer umum PSIS Semarang Wahyoe Winarto mengatakan, persyaratan yang diajukan GTPP tidak mudah dijalani klub di Indonesia. Ditambah banyak klub tak memiliki fasilitas yang diinginkan GTPP.
“Membaca statement Gugus Tugas di media saya merasa itu sulit untuk diterapkan. Persyaratannya cukup ketat dan saya yakin tidak bisa,” ujar pria yang akrab disapa Liluk ini.
Ketua GTPP COVID-19 Doni Monardo sebelumnya menyatakan, kondisi saat ini dianggap belum aman untuk melangsungkan kompetisi, mengingat masih tingginya penyebaran virus Corona di beberapa wilayah.
Menurut Doni, jika PSSI tetap menyelenggarakan kompetisi, seluruh pemain, wasit, maupun ofisial yang ada di dalam satu area wajib melakukan polymerase chain reaction (PCR) test. Hanya saja, GTPP menginginkan pemeriksaan itu berupa Swab test, dan tidak merekomendasikan rapid test.
Abi Yazid / GoalBukan itu saja, setiap klub diwajibkan mengarantina pemain agar tidak berhubungan dengan siapa pun, baik sebelum maupun sesudah pertandingan. Kebijakan itu membuat pemain yang tinggal di kota klub bermarkas tak bisa mengunjungi keluarga.
“Apakah klub Indonesia sudah ada yang memiliki tempat isolasi mandiri? Klub itu juga menginapnya di hotel atau apartement, apa mungkin pesan satu hotel dan apartement untuk satu klub?” tanya Liluk.
“Kemudian pemain juga punya keluarga. Jika mereka pulang ke rumah, mereka juga minimal kumpul dengan keluarganya. Apalagi jadwal bakal mepet-mepet antarpertandingan. Belum lagi biaya Swab PCR itu enggak murah.”
Dalam panduan menghadapi kompetisi di tengah keadaan darurat, serta pernyataan dari GTPP ditegaskan, laga tidak bisa dihadiri penonton. Manajemen PSIS mengkhawatirkan suporter tetap nekat datang ke stadion, setidaknya untuk mengobati kerinduan terhadap pertandingan sepakbola.
Ketua panitia pelaksana (panpel) pertandingan PSIS, Danur Rispriyanto, mengatakan, suporter nekat ini bisa saja berkumpul di area sekitar stadion. Hal itu bisa mengundang pedagang kaki lima datang ke stadion. Situasi tersebut menjadi berat, karena personel keamanan tidak banyak seperti biasanya.
“Kami tetap memiliki kekhawatiran ada oknum penonton yang nekat datang ke stadion, karena haus tontonan bola, baik yang berusaha tetap masuk stadion, atau hanya sekadar bergerombol di luar stadion,” kata Danur.
“Selain itu, kalau dengar ada pertandingan sepakbola, dikhawatirkan ada pedagang kaki lima yang siap-siap untuk berjualan di area stadion.”
SIMAK JUGA: BERITA LIGA 1!
