Persib Bandung Naik Level: Tak Cuma Kreatif Soal Perkenalan Pemain, Tapi Juga Jersey Baru 'City Of Champions'

Persib Bandung memasuki musim 2025/26 dengan standar baru dalam hal kreativitas dan identitas. Perkenalan pemain dengan ide unik bukan menjadi satu-satunya gebrakan Pangeran Biru di awal musim, tetapi peluncuran jersey baru untuk musim 2025/26 juga diolah menjadi sesuatu yang benar-benar menyedot perhatian masyarakat Indonesia, khususnya penggemar Persib. Tema besar “City of Champions” bukan sekadar slogan; ia menjadi fondasi dari seluruh proses kreatif dan juga cara klub merayakan kota, sejarah serta suporternya.

Setelah sembilan tahun bersama Sportama, Persib memilih Kelme sebagai apparel baru karena klub ingin kebebasan berekspresi secara penuh. Pilihan itu langsung terasa dalam proses kreatif. 

"Jadi kalau berbicara dari nol adalah pertama kami diberi tahu bahwa kita ganti apparel. Sportama itu bagus, mereka sudah membantu selama sembilan musim. Tetapi, kita mau naik level, jadi ya ayo kita naikkan. Salah satunya adalah dengan apparel juga yang bisa memberikan teknologi lebih baik dan lain-lain," kata Budi Ulia, Vice President Commercial PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) kepada GOAL.

"Ada banyak apparel yang akhirnya menawarkan, kenapa akhirnya pilihannya Kelme? Karena satu hal yang bisa dikasih Kelme yang mungkin beberapa brand lain agak sulit memberi itu adalah kebebasan berekspresi."

"Jadi mereka itu tidak hanya datang dan bilang bahwa 'Ini katalog jersey kami, desainnya harus mengikuti ini sesuai guideline'. Nah, ini [Kelme] tidak. Mereka datang dan bilang, sama sebenarnya, ini ada katalognya, ini bahannya, ini segala macam. Tetapi kita juga mau tahu kebutuhan Persib seperti apa. Jadi mereka membuka diri apa yang ingin ditonjolkan, apa nilai lebih yang ingin kalian kasih. Selain itu, mereka juga terbuka dengan desainnya apa yang mau ditawarkan."

Kolaborasi itu membuat Persib bisa mengekspresikan identitas kota Bandung melalui tiga desain jersey yang memiliki makna kuat. Jersey home dengan warna biru khas Persib berpola panah mengarah ke atas menggambarkan ambisi dan keinginan klub untuk terus naik level. Sementara jersey away dengan konsep stripes biru-putih - pertama dalam sejarah Persib - diciptakan dengan filosofi bahwa klub tidak bisa berdiri sendiri.

“Tema besar launching kami itu 'City of Champions'. Pada saat kami mengatakan itu, ya sesuai namanya, kotanya para juara. Kami ingin menunjukkan bahwa Bandung sebagai pusat kota dari klub sepakbola Persib ini adalah kota yang isinya para juara. Juaranya di mana? Juaranya di keseluruhan, dari klub sepakbolanya, dari suporternya dan juga dari segi stadion yang ada di dalamnya. Jadi tiga unsur ini mau kita gabungkan dengan desain yang berbeda-beda," ujar Budi.

"Misalnya, jersey home pasti tetap warna biru. Biru adalah lambang kebanggaan dari kota Bandung, lambang kebanggan klub. Dan birunya sebenarnya kalau diperhatikan ada pola jacquard panah yang mengarah ke atas. Nah itu, seiring dengan keinginan kami untuk naik level bareng-bareng. Untuk yang away, yang paling saya suka banget, itu bentuknya striper biru-putih. Stripes biru-putih itu sebenarnya bukan cuma sekadar biru-putih biasa, tapi secara konsep baru pertama kali kami lakukan. Sebelum-sebelumnya tidak pernah. Namun di luar itu, secara filosofis, klub tidak bisa berdiri sendiri, harus ada suporter. Jadi ada biru, ada putih. Makanya ada slogan Bobotoh yang bilang kami biru, kami putih, kami Persib."

Marc Klok - Persib BandungPersib Bandung

Proses perkenalan jersey menjadi babak berikutnya dari romantika kreatif ini. Manajemen Persib semula berencana memakai talent profesional dan figur publik ternama. Namun biaya yang terlalu besar membuat klub mengubah pendekatan dan memilih ide yang justru lebih kuat secara emosional. 

“Jujur konsep awalnya kita ingin pakai talent yang orang kenal, well-known talent. Tapi harganya mahal, bos. Mahal banget, kita kaget," kata Budi.

"Terus setelah itu kita kembali ke grassroot. Kita City of Champions, kota para juara, apa yang harus kita tonjolkan ini. Sampai akhirnya kita sepakat bahwa, nah ini kan kotanya para juara, pemainnya juara, suporternya juga juara. Yuk kita ajak, kita gandeng suporternya."

Keputusan itu melahirkan terobosan: untuk pertama kalinya, seluruh talent yang tampil dalam video launching jersey adalah Bobotoh sendiri, mulai dari influencer lokal, pekerja kreatif, hingga komunitas.

Antusiasme Bobotoh pun berbanding lurus dengan kualitas proses kreatif tersebut. Preorder dibuka sejak 24 Juli - bahkan sebelum desain dirilis - dan langsung menghasilkan hampir dua ribu pesanan. Setelah launching resmi dalam acara Pesta Biru, angka itu melonjak menjadi lebih dari 12 ribu pemesanan, meningkat 48 persen dari periode sama musim sebelumnya.

Manajemen menyebut bahwa peminat terbesar datang dari Jabodetabek, Sumatera, Bali, hingga luar negeri seperti Malaysia, Hong Kong, Jepang, Taiwan, dan Brasil. “

"Kita buka preorder pada tanggal 24 Juli. Jadi kita bagi menjadi stages harga, saat orang belum tahu desainnya seperti apa. Ketika kita belum keluar desain itu memang angkanya tidak terlalu banyak. Preorder kita terima kurang dari dua ribu. Namun, setelah Pesta Biru, setelah desain dirilis nah itu baru preorder yang masuk cukup banyak. Total kita di musim ini 12 ribu lebih, jadi total 48 persen jika dibanding dengan periode yang sama di musim sebelumnya," Fadma Wijayati, Head of Commercial Retail & Merchandising, kepada GOAL.

"Kalau di luar Jawa Barat, [penjualan] paling besar di Jabodetabek, Jakarta lah paling besar. Tetapi, daerah Sumatra itu cukup besar, Palembang cukup besar, Batam cukup besar, Bali juga cukup besar. Namun, yang mengejutkan Malaysia kita juga besar. Hong Kong, Jepang, Taiwan.... Brasil juga."

Iklan

ENJOYED THIS STORY?

Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

0