Beberapa bulan selepas kepergian Lionel Messi permainan Barcelona tampak limbung. Ada yang hilang karena bintang asal Argentina tersebut merupakan pemain andalan Blaugrana.
Messi merupakan pemain terhebat yang pernah berseragam Barcelona. Bahkan ia sosok terbaik dalam klub tersebut sampai hari di mana kontraknya berakhir.
Semua orang membicarakan Messi ketika Barcelona dikalahkan Atletico Madrid, Real Madrid, Rayo Vallecano, Bayern Munich dan Benfica. Namun, bila ia masih ada apa hasilnya bisa berbeda?
Barcelona tak bernyawa dan tenggelam tanpa jejak di bawah asuhan Ronald Koeman. Akan tetapi, setelah Xavi menggantikan pria berusia 59 tahun tersebut perlahan-lahan klub mulai bangkit.
Xavi lebih dikenal, tetapi masih jauh dari yang terbaik. Barcelona bermain imbang dengan Osasuna, Sevilla dan Granada, kalah di kandang melawan Real Betis serta Bayern Munich dari Liga Champions.
Memasuki Februari 2022, penampilan Barcelona mulai berbeda. Sederet kemenangan diukir atas Atletico Madrid, Valencia, Athletic Club, Napoli, Osasuna dan, yang paling mengesankan, di Santiago Bernabeu melawan Real Madrid.
Sejumlah alasan membuat Barcelona bisa bangkit dari keterpurukan. Mulai dari kedatangan Pierre-Emerick Aubameyang dan Ferran Torres, hingga taktik Xavi yang mengandalkan tekanan tinggi terhadap lawan.
Akan tetapi, faktor besar lain adalah kembalinya Pedro Gonzalez atau lebih dikenal dengan nama Pedri. Aksinya di lapangan membuat permainan Barcelona lebih hidup.
Setelah tampil di beberapa pertandingan pertama musim ini, termasuk kemenangan 4-2 atas Real Sociedad Pedri mengalami cedera hamstring. Akibatnya, ia terpaksa menepi hingga Januari 2022.
Sekembalinya dari cedera, Pedri langsung bisa ke performa terbaiknya seperti saat membantu Spanyol mencapai semi-final Euro 2020. Xavi pun tak segan untuk mengasih tempat di lini tengah Barcelona.
Pedri adalah pemain kunci dalam kebangkitan Barcelona di LaLiga. Ia juga diharapkan bisa membawa timnya meraih gelar Liga Europa di mana Eintracht Frankfurt jadi lawan yang dihadapi pada babak perempat-final.
Pada leg pertama yang digelar di markas Eintracht Frankfurt, Stadion Deutsche Bank Park, Jumat (8/4) dini hari WIB, Barcelona gagal menang. Laga tersebut berkesudahan imbang 1-1.
Terlepas dari hasil tersebut, Pedri merupakan idola baru publik Camp Nou. Ia mampu mengisi peran Messi, meski posisinya lebih dekat Andres Iniesta.
Meme "Pedri Potter" menghiasi media sosial dan kini menjadi julukannya. Hal tersebut merujuk kepada tokoh fiksi penyihir muda, Harry Potter karya penulis terkenal J.K Rowling.
Satu di antara aksi yang tak bisa dilupakan adalah nutmeg Pedri kepada pemain Athletic Club ,Mikel Balenziaga pada Februari lalu. Sontak penonton yang melihat tercengang dan langsung berdiri memberikan tepuk tangannya.
Momen besar lain yang diukir Pedri ketika bersua Galatasaray pada leg kedua 16 besar Liga Europa. Ia menunjukkan ketenangan yang oke saat mencetak gol penyama kedudukan dengan tak terburu-buru melepas tembakan karena lebih dulu melakukan dua gerakan untuk menipu bek sekaligus kiper lawan.
Sontak gol tersebut mengingatkan kepada Messi yang sering menjebol gawang lawan lewat cara seperti itu. Hanya saja, Pedri merasa gol itu belum setara dengan La Pulga.
“Membandingkan saya dengan Messi dalam sebuah gol itu gila,” kata Pedri.
“Saya berpikir untuk menembak tetapi kemudian saya melakukan dummy, kemudian memalsukan tembakan lain sampai saya melihat ruang untuk menembak. Itu saja yang saya ingat.”
“Saya beruntung karena di lapangan saya tidak perlu berpikir terlalu banyak, semuanya datang begitu saja untuk saya.”
Jika ada satu hal yang kurang dari penampilannya di musim lalu adalah gol, karena Pedri mencetak empat dari 52 penampilannya. Sedangkan pada musim ini ia sudah mencatatkan raihan yang sama dalam 19 laga.
Bagaimanapun Pedri sudah jadi satu di antara gelandang top dunia. Padahal ia baru berusia 19 tahun dan bisa dipastikan kemampuannya terus berkembang seiring berjalannya waktu.
"Pedri memberi kami ketenangan, dia tidak kehilangan bola, dia harus terus menonjol," ucap Xavi.


