PENGANTAR
Tim nasional (timnas) Indonesia selalu menjadi kandidat untuk menjadi juara di setiap gelaran Piala AFF. Namun nasib baik belum menghampiri skuat Garuda lantaran belum pernah mengecap manisnya gelar juara ajang sepakbola dua tahunan itu. Tercatat, prestasi terbaik Indonesia hanya menjadi runner-up sebanyak lima kali pada 2000, 2002, 2004, 2010, dan 2016.
Pada tahun ini, dengan persiapan yang bisa dibilang cukup singkat, Indonesia kembali melambungkan optimisme tinggi untuk meraih juara. Jelang turnamen, Indonesia memang hanya melakoni tiga laga uji coba internasional. Pergantian pelatih dari Luis Milla Aspas kepada pelatih muda berbakat Bima Sakti Tukiman juga tak terlalu memengaruhi kondisi psikologis para pemain tim Merah Putih.
Apalagi Bima merupakan sosok yang selalu mendampingi Milla saat menukangi timnas Indonesia U-23 maupun senior. Sehingga mantan kapten timnas Indonesia tersebut pastinya sudah paham betul apa yang mesti diteruskannya dan mana yang perlu ditambah, setelah timnas tak lagi diarsiteki Milla.
Dalam tiga kali uji coba, setidaknya Bima mampu membuktikan bisa tetap menjaga performa Indonesia dengan meraih dua kemenangan atas Mauritius (1-0) dan Myanmar (3-0), serta imbang dengan Hong Kong (1-1). Persiapan terakhir pun sudah dilakukan di Cikarang, dan mereka berencana bertolak ke Singapura, Selasa (6/11), untuk melakoni laga perdana.
SKUAT
GoalKiper: Andritany Ardhiyasa (Persija), Muhammad Ridho (Borneo FC), Awan Setho (Bhayangkara FC)
Belakang: I Putu Gede (Bhayangkara FC), Gavin Kwan (Barito Putera), Hansamu Yama (Barito Putera), Fachruddin Aryanto (Madura United), Bagas Adi (Arema FC), Ricky Fajrin (Bali United), Alfath Fathier (Madura United), Rizki Pora (Barito Putera)
Gelandang: Zulfiandi (Sriwijaya FC), Muhammad Hargianto (Bhayangkara FC), Bayu Pradana (Mitra Kukar), Stefano Lilipaly (Bali United), Evan Dimas (Selangor FA), Septian David (Mitra Kukar), Irfan Jaya (Persebaya), Andik Vermansah (Tanpa klub), Febri Hariyadi (Persib), Riko Simanjuntak (Persija)
Striker: Dedik Setiawan (Arema FC), Alberto Goncalves (Sriwijaya FC)
PELATIH

Ketika ditunjuk PSSI sebagai pelatih timnas Indonesia, memang ada pihak yang meragukan kualitas seorang Bima Sakti. Mengingat, Bima memang dikenal sukses sebagai pemain dan sampai saat ini menjadi salah satu panutan bagi pemain muda. Tapi secara pengalaman melatih, Bima belum pernah menjadi pelatih kepala sebuah klub. Bahkan, dia baru menyelesaikan lisensi kepelatihan A AFC pada tahun ini.
Namun pelatih berusia 42 tahun tersebut tak ingin ciut nyali. Dia menerima semua tanggung jawab yang diberikan PSSI untuk meneruskan tugas Luis Milla Aspas yang tak menemui kesepakatan dengan PSSI dalam perpanjangan kontrak baru. Bima sendiri merupakan asisten Milla selama melatih timnas Indonesia di level U-23 dan senior dalam 1,5 tahun terakhir.
Sehingga diharapkan, mantan pemain PSSI Primavera ini bisa meneruskan yang baik dari yang sudah diwarisi oleh Milla, dan menambah dengan filosofi permainan yang diyakininya. Tekad bulat untuk membawa tim Garuda meraih prestasi tertinggi pun diapungkannya. Terlebih, kali ini dia juga dibantu dua mantan rekannya di PSSI Primavera dalam staf kepelatihan, yakni Kurniawan Dwi Yulianto (asisten pelatih) dan Kurnia Sandy (pelatih kiper). Plus terdapat nama Edy Syahputra (asisten pelatih) dan Kartono Pramdhan (pelatih fisik) untuk menambah solid tim kepelatihan timnas di Piala AFF tahun ini.
Bima juga dikenal sebagai sosok pelatih yang mengedepankan kedisiplinan dan attitude. Sehingga pemain yang tak bisa menerapkan hal tersebut, akan sulit masuk ke dalam skuatnya.
"Ini tugas negara, yang paling terpenting kita berjuang dulu, dan sudah menjadi cita-cita kita juga untuk berprestasi di Piala AFF ini. Karena sebelumnya kita sudah lima kali (gagal di final) dan belum pernah meraih juara," tegas Bima, dalam wawancaranya kepada Goal Indonesia.
TAKTIK & PREDIKSI
Goal"Filosofi saya adalah bagaimana [memanfaatkan] transisi, karena itu yang paling penting di sepakbola modern," begitu kalimat yang dilontarkan Bima Sakti, saat ditanyakan Goal Indonesia mengenai filosofi permainan yang akan diusungnya pada Piala AFF tahun ini. Bima sendiri pastinya bakal memaksimalkan kelebihan yang dimiliki Indonesia, yakni kecepatan para pemain yang beroperasi di sisi sayap.
Tampaknya, skema yang akan digunakan pun tak akan jauh berbeda dengan yang pernah diterapkan Luis Milla yaitu 4-3-3 dengan pengembangan 4-2-3-1. Memasang satu striker tunggal atau memainkan strategi false nine bakal menjadi salah satu andalan yang diterapkan Bima pada Piala AFF tahun ini.
Selain kecepatan dari sisi sayap, kreasi dari lini tengah juga dibutuhkan dan juga fokus penuh dari lini pertahanan. Penguasaan bola yang kuat juga akan menjadi salah satu andalan skuat Garuda.
Bicara prediksi, situasi yang akan dihadapi hampir sama dengan yang terjadi pada Piala AFF dua tahun lalu. Bedanya, kali ini Indonesia bertemu dengan Timor Leste saja. Sisanya, Filipina, Thailand, dan Singapura, sama seperti yang dihadapi pada 2016 lalu.
Hanya saja, seluruh tim tersebut kali ini mengalami perubahan yang signifikan. Termasuk mendatangkan pelatih kelas dunia seperti Thailand yang dilatih Miljan Rajevac dan Filipina yang membuat heboh dengan merekrut pelatih sekaliber Sven Goran Eriksson.
Jika bisa menampilkan performa minimal seperti saat Asian Games 2018 atau bahkan lebih, Indonesia masih bisa untuk melaju ke partai final untuk keenam kalinya. Bahkan, impian untuk meraih juara juga bisa terwujud.

