Footer Banner AFF 2018

Indonesia Tandang Ke Thailand, Belajar Dari Formasi 2008

Indonesia menghadapi misi mustahil di markas Thailandpada lanjutan Grup B Piala AFF 2018, Sabtu (17/11) esok.

Setelah mengantungi tiga poin hasil satu kali menang atas Timor Leste dan kekalahan di markas Singapura, Indonesia menatap dua laga sulit, yaitu mencuri poin dari Thailand dan Filipina. Jika ingin melaju ke babak semi-final, Indonesia tak boleh lagi kehilangan poin.

Situasi menjadi pelik jika melihat rekor buruk pertemuan Indonesia dengan Thailand. Merah-Putih hanya pernah dua kali mengalahkan Thailand, keduanya terjadi di kandang sendiri pada 2010 dan 2016. Sementara itu, Indonesia tak pernah mampu membawa poin jika bertanding di Bangkok.

Dalam enam pertemuan di Piala AFF sepanjang sepuluh tahun terakhir, Indonesia hanya sekali mampu mencetak gol lebih dahulu. Menariknya, itu terjadi di Bangkok.

c6aa08d4c9d87dc379d7192fd1d5da30347d3769

Ketika itu, Indonesia dan Thailand saling berhadapan pada leg kedua semi-final Piala AFF 2008. Leg pertama di Jakarta berakhir dengan kemenangan Thailand berkat gol tunggal Teerasil Dangda. Indonesia tidak dijagokan sejak turnamen digelar, tetapi justru mampu unggul cepat pada awal babak pertama. Kuncinya? Penyesuaian taktik.

Pelatih Benny Dollo menerapkan formasi 5-3-2 untuk meredam agresivitas pemain tuan rumah. Keputusan itu di luar kebiasaan Benny sepanjang turnamen yang selalu menurunkan formasi empat bek. Taktik itu rupanya sukses menyulitkan Thailand. 

"Kita mencoba mencuri poin di sana dengan taktik sedikit bertahan dan mengandalkan serangan balik," bilang Nova Arianto kepada Goal Indonesia. Hal itu diamini oleh Charis Yulianto.

Nova membobol gawang tuan rumah pada menit kesembilan. Skor agregat menjadi sama kuat sehingga para pemain Indonesia kian percaya diri. Thailand kesulitan mencari celah.

"Kita sempat unggul, tapi Thailand terus menyerang sehingga membuat kondisi para pemain jadi drop. Itu bisa dimanfaatkan mereka," sambung Nova.

Ponaryo Astaman, yang menjadi tulang punggung lini tengah bersama Syamsul Bachri dan Firman Utina, menambahkan, "Karena kepentingan strategi, kami memilih mengambil bertahan. Di satu sisi, kami ingin mengambil gol. Di sisi lain, kami juga harus bertahan. Kebetulan formasi yang diterapkan seperti itu."

"[Indonesia akhirnya kalah] Saya pikir karena serunya pertandingan. Thailand mengejar kemenangan, sedangkan kami coba mengamankan diri dari kebobolan. Tapi akhirnya kebobolan juga."

b3c1de3b6f6507b9c44780f9b13363931727c74d

Charis menambahkan, tekanan publik tuan rumah mengganggu psikologi para pemain. "Memang tekanannya luar biasa kalau main di sana. Itu menjadi salah satu masalah kami, karena kami bukan main sendiri-sendiri. Kalau ada pemain yang goyah, tentu itu akan berpengaruh kepada tim," katanya.

Tekanan yang luar biasa memantik percikan emosi. Beberapa kali pemain kedua tim terlibat saling dorong menyusul sebuah pelanggaran. Indonesia mampu mempertahankan keunggulan hingga jeda dan bahkan memasuki 20 menit terakhir pertandingan, tapi apa daya, kegigihan itu akhirnya runtuh.

Teeratep Winothai membuyarkan keunggulan Merah-Putih pada menit ke-73 setelah menyelesaikan umpan silang Dangda di tiang jauh. Itu merupakan gol satu-satunya Winothai di turnamen. Skor agregat kembali berpihak kepada tuan rumah.

Indonesia sebenarnya tetap berpeluang lolos ke final jika mampu menambah satu gol lagi. Harapan itu tidak pernah terjadi. Ronnachai Rangsiyo melesakkan gol kedua pada menit ke-89 untuk memastikan keunggulan Thailand.

b164287cba0650f1e91eb988189ad30c8fba1dcb

Apa pelajaran yang bisa dipetik dari pengalaman tersebut untuk menjadi modal bagi generasi 2018?

"Saya percaya, sebagai mantan pemain coach Bima Sakti pasti sudah memiliki perhitungan matang untuk mengatasi superioritas Thailand," ujar Charis. "Penyerang mereka [Adisak Kraisorn] bisa mencetak enam gol pada pertandingan pertama. Saya pikir itu menjadi catatan tersendiri bagi coach Bima untuk laga nanti."

Nova sendiri menyarankan agar Timnas memperbaiki transisi bertahan.

"Peluang tetap ada, tapi pemain harus disiplin saat bertahan dan juga transisi bertahan serta cepat melakukan serangan balik," tambahnya.

Kedua pemain alumni 2008 ini percaya, Bima mampu memperbaiki penampilan tim. Nova menyoroti akurasi umpan dan mobilitas pemain sebagai aspek yang harus dibenahi. Sementara, tak hanya taktik dan teknik, Charis juga menyinggung masalah mental.

"Pemain belakang mesti disiplin dan lebih kuat secara organisasi. Kuat saat satu lawan satu serta cover-nya harus sempurna dan tidak ceroboh. Para pemain mesti tampil lebih tenang dan tidak panik," tukas kapten tim 2008 itu.

Ponaryo juga setuju masalah fokus dan konsentrasi perlu diperhatikan. "Pelatih dan pemain tahu kondisi sehingga harus tetap fokus saat bertanding. Jangan memikirkan laga-laga sebelumnya, agar apa pun yang diperintahkan bisa diterjemahkan dengan baik," pungkasnya.

Formasi line up Indonesia di Bangkok, 2008:

Markus Horison; Charis Yulianto, Nova Arianto, Muhammad Roby, Ismed Sofyan, Isnan Ali; Syamsul Bachri, Ponaryo Astaman, Firman Utina; Budi Sudarsono, Talaohu Abdul Musafry.

ARTIKEL TOP PEKAN INI I
1.Kalahkan Ronaldo & Salah, Modric Rebut Takhta Goal 50
2.Zinedine Zidane Tangani Bayern Munich?
3.Antonio Conte Serang Balik Sergio Ramos
4.Presiden FAT Tak Ingin Fans Indonesia Kuasai Stadion Rajamangala
5.Goal 50 5018: Daftar Lengkap 50 Pemain Terbaik Dunia
Selengkapnya:
Daftar Artikel Terlaris Goal Indonesia
Footer Banner AFF 2018
Iklan

ENJOYED THIS STORY?

Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

0