Virgil van Dijk Goal 50Goal

Perjalanan Virgil Van Dijk, Calon Legenda Liverpool, Jadi Pemain Terbaik Dunia

“Mungkin ini waktunya defender memenangkannya.” 

Sorot matanya tajam. Ia tahu ini situasi yang tidak biasa, sebuah pencapaian luar biasa. Tidak banyak memang seorang bek sentral bisa mengungguli Cristiano Ronaldo. Tidak banyak defender yang mengalahkan Lionel Messi atau Sadio Mane, Mohamed Salah atau Kylian Mbappe dalam perebutan gelar individu. 

Intinya, tidak banyak yang seperti Van Dijk.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Pemain internasional Belanda ini sedang berada di kamp pelatihan Liverpool di Melwood saat menerima penghargaan Goal 50 ke-12 ini. 

Ia pemain Liverpool pertama yang memenangkannya, bek pertama yang memenangkannya, pemain kedua dari Liga Primer maupun Belanda yang sukses menyabet penghargaan ini. 

“Sangat bangga,” ucap Van Dijk sambil mengamati trofi peraknya. “Hanya masuk dalam daftar itu saja, dengan begitu banyak pemain hebat, adalah sesuatu yang saya banggakan.” 

Ia sudah mulai terbiasa mendapat pengakuan seperti ini. 

Sebelumnya pada April, ia dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Liga Primer, lalu Agustus ia mengalahkan duo Messi dan Ronaldo untuk merebut gelar Pemain Terbaik Pria Tahun Ini versi UEFA. Kini, ia juga favorit memenangkan Ballon d’Or 2019. 

Rentetan gelar tersebut menjadi bukti sahih penampilan Van Dijk di lapangan. Ia pun layak disejajarkan, atau bahkan beada di atas, dua pemain terbaik sepanjang masa. Ia pantas jadi jawara Eropa, mengapteni timnas, pemain yang dikagumi di seluruh dunia. 

Virgil van Dijk Goal 50Goal

“Mungkin sekarang saya tidak benar-benar mengerti seberapa bagusnya ini,” ia pun tersenyum. “Hal ini datang begitu saja dan saya hanya menyerap semuanya.” 

“Tapi pasti akan ada waktu saya menyadari apa yang sedang terjadi,” lanjut Van Dijk setelah terdiam sejenak. 

Sebagai pemain besar, kerendahan hati Van Dijk layak diacungi jempol. Ia bicara soal timnya, soal bagaimana penghargaan individu ini tidak mungkin diraih tanpa pencapaian kolektif. Ia percaya diri, tapi tampak tidak begitu nyaman membicarakan dirinya sendiri. 

Saat Van Dijk duduk untuk wawancara eksklusif bersama Goal, beberapa klip perjalanan kariernya diputar. Dari bek kanan biasa-biasa saja di Groningen hingga menjadi bek tengah bintang lima setelah menjelajah di Celtic, Southampton dan Liverpool. 

“Ia terbaik dunia,” ucap bos Celtic Neil Lennon, yang memboyong Van Dijk ke UK dari Groningen pada 2013. Lennon masih ingat betul penampilan perdana Van Dijk lawan Carlisle. 

“Ia melakukan dribble. Ia melewati beberapa pemain dan berpikir ‘saya akan melepaskan tembakan’. Ia berada di jarak 45 yard dan membentur mistar.” 

Van Dijk menghabiskan dua musim di Glasgow, melakoni 115 penampilan dan memenangi dua gelar liga. 

“Wow, Celtic!” ia tersenyum melihat pesan dari Scott Brown, kapten the Hoops. Van Dijk dan Brown menjadi reman defat di Parkhead, pemain Skotlandia ini juga mengajarkan kawannya soal pentingnya mental juara.

“Saya harus mendapatkan itu di sistem saya,” ucap Van Dijk. “Setiap laga yang kami mainkan, semua orang berharap kami menang. Dan cara kami bermain, sebagian besar kami mengantungi 60 persen penguasaan bola dan kami menyerang setiap saat. Itu sesuatu yang tak pernah saya alami dalam karier saya sebelumnya.” 

Lalu pada 2015 ia pindah ke Liga Primer Inggris. Southampton menjadi pelabuhan berikutnya, yang ketika itu dilatih mantan Groningen Ronald Koeman, setelah memenuhi banderol yang dipatok Celtic sebesar £11 juta. 

“Selalu menjadi mimpi saya main di Liga Primer,” ucap Van Dijk, saat menyaksikan klub di mana Koeman menyebutnya “The King”. 

Virgil van Dijk Liverpool 2019-20Getty Images

“Itu waktu yang tepat dan saya pikir klub yang tepat juga. Jelas manajer memiliki bagian besar dalam keputusan saya gabung Southampton. Saya belajar banyak di sana, membuat langkah besar di sana dan akan selalu berterima kasih atas waktu saya di sana.” 

Jay Rodriguez, rekan setim di St Mary’s, ingat debut Van Dijk lawan West Brom. 

“Saya tahu. Saya katakan kepada rekan di ruang ganti bahwa pria ini pemain kelas top dan bisa main di mana saja. 

“Ia mungkin bisa main di mana saja dan jadi pemain terbaik. Ia bakat yang luar biasa.” 

Reputasi Van Dijk begitu menterang. Ia menjadi pemain terbaik Southampton di musim debutnya, dan membantu mereka ke final Piala Liga di tahun kedua. Penampilan ciamiknya membuat banyak klub, termasuk Liverpool, Arsenal, Manchester City dan Chelsea kepincut. 

Tapi pada akhirnya, Liverpool yang memenangi persaingan. Van Dijk mengaku Anfield adalah impiannya dan akhirnya keinginan dia terkabul dengan the reds membayar £75 juta — rekor bek termahal dunia saat itu. 

“Saya membuat keputusan berdasarkan banyak hal. Perasaan saya selalu jadi hal terpenting, dan perasaan yang saya dapat dari Liverpool sangat bagus sejak awal saya mendengar mereka tertarik. 

“Selalu penting bagi saya menjadi bagian untuk beberapa tahun ke depan. Saya di sini hampir dua tahun dan sejauh ini bagus. Saya bahagia dan senang membuat keputusan datang ke sini.” 

Sejak kedatangan Van Dijk, Liverpool mengalami perubahan signifikan. Mereka lolos ke final Liga Champions dua kali, membuat rekor musim di Liga Primer dan kini kembali membuat awal yang indah. Gelar liga yang tidak pernah diraih sejak 1990 terasa kian dekat. 

Klip video terus berlanjut. Pesan dari Roridguez, dari rekan setim sekarang Trent Alexander-Arnold dan Gini Wijnaldum. Klip dari Klopp soal pemain No.4 ini. 

Sampai pada akhirnya, muncul potongan video emosional. Van Dijk ditunjukkan klip dari Jamie Webster, musisi Liverpudlian, tampil di hadapan 50.000 suporter the Reds di Plaza Mayor Madrid, saat final Liga Champions. Lagu yang ia nyanyikan adalah tentang Van Dijk.

Jamie Webster Liverpool BOSS Night 2019

 “Lagu yang indah!” kata Van Dijk dengan mata berkaca-kaca. “Beberapa anggota keluarga saya ada di sana. Saya melihat videonya setelah makan siang [jelang final]. Kami biasanya tidur, tapi saya tak bisa. Saya sangat gembira, saya hanya ingin ada di sana, mendapat trofi dan berpesta dengan mereka! Saya sangat bangga mendapat lagu itu, dan videonya membuat saya bersemangat. Sungguh luar biasa.” 

Van Dijk ingat betul bagaimana sepakan Divok Origi merobek jala lawan, memastikan kemenangan 2-0 Liverpool atas Tottenham di Wanda Metropolitano. 

“Itu momen yang terngiang di pikiran saya,” ia pun tersenyum. “Saya tahu saat itu telah berakhir, saya terbaring di lapangan. Saat peluit panjang, Anda tahu, air mata bahagia jatuh dari mata saya. 

“Ini semua hasil kerja keras kami. Ada banyak pemain di tim yang perjalanannya tidak mudah. Beberapa pemain harus bekerja keras, contohnya Robbo. Ini juga memberikan kekuatan kepada pemain yang berjuang di usia muda, karena Anda tidak pernah tahu apa yang mungkin terjadi di masa akan datang.” 

Setahun sebelumnya, Van Dijk dkk patah hati usai kalah dari Real Madrid di final di Kiev. Namun pengalaman pahit ini menjadi awal kesuksesan tim di tahun berikutnya. 

“Yang saya rasakan sebelum final di Madrid adalah saya tak mau berjalan dan mendapat medali perak. Itu perasaan terburuk. 

“Tidak banyak pemain dalam karier mereka memenangkan Liga Champions, tapi kami akhirnya memenangkannya. Saya pikir kami akan selalu diingat dalam sejarah Liverpool.” 

Lalu, bagaimana tentang manajer? Bagaimana tentang pria yang mendesak perekrutannya di Liverpool, Jurgen Klopp? 

“Saya memiliki koneksi spesial dengan dia,” ucap Van Dijk. “Dan saya akan selalu berterima kasih untuknya memastikan saya datang ke sini. 

“Ia fantastis, manajer komplet dengan rencana jelas. Ia memiliki kemampuan manajemen pemain fantastis. Ia melakukannya berdasarkan insting, dan selalu mengatakan hal benar. 

Liverpool kini berada di pucuk klasemen Liga Primer dan bertarung di Eropa. Tim Klopp tampaknya menjadi kandidat nyata. 

Van Dijk memang butuh waktu untuk mencapai titik ini. Tapi buat mereka yang menjadi saksi perjalanan sang pemain, tidak heran melihatnya menjadi pemain besar. 

“Tidak ada pemain yang lebih baik darinya saat ini,” ujar Scott Brown. Sementara Jay Rodriguez mengatakan “ini takdir dia”. Lalu Pieter Huistra, yang memberinya debut profesional di Groningen mengatakan kesuksesannya turut menaikkan sepakbola Belanda. 

Pujian setinggi langit pun diberikan Lennon. “Saya pikir ia akan menjadi salah satu pemain terbaik sepanjang masa”. 

Tampaknya tidak ada sanjungan lebih tinggi dari itu, kan? Apalagi untuk seorang pemain yang berposisi sebagai bek tengah.

Iklan