Ada perasaan deja vu saat ejekan menghujani Graham Potter dan para pemain Chelseanya dari tribune menyusul kekalahan mereka dari Southampton. Sekali lagi, peluit akhir disambut dengan kemarahan dan ketidakpuasan saat kekalahan dari tim yang dianggap lebih lemah di Liga Primer Inggris memperpanjang performa tim yang menyedihkan.
Di tahun-tahun sebelumnya, kekalahan seperti itu akan menjadi lonceng kematian bagi seorang manajer di Stamford Bridge, dengan rilis klub soal pemecatan yang biasanya sangat ditakuti para manajer tiba dalam hitungan jam ketika Roman Abramovich mengambil keputusan.
Saat pemilik klub kerap berselisih dengan suporter mengenai strategi transfer dan keuangan klub, sangat jarang mereka tidak sependapat dengan klub mengenai posisi manajer, tapi Potter membuktikan sebaliknya.
Todd Boehly dan Behdad Eghbali, bagaimana pun, ingin melakukan sesuatu secara berbeda, dan memang demikian.
Ada seruan yang makin keras hari demi hari agar Chelsea memecat Potter setelah klub cuma meraih dua kemenangan dari 13 pertandingan setelah belanja besar sebanyak £320 juta pada Januari lalu. Kekalahan di kandang 1-0 dari Southampton kian memperjelas perasaan suporter saat ini, mereka sangat frustrasi dengan tim sendiri.
(C)Getty ImagesBerbicara dalam konferensi pers pascapertandingan, Potter yang dalam tekanan berat terpaksa menjawab pertanyaan yang agak kejam tentang dirinya yang dicap sebagai 'manajer terburuk dalam sejarah Chelsea' oleh salah satu suporter yang sangat kesal.
"Saya yakin akan ada orang di luar sana yang berpikir bahwa sayalah masalahnya," katanya. "Menurut saya mereka tidak benar, tetapi saya tidak cukup angkuh untuk mengatakan bahwa pendapat mereka tidak layak untuk diungkapkan."
Untungnya bagi Potter, duo pemilik klub, Boehly dan Eghbali senada dengannya. Hujan kritikan agar sang pelatih kepala dipecat setelah kekalahan memalukan tersebut kembali dimentahkan dewan klub, dengan mereka masih percaya sepenuhnya pada juru latih yang mereka percaya sebagai pengganti Thomas Tuchel itu.
Memang, Potter layak dihakimi atas kinerjanya dan terlebih klub telah jor-joran mendukungnya dalam hal belanja pemain pada Januari lalu. Tapi apa yang dilakukan manajemen klub tergolong masih masuk akal dalam situasi saat ini.
Selama 19 tahun memimpin, para pendukung Chelsea dimanjakan dengan kebiasaan Abramovich yang gemar gonta-ganti pelatih, di mana penurunan performa yang terbilang singkat bisa berisiko pemecatan, dan fans terbiasa dengan cara semacam itu sehingga proses apa pun yang sekarang tengah dilalui klub akan disikapi secara negatif apabila segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana atau kehendak mereka.
Meski pemilik baru tampak melanjutkan kebiasaan itu ketika memecat Tuchel, manajer yang berprestasi, hanya karena tim sedang goyah dalam tujuh pertandingan musim ini, mereka sepertinya tidak mau mengulangi 'kesalahan' yang sama pada Potter dan akan lebih mengevaluasi kinerjanya berdasarkan pencapaian jangka panjang, bukan pendek.
Ini adalah langkah ke arah yang benar, dan indikasi yang jelas bahwa Boehly dan Eghbali ingin menjauh dari kebiasaan Abramovich demi menuai kesuksesan yang berkelanjutan. Menurut The Telegraph, ada sejumlah alasan mengapa pemilik The Blues kukuh mempertahankan Potter.
Getty ImagesMereka dikatakan memahami tantangan yang dihadapi sang manajer di belakang layar terutama dengan banyaknya pemain yang cedera, mengelola skuad yang butuh peremajaan dan harus mengintegrasikan banyak pemain baru ke tim, ini menunjukkan mereka mau bersabar mendukung Potter yang sejauh ini memang tidak banyak menuntut dalam hal pembangunan timnya.
Mentalitas Potter - yang sering dipertanyakan oleh suporter - juga disukai oleh pemilik Chelsea, padahal banyak pendukung memintanya lebih berapi-api seperti para pendahulunya ketimbang bersikap kalem.
Sayangnya, suporter berpendapat lain. Sikap seperti itu membuat Potter dinilai tidak memiliki mentalitas sebagai pemenang jika dibandingkan dengan nama-nama seperti Jose Mourinho, Carlo Ancelotti dan Thomas Tuchel.
Memang sulit untuk bisa langsung menemukan kekompakan dan hasil setelah adanya sekitar delapan pemain baru yang masuk pada Januari, namun kurangnya kemajuan yang ditunjukkan klub juga harus menjadi perhatian. Tidak ada peningkatan performa yang signifikan sejak Tuchel didepak dan Potter mengambil alih kendali tim.
Anda dapat berargumen bahwa jeda Piala Dunia merupakan keuntungan sekaligus kerugian, itu memberi Potter banyak waktu untuk bekerja sama dengan mereka yang tidak terlibat di turnamen namun tidak ada waktu untuk bekerja dengan sebagian besar pasukannya yang pergi untuk waktu yang lama. Tidak terlalu mengejutkan bahwa performa Chelsea tidak meningkat setelah jeda itu, dan akibatnya masih terasa seperti hari-hari awal.
Getty ImagesMemang, Anda bisa merujuk pada periode Potter ketika melatih Brighton untuk memahami bahwa mungkin butuh waktu lama sebelum kita melihat versi terbaik dari iterasinya di Chelsea. Brighton-nya disorot karena buruknya angka xG (harapan mencetak gol) dan finis mendekati papan bawah dalam dua musim pertamanya, terlepas dari potensi jelas yang dimiliki klub.
Segalanya akhirnya berjalan lancar di akhir musim 2021/22, dan performa luar biasa mereka terbawa ke musim ini sebelum The Blues datang meminangnya sebagai manajer baru. Peninggalan Potter masih terlihat di skuad Brighton yang mengesankan, yang saat ini pekerjaannya dilanjutkan oleh Roberto De Zerbi.
Pencapaiannya dengan sumber daya yang jauh lebih terbatas di Brighton, sambil tumbuh dan belajar sebagai pelatih, memberikan alasan nyata bagi manajemen Chelsea untuk terus optimistis, dan mungkin juga sebagian pendukung.
Percaya proses memang tidak mudah, entah semua penggemar Chelsea bisa menerimanya atau tidak, tapi yang jelas Boehly dan Eghbali telah menunjukkan kesediaan untuk menerima situasi tersebut. Memecat Potter sekarang karena mereka mencoba untuk melakukan sesuatu demi menyelamatkan musim yang sudah hancur lebur akan menjadi hal yang sia-sia.
Chelsea cuma memiliki sedikit harapan untuk mencapai empat besar, mereka tersisih dari kompetisi piala domestik dan menghadapi perjuangan berat untuk membalikkan defisit satu gol di babak 16 besar Liga Champions. Sisa musim ini harus mereka jalani dengan lapang dada, tidak meraih prestasi apa pun, dan ini menjadi kesempatan bagi Potter untuk mulai bekerja lebih keras meningkatkan performa timnya, membalikkan keadaan dan segera meraih hasil yang memuaskan.
Jika tidak ada peningkatan pada akhir musim ini, maka ada alasan yang masuk akal untuk mempertimbangkan kembali pilihan untuk mempertahankan Potter, dan setiap penunjukan pelatih baru tentu akan mengulang sebuah proses. Namun untuk saat ini, tidak ada salahnya untuk tetap memberi kesempatan pada Potter untuk bisa membuktikan kapasitasnya.


