Ralf Rangnick Cristiano Ronaldo Manchester United 2021-22Getty/GOAL

Apa Itu Pressing? Penjelasan Tentang Metode Ralf Rangnick, Thomas Tuchel, Marcelo Bielsa & Lainnya

Semua orang berbicara tentang pressing. Itu muncul dalam laporan pertandungan mau pun pertanyaan dalam sesi wawancara pascalaga. Dibahas juga di media sosial dan saluran-saluran mana pun.

Pressing bisa dibilang konsep taktik pertama yang memasuki arus utama dalam dunia sepakbola, dan tidak mengherankan itu telah menjadi kata kunci yang sering kali diamati oleh banyak orang. Banyak modelnya, mulai dari gegenpress yang memenangkan bola secara konsisten di sepertiga akhir hingga cara menekan dan menutup pergerakan lawan di dekat kotak penalti sendiri.

Tentu saja, baik untuk menggunakan kata kerja 'press' atau 'menekan' dalam bahasa Indonesia maksudnya adalah menutup pergerakan lawan, tapi ada perbedaan besar antara sekadar menekan dan memberikan tekanan pada lawan; antara kerja keras untuk memperketat penguasaan bola, sesuatu yang kita miliki dalam sepakbola selama beberapa dekade dan menekan secara kolektif yang melibatkan kinerja seluruh tim dan mengikuti instruksi para pelatih.

Kebingungan umum menjadi perhatian khusus setelah pertandingan pertama Ralf Rangnick sebagai manajer interim Manchester United, klub yang telah melakukan perubahan dramatis dalam hal metode atau filosofi kepelatihan yang pernah kita lihat.

Melawan Crystal Palace, formasi 4-2-2-2 United ditandai dengan kombinasi Marcus Rashford dan Cristiano Ronaldo di depan yang terlibat dalam skema pressing. Tim menutup semua sudut lapangan secara kompak, mereka juga tak leluasa membiarkan lawan menguasai bola di area mereka sendiri, bergerak sebagai sebuah unit yang padu.

Sangat kontras dengan Ole Gunnar Solskjaer yang, menurut The Athletic, tidak melatih pressing karena lebih meyakini bahwa para pemainnya secara alami punya kemampuan untuk menutup pergerakan lawan yang paling dekat dengan mereka ketika membawa bola.

Cukup meresahkan bahwa seorang manajer Liga Primer Inggris salah memahami apa yang dimaksud pressing dan bukan, tapi setidaknya periode kepelatihannya membuktikan itu.

Apa itu pressing?

Terlalu sering skema menutup lawan diasumsikan sebagai contoh dari pressing, padahal itu cuma bisa diartikan sebagai sekadar menekan lawan dalam dunia analisis.

Norwich City menempati peringkat kelima di Liga Primer untuk urusan menekan lawan, menurut FBRef, dan Everton berada di urutan keempat, tetapi jelas tidak satu pun dari tim ini yang benar-benar melakukan pressing.

Sebaliknya, mereka bekerja keras untuk menguasai bola setelah memasuki sepertiga akhir, dan mereka mengumpulkan angka yang tinggi karena a) mereka memiliki begitu sedikit penguasaan bola sehingga mereka lebih sering bekerja secara defensif dan b) dengan memperketat formasi mereka di area sendiri maka mudah bagi mereka untuk menutup pergerakan lawan.

Tak seorang pun yang suka bertahan begitu dalam, seperti Rafael Benitez atau Sean Dyche, mengelola tim dengan metode pressing. Mereka tidak melakukan pressing, tapi sekadar menekan lawan.

Rafael Benitez Everton Premier League 2021-22 GFXGetty/GOAL

Pressing adalah kerja kolektif yang mendefinisikan bagaimana, mengapa, dan kapan sebuah tim ingin bergerak bersama untuk menutup celah lawan.

Ini bisa berupa memenangkan bola secara langsung dan melakukan serangan balik dari belakang, atau juga bisa memaksa lawan untuk mengoper ke arah sesuai yang mereka inginkan.

Apa itu jebakan pressing dan pemicunya?

Skema pressing yang dilakukan dengan baik, biasanya dilatih dengan baik pula dalam sesi latihan, memiliki serangkaian instruksi yang sangat spesifik yang mencakup di mana memposisikan para pemain dan kapan harus tiba-tiba menekan lawan.

Tingkat detail paling baik dicontohkan dalam penggunaan jebakan pressing. Ini terjadi ketika sebuah tim dengan sengaja membiarkan pemain atau ruang terbuka untuk lawan, secara efektif memikat mereka untuk melakukan serangkaian operan tertentu sampai mereka berada dalam posisi yang lebih menguntungkan bagi tim bertahan (misalnya dekat dengan garis pinggir lapangan) atau mereka memberikan bola kepada pemain tertentu.

Misalnya, sebuah tim mungkin telah mengetahui ada satu gelandang tengah lawan yang lemah dalam menguasai bola. Mereka akan memaksa lawan untuk memberikan bola kepada gelandang tersebut, kemudian akan ada tiga atau empat pemain menekan dan mengerumuni gelandang itu dari semua sudut.

Pemicu pressing adalah tindakan yang tiba-tiba menekan tim yang sedang bertahan untuk melakukan aksi. Untuk beberapa tim, pemicu pressing akan berupa sentuhan berat dari bek. Bagi yang lain, itu akan menjadi menit tertentu dari permainan atau bola memasuki zona tertentu dari lapangan.

Bagaimana cara mengukur pressing?

Cara terbaik yang kami miliki untuk mengukur pressing dalam statistik adalah melalui 'operan per tindakan defensif' (PPDA), yang menghitung berapa banyak operan yang boleh dilakukan tim lain sebelum tim mencoba untuk mencegatnya.

Ini adalah cara tidak langsung dan tidak sempurna untuk mengukur intensitas pressing, namun sebagian besar berhasil karena memberikan indikasi apakah pemain bertahan atau gelandang dibiarkan bebas mengoper bola, secara efektif menunjukkan seberapa tinggi garis interaksi.

Angka PPDA yang tinggi berarti lebih banyak operan lawan sebelum tindakan defensif, atau dengan kata lain, skor PPDA yang rendah berarti banyak pressing - yang pasti diterjemahkan menjadi keterlibatan yang tinggi di lapangan.

Everton dan Norwich, meski pun statistik tekanan mereka berada di tiga besar untuk PPDA, tidak mengejutkan, Leeds, Liverpool, dan Manchester City membuat tiga terbawah.

Macam-macam pressing

Hal yang harus diwaspadai, di luar angka PPDA, adalah sejauh mana sebuah tim tampak bekerja sama dalam cara mereka menutup lawan, serta kapan dan berapa lama.

Untuk tim seperti Liverpool atau Man City, tujuannya adalah untuk segera memenangkan kembali penguasaan bola, pendekatan bergerombol mengambil keuntungan dari posisi awal mereka yang tinggi (karena dominasi teritorial umum mereka) untuk membuat lawan tetap tetap tertahan.

Tetapi bagi mereka yang berada di papan bawah klasemen, dan karena mereka tidak mampu untuk melakukan pressing yang terus-menerus secara intens, ada garis keterlibatan yang lebih rendah.

Southampton, misalnya, benar-benar menghabiskan waktu yang lama dalam permainan dengan duduk di belakang, membiarkan bek tengah lawan mengoper bola ke depan dan ke belakang tetapi mengepung lini tengah dengan banyak pemain - dan menggunakan umpan ke lini tengah sebagai pemicu pressing mereka.

Namun benar untuk menyebut tim Ralph Hasenhuttl sebagai tim yang menerapkan pressing.

Ada saat-saat tertentu ketika tiba-tiba tim bergerak sebagai satu kesatuan: menekan seorang full-back, misalnya, untuk memaksanya menendang bola dan memberikannya (pemicu lain); atau dari tendangan gawang dan sesaat setelah kehilangan bola, ketika mereka akan pergi bersama-sama dengan harapan memenangkan bola saat lawan meregang, sebelum membalas dengan cepat ke ruang yang tersisa di momen transisi yang kacau ini.

Jurgen Klopp Alex Oxlade-Chamberlain Liverpool Premier League 2021-22 GFXGetty/GOAL

Itu adalah konsep yang dipopulerkan Klopp ketika ia mengatakan gegenpressing adalah playmaker terbaik.

Ini adalah sistem yang dipelopori oleh Rangnick dan diadopsi oleh para pelatih lain seperti Hasenhuttl (hanya dengan frekuensi yang lebih sedikit), Klopp, dan Thomas Tuchel dalam berbagai tingkatan.

Tetapi bahkan Klopp dan Rangnick sedikit disalahpahami. Sebenarnya tidak mungkin untuk melakukan pressing tinggi terus-menerus sepanjang permainan.

Ada banyak waktu ketika Anda harus kembali ke formasi ketat, dan gegenpress benar-benar tentang apa yang Anda lakukan segera setelah kehilangan penguasaan bola – dirancang untuk melawan serangan balik – dengan Klopp dan Rangnick ingin menekan keras untuk sementara waktu sebelum memberikan cara untuk menyusun ulang organisasi permainannya.

Bagaimana penerapan pressing?

Untuk mendefinisikan perubahan Man Utd, bahasa tubuh dan kesadaran posisi para pemain juga memberikan indikasi apakah sebuah tim memiliki strategi pressing yang sebenarnya atau sekadar melakukan improvisasi menekan.

Di bawah Solskjaer, para pemain akan berlari cepat ke arah bola, titik akhir yang diinginkan adalah membuat tekel, sedangkan pada akhir pekan kemarin, tim Rangnick lebih aktif bergerak menutup sudut, sering melengkungkan lari mereka atau menyandarkan tubuh mereka untuk menutupi laju lawan sambil beraksi.

Tetapi bagaimana setiap individu, dan tim secara keseluruhan, bergerak untuk menutup garis dan memaksa lawan melakukan kesalahan posisi atau operan (atau tekel) bergantung pada instruksi manajer. Mayoritas tim yang menerapkan pressing bertujuan untuk menutup ruang, bukan individu, tetapi yang lain melakukan penjagaan man-to-man.

Ralf Rangnick Mason Greenwood Manchester United Premier League 2021-22 GFXGetty/GOAL

Eksponen paling terkenal dari gaya itu adalah Marcelo Bielsa, ang tim Leeds-nya berlari lurus dan menekan individu dengan cara yang memikat lawan untuk melakukan operan ke depan yang berisiko.

Sedangkan melakukan pressing pada ruang melumpuhkan daya aksi mereka, menekan pemain berarti lawan lebih sering menerima bola tapi hanya di bawah tekanan instan yang konstan.

Dalam filosofi Guardiola, menghindari tekanan itu sulit, tetapi begitu Anda melakukannya, ada ruang di depan Anda.

Dalam pendekatan Bielsa, sebuah umpan tersedia (sering dibiarkan terbuka dengan sengaja untuk memikat Anda ke dalam jebakan) tetapi setelah menerima bola, sangat sulit untuk berbalik dan bergerak maju. Untuk mengilustrasikan poin ini, Leeds berada di posisi pertama Liga Primer soal tekel, sementara Man City di posisi ke-19.

Pada waktunya, Man Utd akan lebih seperti rival sekota mereka, dan filosofi itu sudah mulai terlihat.

Mereka memenangkan bola di sepertiga akhir 12 kali melawan Palace, terbanyak dalam satu pertandingan liga United sejak Alex Ferguson meninggalkan klub pada 2013, sementara Ronaldo memberikan 11 kali pressing, angka tertingginya untuk musim ini.

Apa yang akan Anda lihat adalah seluruh tim melakukan pressing sebagai kesatuan, bertindak berdasarkan pemicu dan memasang jebakan (jika Anda melihat cukup keras). Apa yang tidak akan Anda lihat adalah pengejaran bola yang ganas di setiap fase permainan, karena itu tidak praktis.

Iklan