Pagi yang lengang. Bangku-bangku kosong Stadion Galgenwaard siap menjadi saksi pertama langkah anak muda Indonesia merintis karier sepakbola di Eropa. Pemuda berambut kribo itu datang lalu berpose di tengah lapangan sambil membentangkan bendera merah-putih. Warna yang identik dengan warna utama klub. Foto itu lantas menjadi viral ketika FC Utrecht resmi mengumumkan perekrutan Amiruddin Bagus Kahfi Al-Fikri, Jumat (5/2) sore WIB.
Sontak video perkenalan Bagus di akun resmi media sosial Utrecht menjadi tontonan yang bersliweran dari gawai ke gawai para penggemar sepakbola tanah air. Jumlah yang menonton di Twitter melampaui 500 ribu pengguna. Jumlah itu lebih dari 200 kali lipat kapasitas Stadion Galgenwaard. Akun Utrecht pun banjir pengikut baru yang berasal dari Indonesia.
Bagus menjadi pesepakbola kedua Indonesia (yang bukan naturalisasi atau berdarah campuran) yang berkarier di Belanda setelah Bambang Pamungkas. Bedanya, Bambang hanya bermain untuk klub amatir EHC Norad yang berkiprah di Hoofdklasse, 2000. Tidak terkira rupanya penggemar Indonesia harus menunggu lebih dari 20 tahun lamanya untuk menunggu penerus Bambang. Bedanya, Bagus digaet klub Eredivisie, kasta tertinggi sepakbola Belanda; meski Utrecht untuk sementara menempatkannya di tim U-18 mereka.
Bergabung ke klub Belanda itu menjadi perjalanan panjang buat Bagus. Mulai serius menekuni sepakbola sejak berusia enam tahun bersama saudara kembarnya, Amiruddin Bagas Kaffa Arrizqi, Bagus menimba ilmu di berbagai sekolah sepakbola. Mulai dari SSB Nagapakca Magelang, SSB Putra Harapan Magelang, GISSI Cabang Magelang, hingga Akademi Celo Magelang menjadi pijakan awal baginya sebagai pesepakbola muda.
Bagus bukan lah pemain cilik yang langsung bersinar. Postur tubuhnya tidak ideal. Dianggap terlalu kurus. Namun, pemain yang sudah berposisi sebagai striker itu tak patah semangat untuk menapaki karier yang lebih tinggi. Bagus bersama Bagas lalu menyambar kesempatan untuk bergabung dengan Frenz United, sebuah program akademi sepakbola yang berasal dari Malaysia, dilanjutkan dengan Akademi Chelsea di Singapura antara 2016 hingga 2017.

Pengalaman merantau ke berbagai tempat itu menempa mental Bagus untuk mengejar karier sepakbola jauh meninggalkan kampung halaman.
“Sejak usia sembilan atau sepuluh tahun, saya sudah main sepakbola jauh dari rumah,” cerita Bagus dalam wawancara kepada Goal Indonesia, akhir tahun lalu.
“Awal merantau ke Sidoarjo karena diajak Briliyan Aldama untuk mengikuti sebuah turnamen. Dulu ada Persada Sidoarjo dan saya sempat tinggal di mes. Pokoknya saya sejak kecil sudah malang melintang untuk bermain sepakbola.”
“Setelah malang melintang di dalam negeri, ada teman saya memberi informasi tentang Frenz United sehingga saya mencoba itu. Itu adalah pertama kali saya ke luar negeri, ke Malaysia bersama Bagas pada usia 13 tahun. Akhirnya yang tadinya saya hanya ingin sebentar, saya satu tahun di Malaysia sampai akhirnya Frenz gulung tikar. Itu adalah masa masa terberat saya,” tambahnya.
“Sehabis Frenz bangkrut, saya pulang ke Magelang dan tak lama dari itu, Chelsea Singapura mengajak saya bergabung. Sebuah pengalaman berharga. Bersama Chelsea, saya bolak balik Yogyakarta-Singapura sekali seminggu,” tutup Bagus.
Perkembangan Bagus rupanya mengejutkan pelatihnya semasa SSB dulu, Muhammad Nurzen. Mengenal si kembar Bagus dan Bagas, Nurzen merasa perkembangan pesat Bagus yang membawanya bergabung ke sebuah klub top Belanda merupakan sebuah pencapaian luar biasa. Nurzen ingat, semasa kecil penampilan Bagus tergolong biasa-biasa saja dan setaraf dengan anak-anak lainnya. Malahan karier Bagus diprediksi tidak akan melesat sejauh ini.
Seiring waktu, Nurzen bisa melihat Bagus dan Bagas berkembang meski tidak didukung postur tubuh proporsional untuk ukuran pesepakbola. Nurzen bercerita, dulu tubuh Bagus kurus kering seperti pensil. Namun, sebagai pemain, secara teknik Bagus makin berkembang dan punya modal jiwa tarung yang besar.
“Agak ngeyel,” begitu kata Nurzen saat diminta menilai karakter Bagus di atas lapangan.
“Banyak anak seperti Bagas dan Bagus saat memulai SSB. Awalnya karier mereka, saya prediksi akan sama saja seperti anak-anak lainnya. Akan tetapi saya melihat ada yang berbeda dari awal pertama sejak ia memegang bola dan ditambah lagi mereka sering meminta latihan privat dengan saya di samping latihan dengan SSB.”
“Secara postur, Bagus waktu kecil seperti pulpen namun ia punya jiwa tarung yang gigih, ngeyel, selain secara teknis yang sangat baik. Hampir setiap main dia cetak gol. Dari dulu, saya juluki dia Si Balotelli karena selain secara fisik hampir mirip, karakternya juga kurang lebih sama. Satu hal yang berbeda dari Bagus dan Balotelli adalah postur tubuh, sisanya punya kemiripan.”

Pintu kesempatan mulai terbuka pada 2017. Selepas melanglangbuana ke berbagai SSB dan akademi sepakbola, Bagus memperoleh kesempatan masuk ke skuad timnas Indonesia U-16 yang ditangani Fakhri Husaini. Tim sedang dibentuk guna menghadapi Kejuaraan AFF. Sayangnya, Indonesia U-16 tak mampu bicara banyak setelah terhenti di fase grup. Meski demikian, Bagus menyita perhatian suporter tatkala melesakkan hat-trick ke gawang Australia meski Indonesia kalah 7-3.
Dari sana, tak ada lagi jalan landai. Penampilannya kian meningkat. Bagus kembali mendapat kepercayaan bergabung ke tim yang mengikuti kualifikasi Piala Asia U-16, September 2017. Indonesia tergabung di Grup G bersama tim tuan rumah Thailand dan Bagus mengoleksi tiga gol sepanjang babak itu untuk membawa tim menjuarai grup. Setingkat lebih baik daripada tuan rumah yang lebih difavoritkan.
Tahun berikutnya menjadi tahun terakhir Bagus sebagai penggawa Indonesia U-16 yang berlaga di Kejuaraan AFF dan Piala Asia. Namanya kian dikenal dan menjadi buah bibir pencinta sepakbola tanah air. Di Sidoarjo, akhir Juli hingga pertengahan Agustus 2018 – tempat dia pernah bermalam di mes sederhana sebuah klub lokal beberapa tahun sebelumnya – Bagus ambil bagian mengantarkan Indonesia merebut gelar pertama di ajang Kejuaraan AFF U-16.
Di ajang itu, Bagus membuktikan kualitas sebagai pilihan utama lini depan tim. Pesepakbola yang menggunakan nomor punggung 20 itu mengakhiri turnamen dengan titel pemain tersubur, yaitu sebanyak 13 gol. Jumlah itu merupakan torehan terbanyak yang pernah diukir dalam satu putaran final Kejuaraan AFF dalam sepuluh edisi terakhir.
Sebenarnya hampir saja Bagus tidak akan pernah mampu membuktikan diri sebagai juru gedor. Ada cerita unik ketika Bagus awalnya disiapkan untuk menjadi bek kanan, posisi yang diisi sang kakak, Bagas. Beruntung hal itu urung terjadi lantaran Fakhri keliru membedakan Bagus dan Bagas yang kembar identik.
“Secara karakter, Bagus adalah striker yang punya kekuatan ketepatan serta keberanian dalam melakukan pergerakan dan itulah yang jadi modal kuat dia dalam melakukan tugas sebagai target man. Dia berani ambil keputusan tepat dan berduel dengan bek lawan,” ujar Sofie Imam Faisal, asisten pelatih Fakhri saat di tim Indonesia U-19.
“Bagus punya karakter yang memadai sebagai target man. Andai saja dulu coach Fakhri tidak keliru, mungkin Bagus sekarang yang jadi bek kanan dan Bagas yang jadi striker. Ini karena saat seleksi awal di timnas U-16, saya mendengar cerita kalau coach Fakhri salah tunjuk untuk posisi bek kanan yang awalnya akan ditugaskan kepada Bagus, tapi akhirnya malah Bagas yang menjadi bek kanan. Semua itu gara-gara mereka kembar identik,” lanjut Sofie.

Sinar Bagus kian benderang tatkala membela Indonesia di kancah Piala Asia U-16 yang berlangsung di Malaysia, September-Oktober 2018. Indonesia langsung menyentak di laga awal dengan memukul Iran, 2-0. Di lapangan basah yang bersimbah hujan, Bagus mencetak gol pembuka di awal pertandingan. Manisnya, Bagas melengkapinya saat pertandingan mendekati akhir.
Kemenangan itu menjadi satu-satunya yang diraih Indonesia di Grup C, yang dihuni Iran, Vietnam, dan India. Dua pertandingan sisa berakhir dengan hasil imbang. Itu sudah cukup untuk membawa Indonesia memuncaki grup. Di babak gugur, Indonesia ditunggu Australia.
Pertandingan itu menentukan salah satu tiket wakil Asia mengikuti Piala Dunia U-17 yang akan digelar di Brasil tahun berikutnya. Hingga jeda, Indonesia unggul berkat gol Sutan Zico dan muncul harapan besar terjadinya sejarah di Stadion Bukit Jalil. Sayangnya, tim harus menelan pil pahit karena Australia mampu bangkit memetik kemenangan 3-2. Mimpi Bagus membawa Indonesia berlaga di Piala Dunia U-17 pun sirna.
Satu pintu tertutup, tapi pintu lainnya terbuka. Awal 2019, Bagus terpilih mengikuti pemusatan latihan jangka panjang Garuda Select yang diasuh legenda sepakbola Inggris, Dennis Wise dan Des Walker. Program itu mengirimkan anak-anak Indonesia berlatih di Eropa, terutama Inggris, guna mengembangkan bakat potensial mereka. Selain Bagus, Brylian dan Bagas juga menjadi bagian tim.
Setelah periode latihan berakhir, Bagus naik level. Dia menjadi salah satu tulang punggung timnas Indonesia yang terjun ke Kejuaraan AFF U-18 di Vietnam. Sayangnya, tim yang juga ditangani Fakhri itu terhenti di babak semi-final setelah kalah adu penalti dari Malaysia.
Meski demikian, secara individual Bagus kembali bersinar. Enam gol dibuatnya sepanjang turnamen dan menjadikan dirinya sebagai pencetak gol terbanyak bersama pemain Australia, Dylan Ruiz-Diaz, dan penyerang Timor Leste, Mouzinho Barreto.
Tugas panjang Bagus berlanjut ke kualifikasi Piala Asia U-19 yang berlangsung Oktober di negara sendiri. Indonesia menjamu Timor Leste, Hong Kong, dan Korea Utara di Jakarta. Sebenarnya, dengan status sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, Indonesia tidak perlu mengejar jatah lolos yang disediakan di putaran final Piala Asia U-19 yang sedianya akan digelar di Uzbekistan.
Namun, tim tetap tampil ngotot. Indonesia menjadi juara grup kualifikasi setelah dua kali menang dan sekali imbang. Bagus menyumbangkan dua gol – keduanya melalui titik putih penalti – dan salah satunya menentukan satu poin pada pertandingan melawan Korea Utara yang memastikan status Indonesia sebagai juara grup.

Rentetan kisah sukses ini tidak menemui klimaks yang semestinya. Pandemi Covid-19 yang terjadi awal 2020 merusak berbagai agenda sepakbola. Piala Asia U-19 2020 dibatalkan AFC. Lalu, pada malam Natal, FIFA secara resmi mengumumkan keputusan meniadakan Piala Dunia U-20 2021 meski Indonesia masih akan dipercaya menjadi tuan rumah turnamen dua tahun berselang. Praktis, mimpi Bagus tampil di dua agenda penting itu pupus karena saat kejuaraan kembali dilanjutkan, usianya sudah melampaui batas.
Bagus menghabiskan 2020 dengan penuh tantangan. Dia kembali dipanggil mengikuti program Garuda Select. Kali ini kakak kembarnya, Bagas, memilih bertahan di Indonesia untuk membela Barito Putera. Pada periode itu, Bagus sempat menyita perhatian Per Mertesacker, mantan bek Arsenal yang kini menjadi pelatih akademi klub London Utara itu.
“Mertesacker sempat bertanya ke staf pelatih Garuda Select kalau Arsenal berminat pada saya, tapi itu urung terjadi karena saya tidak lolos syarat untuk didaftarkan di kompetisi sepakbola Inggris. Salah satu yang menggugurkan adalah posisi Indonesia di peringkat FIFA,” ungkap Bagus ketika diwawancarai tahun lalu.
Sebelum bisa bergabung ke sebuah klub Inggris, seorang pemain memang mesti memenuhi sejumlah persyaratan lebih dahulu. Salah satunya adalah syarat asal negara pemain harus berada di daftar peringkat top FIFA. Indonesia, yang berperingkat di kisaran 160 besar, tidak termasuk.
Malang tidak dapat ditolak. Pada pertandingan melawan Reading, Maret 2020, Bagus mengalami patah pergelangan kaki. Dia harus beristirahat total sembari menjalani program rehabilitasi di Inggris. Selama delapan bulan lamanya Bagus harus memulihkan kondisi. Salah satunya, seperti yang dibagikannya melalui Instagram, akhir Oktober, adalah di Utrecht. Dia bisa ke klub Belanda itu berkat rekomendasi Wise.
Foto itu memberi sebuah sinyal tentang apa yang akan terjadi pada babak berikutnya. Utrecht tertarik mendapatkannya dengan skema jenjang karier melalui Jong Utrecht. Kabar itu mendahului kepastian transfer karena Bagus masih terikat kontrak dengan Barito Putera.
Hal ini menyebabkan proses transfer berjalan alot. Utrecht membutuhkan surat keluar dari Barito sebagai syarat lazim transfer pemain. Namun, Barito, selaku klub pemegang kontrak, baru mau melakukannya jika klausul yang mereka ajukan bisa dipenuhi. Silang komentar pun mewarnai tajuk media massa, berbagai akun media sosial; menyeret Mola TV sebagai pengelola program Garuda Select, hingga Wise ikut berkomentar yang ditimpali seorang agen pemain yang berbasis di Norwegia.
Bagus menumpahkan kegalauan dengan sebuah posting Instagram, “Karena hal yang saya tidak mengerti, mimpi saya harus terhenti. Janji, janji, janji. Sayang kali ini tidak berarti.”
Komentar itu justru malah membuat suasana kian ramai. Dalam wawancara video dengan jurnalis senior Yusuf Kurniawan, Bagus tak bisa menyembunyikan kegelisahan. Bahunya terangkat, tangannya seperti menahan kegeraman, dan beberapa kali dia mengusap-usap kepala. Pada saat yang hampir bersamaan, warganet membanjiri akun Barito dengan berbagai komentar karena klub Kalimantan itu dianggap mempersulit proses.
Solusi segera dicapai. Awal Desember, Barito akhirnya bersedia melepas Bagus. “Hari ini saya pastikan, tidak ada masalah lagi dan Barito Putera justru memberikan dukungan untuk saya tentunya dengan proses yang tepat dan profesional,” tulis sang pemain.
Pintu Eropa pun terbuka lebar. Setelah melalui proses administrasi yang lagi-lagi menyita waktu, termasuk mengurus visa kerja, akhirnya Bagus resmi diumumkan Utrecht, awal Februari ini. Dengan mengenakan kemeja batik lengan panjang, Bagus menandatangani kontrak hingga pertengahan 2022 plus opsi perpanjangan dua tahun.
Wajahnya kemudian menghiasi akun resmi klub di berbagai platform yang langsung disambut suporter Indonesia dengan penuh gegap gempita. Bisa jadi pengumuman Bagus menjadi ledakan interaksi terbesar selama Utrecht beraktivitas di media digital.
Rekan setim Bagus sejak di tim Indonesia U-16, Sutan Zico, mengakui Bagus sudah lama memendam keinginan bermain di Eropa. Zico yang sangat dekat dengan Bagus juga bercerita bahwa bergabung dengan Utrecht merupakan hasil perjalanan pesepakbola yang sudah merantau sejak berusia sembilan tahun itu.
“Kami ada grup WhatsApp dan sebelum ia pergi ke Utrecht, kami sudah saling mendoakan dan berharap yang terbaik. Ini merupakan perjalanan panjang bagi Bagus karena ia melaluinya dengan tidak mudah. Saya tahu betul perkembangan dia dari sejak Indonesia U-16 sampai Garuda Select, dari sejak bukan pesaing saya di posisi striker sampai jadi pesaing saya. Kalau dari segi teknis kita tahu kualitas dia bagaimana, tapi secara mental saya merasakan langsung kalau dia punya mental yang sangat luar biasa,” ujar Zico.
Veel succes, Bagus!