Jude Bellingham Declan Rice England 2021Getty Images

Posisi Sulit Harga Selangit: Mengenal Deep-Lying Playmaker


Opini: Ardi Pramono | Editor: Sandy Mariatna


Ketika Jorginho datang ke Chelsea dan bermain di bawah asuhan Maurizio Sarri, banyak yang menertawakan jumlah assist dan golnya. Bahkan ada yang berkelakar bahwa kiper saja memiliki jumlah assist lebih banyak dari Jorginho.

Gelandang Brasil itu dinilai lambat dan rapuh di tengah kerasnya Liga Primer Inggris.Menariknya, Jorginho selalu ‘terpakai’ oleh pelatih-pelatih Chelsea sesudah Sarri: Frank Lampard dan Thomas Tuchel. Jorginho memang sepenting itu.

Itulah Jorginho. Posisinya memang tidak mudah dihargai di sepakbola modern. Namun, untuk yang hobi menonton sepakbola dan tidak hanya menunggu highlight saja, Jorginho dan kawan-kawan satu posisinya ini memegang peranan amat krusial dalam tim.

Deep-lying playmaker

Posisi Jorginho dalam sepakbola disebut sebagai deep-lying playmaker. Posisi ini juga yang ditempati oleh Declan Rice dan Jude Bellingham di klubnya masing masing. Tugas mereka memang tidak mencetak gol dan assist. Tugas mereka adalah mempercepat transisi dari belakang ke depan.

Deep-lying playmaker bisa melihat peluang dan ruang yang kecil. Ia bisa membayangkan selangkah dua langkah ke depan sehingga bola dapat ia antarkan dengan cepat ke depan. Alhasil musuh kesulitan membentuk formasi bertahan yang pakem karena terlambat turun sehingga barisan depan leluasa mengacak-acak musuh.

Posisi ini awalnya terkenal karena Andrea Pirlo. Pirlo awalnya seorang trequartista, tapi oleh pelatihnya di Brescia kala itu, Carlo Mazzone, ia ditarik ke belakang dan menempati posisi deep-lying playmaker.

Mazzone berlasan, di Brescia sudah ada Roberto Baggio dan ia tidak ingin meletakkan Pirlo di bangku cadangan. Pirlo pun dipasang di belakang Baggio. Tidak disangka, eksperimen ini malah membuat Pirlo menjadi deep-lying playmaker pertama.

Deep-lying playmaker kerap disamakan dengan regista, padahal ada sedikit perbedaan. Regista murni bertugas membawa bola sampai ke depan. Pemain tipe ini cenderung membuat umpan-umpan yang berisiko dan ambisius untuk mengacaukan garis pertahanan lawan.

Adapun deep-lying playmaker lebih mengutamakan penguasaan bola dan umpan-umpan yang relatif aman. Ia juga memiliki kebebasan dalam mendistribusikan bola dan berkreasi sejak dari belakang sehingga membantu transisi berjalan lebih cepat.

Inspirasi Guardiola

Pep Guardiola yang pernah berkarier di Italia Bersama AS Roma dan Brescia sangat menyukai peran deep-lying playmaker ini. Oleh karena itu, saat tiba di Barcelona, ia tampak tidak terlalu tertarik dengan Yaya Tour. Padahal, Toure seperti Patrick Vieira muda, sosok gelandang bertahan yang komplet, kuat, berani, dengan kemampuan tendangan jarak jauh. Namun bukan itu yang diinginkan Guardiola. Ia butuh seorang deep-lying playmaker.

Guardiola sempat membujuk Pirlo ke Spanyol bersama Barcelona. Namun Pirlo menolak karena cintanya pada AC Milan. Ia pun melirik ke La Masia dan menemukan Sergio Busquets. Sisanya adalah sejarah. Barcelona mendominasi Spanyol dan Eropa dengan passing pendek-cepat disokong seorang deep-lying playmaker yang dapat mendistribusikan bola dengan kecepatan yang gila.

Posisi ini selalu yang diutamakan Guardiola ke mana pun ia pergi. Di Bayern Munich, ia menunjuk Philipp Lahm untuk memainkan peran ini. Di Manchester City, ia mengandalkan Fernandinho sebelum kemudian secara mengejutkan menunjuk John Stones untuk memainkan posisi ini.

Seiring dengan bertambahnya pengikut Guardiola dan juga makin besarnya keinginan pemilik klub untuk melihat timnya bermain dengan pola ini, harga deep-lying playmaker mengalami inflasi besar-besaran.

Tidak heran jika Arsenal rela memecahkan rekor transfer klub senilai £105 juta demi memboyong Declan Rice dari West Ham United. Lalu Real Madrid juga mengontrak mahal Jude Bellingham seharga £88 juta karena Toni Kross mulai uzur. Rice dan Bellingham adalah dua pemain dengan nilai transfer termahal sejauh ini di bursa transfer musim panas 2023.

Belum lagi dengan kedatangan Sandro Tonali ke Newcastle United. Manchester United tidak mau ketinggalan dan sudah sejak musim lalu berusaha mendatangkan Frenkie De Jong. Intinya, banyak harapan yang disematkan di posisi ini.

Sampai Kapan?

Kita tidak akan tahu sejauh mana tren ini akan bertahan. Permasalahannya adalah sepakbola selalu berubah dan pasti akan ada pendekatan baru. Selain itu, posisi deep-lying playmaker ini sulit dijalani oleh kebanyakan pemain.

Deep-lying playmaker harus juga memiliki kemampuan bertahan, membaca permainan, mempertahankan bola, menggulirkan bola secara presisi, hingga melakukan killer pass tak terduga. Mereka adalah pemain-pemain dengan kecerdasan dan kecepatan berpikir yang luar biasa.

Stokpemain seperti ini tidak banyak. Sekalipun ada, lebih sering tidak sesuai ekspektasi. Sejarah mencatat beberapa pemain yang dicoba di posisi ini dan gagal, seperti Arthur Melo dan Naby Keita. Lalu ada juga pemain yang sebenarnya mampu mengemban posisi ini tapi tidak terlalu konsisten seperti Thiago Alcantara dan Aaron Ramsey.

Menilik keadaan ini, mungkin akan tiba saatnya peran deep-lying playmaker ini akan digantikan peran baru sama seperti halnya peran poacher maupun libero yang kini juga sudah menghilang.

Sampai saat itu tiba, mari kita nikmati permainan dari para maestro sepakbola ini.


Redaksi GOAL Indonesia menerima opini dari pembaca. Silakan kirim artikel disertai identitas diri ke alamat email kami: indonesia@goal.com.

Iklan

ENJOYED THIS STORY?

Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

0