Bagi Real Madrid untuk memaksimalkan peluang, melakukan remontada dramatis lainnya melawan Manchester City dan mencapai final Liga Champions untuk pertama kalinya dalam empat musim, banyak tanggung jawab berada di pundak Vinicius Junior.
Pemain berusia 21 tahun itu mencetak gol solo sensasional dalam kekalahan 4-0 di leg pertama di Etihad Stadium dan telah tampil dengan luar biasa saat menghadapi Paris Saint-Germain dan Chelsea di fase gugur.
Ini adalah musim keempatnya bersama Los Blancos tetapi sebelum ia setajam dan seklinis sekarang, ia mengawali semuanya itu dengan frustrasi karena performanya yang tidak konsisten, namun kini ada harapan buatnya untuk bisa mencapai level tertinggi dan menjadi andalan di masa sekarang hingga masa depan.
Kekecewaan Madrid dan fansnya musim lalu karena gagal mendapatkan Kylian Mbappe sangat dalam, tetapi Vini, yang berjuang selama tiga musim untuk mengisi posisi Cristiano Ronaldo, telah meningkat pesat sehingga Madrid masih mampu menaklukan La Liga dan melaju jauh di panggung Eropa.
Ketajamannya juga semakin matang, dengan ia terus berkembang sejak kunjungannya terakhir kali ke Manchester pada Agustus 2018, yang merupakan salah satu momen terendahnya sejak bergabung dengan Madrid.
Pemain asal Brasil, yang masih dalam masa flopnya, tidak dimasukkan ke dalam 11 pertama Zinedine Zidane untuk leg kedua babak 16 besar UCL melawan City, meskipun timnya kalah 2-1 di kandang pada leg pertama.
Rodrygo Goes dan Eden Hazard menjadi starter untuk menemani Karim Benzema di lini serang, sementara Vini hanya menjadi penonton.
Menurut AS, Vini bahkan tidak melakukan pemanasan bersama rekan satu timnya, dan Zidane mendapati winger tersebut malah bermain telepon di ruang ganti.
Getty/GOALSang manajer memutuskannya untuk tidak memasukkan dia bahkan ketika Madrid bisa mencetak gol, memiliki menurunkan Marco Asensio, Luka Jovic dan Lucas Vazquez, ketika pasukan Pep Guardiola akhirnya meraih kemenangan 2-1.
Vini harus meminta maaf kepada Zidane sebelum kembali masuk ke dalam rencananya musim lalu, saat itulah peningkatannya dimulai, bahkan sampai ia benar-benar 'bebas' ketika Carlo Ancelotti ditunjuk musim panas lalu.
Untuk semua kesuksesan Zidane menjadi manajer di Madrid, kembalinya pelatih asal Italia itulah yang membantu Vini benar-benar berkembang menjadi pemain seperti sekarang ini, yang bisa menjadi pembeda.
Pria asal Italia itu meracik strategi agar Madrid memaksimalkan kekuatan serangan balik melalui Vini dan membantu sang winger untuk lebih klinis di depan gawang.
Mungkin yang paling penting, Ancelotti secara terbuka dan pribadi memuji Vini, menunjukkan kepercayaan kepadanya, yang tidak pernah benar-benar ia rasakan selama berada di bawah asuhan Zidane.
"Saya tidak melakukan apapun selain memberinya kepercayaan diri," kata Ancelotti. "Saya bukan penyihir."
"Sekarang, Vini tidak lagi terlihat kaget ketika berada di posisi memegang bola, dan mampu mengambil napas sebelum mengambil keputusan yang lebih baik. Tembakan yang awalnya mencapai tribun penonton, kini bisa bersarang ke dalam gawang.
"Saya 21 tahun sekarang; sebelumnya saya masih muda," kata Vini. "Saya tiba dari Brasil pada usia 18 tahun, saya baru bermain selama satu tahun di tim utama dan saya tiba di Real Madrid, di tim terbaik dunia, dengan banyak pemain hebat, dan saya datang untuk belajar."
"Saya telah banyak berlatih selama tiga tahun dan Ancelotti tiba, dan memberi saya kepercayaan diri yang saya butuhkan."
Menjadi lebih dapat dipercaya ketika membawa bola telah membantu hubungannya dengan Karim Benzema meningkat sampai titik di mana keduanya adalah duo serangan paling mematikan di Spanyol, dengan gabungan keduanya telah mencatatkan 60 gol dan 27 assist di semua kompetisi musim ini.
Kombinasi mereka juga terlihat dalam kemenangan 4-0 Madrid atas Espanyol, yang memastikan mereka menjadi juara La Liga musim ini.
Vini butuh beberapa saat untuk mendapatkan respek dari Benzema, yang mengejeknya saat berbicara dengan Ferland Mendy di lorong pemain pada Oktober 2020.
"Dia bermain melawan kami," gerutu Benzema, tetapi ketika Vini membaik di paruh kedua musim lalu, mereka mulai menemukan sentuhan satu sama lain. Ancelotti telah menyempurnakan kombinasi ini dengan sempurna.
Benzema bahkan terlihat memberi Vini beberapa saran di leg kedua melawan Chelsea, menunjukkan kepada winger itu bagaimana menemukan celah, menerobos kotak penalti dan itu menghasilkan gol yang mengubur mimpi juara bertahan Chelsea.
Kualitas individu Vini juga luar biasa ketika ia mencetak gol di leg pertama di Etihad Stadium, dengan gerakan mengolong yang brilian, kecepatan yang luar biasa di sisi kiri untuk mengecoh Fernandinho sebelum menuntaskan peluang itu menjadi gol.
Vini menerobos kotak penalti, melakukan penyelesaian sempurna dengan mengirim bola ke tiang jauh, yang mengecoh Ederson Moraes.
Aymeric Laporte tidak memiliki kesempatan untuk menutup pergerakan Vini. Pemain internasional Spanyol itu terlihat santai dan masih berpikir bahwa Vini adalah versi sebelumnya, yang akan menyia-nyiakan peluang emas itu.
Di pinggir lapangan, Guardiola berlutut begitu Vini melewati Fernandinho. Dia, setidaknya, tahu apa yang akan terjadi.
Rencana terbaik sang manajer tercabik-cabik oleh satu momen yang tak terduga, membantu Madrid hanya tertinggal satu gol di belakang The Citizen.
Namun, sama seperti Ronaldo yang menjadi tokoh utama bagi empat kemenangan Madrid di Liga Champions dalam sembilan tahun terakhir, Benzema akan menjadi orang yang paling banyak dikaitkan dengan perjalanan Los Blancos hingga saat ini.
Tapi seperti yang dilakukan Benzema untuk Ronaldo begitu lama, kini Vini memberikan pelayanan terbaik untuk striker veteran asal Prancis itu.
Vini menjadi kreator gol pertama Madrid saat melakukan comeback atas PSG dan kemudian juga memberi assist buat Benzema di perpanjangan waktu melawan Chelsea.
Benzema masih berada di puncak permainannya, tetapi pada usia 24 tahun, dekade berikutnya akan menjadi milik Vini.
Dia nyaris selevel dengan Gareth Bale dan Eden Hazard, bahkan berhasil menyingkirkan dua pemain itu di musim ini, dan untuk pertama kalinya sejak Ronaldo pergi pada 2018, Los Blancos hampir tidak memiliki lubang besar yang ditinggalkan CR7.
Meskipun media di Madrid beberapa kali membandingkan dia dengan Lionel Messi di awal kariernya yang masih dianggap pembelian buruk, tidak mengherankan jika suatu hari nanti, pemain internasional Brasil itu bisa menjadi pesaing untuk Ballon d'Or.
Selain Mbappe dan Erling Haaland, dia adalah salah satu kandidat yang paling mungkin di tahun-tahun mendatang.
Pertumbuhan Vini tampaknya sangat sensasional. Semakin dia percaya diri, semakin dia sukses. Semakin sukses dua, semakin dia juga percaya diri.
Dan jika dia bisa membawa Madrid ke final Liga Champions, Vini akan mencapai level baru dalam kariernya.


