Omari Hutchinson NXGN GFXGoal

Omari Hutchinson: Sensasi Internet Arsenal Yang Bikin Pele Terpukau

Tidak banyak anak berusia 12 tahun yang tiba-tiba menjadi pusat perhatian di dunia sepakbola.

Tapi itulah yang terjadi pada pemain muda Arsenal, Omari Hutchinson, ketika ia menjadi sensasi internet dalam semalam berkat kemampuan olah bolanya yang berkelas.

Hutchinson adalah bintang video yang sempat viral bersama F2 Freestylers. Penikmat sepakbola dari seluruh dunia pun terpana melihat seseorang yang masih belia melakukan trik yang telah ia pelajari sendiri sejak usia lima tahun.

“Itu adalah pengalaman yang gila,” ucap Hutchinson kepada Goal dalam sebuah wawancara eksklusif.

“Semua orang di sekolah menginginkan tanda tangan saya dan Instagram saya meledak!,” tutur dia.

“Saya benar-benar tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Saya senang, tapi saya masih berusia 12 tahun dan itu datang kepada saya begitu cepat,” tambahnya.

Kini berusia 17 tahun, Hutchinson mengenang kembali pengalaman itu dengan penuh antusias.

Video tersebut masih beredar di internet sampai saat ini, tapi Hutchinson sudah “move on”. Boleh dibilang, keterampilan dan trik lima tahun lalu tersebut jadi alasan mengapa ia adalah salah satu talenta muda paling menarik yang ada di Arsenal saat ini.

Hutchinson adalah bagian dari angkatan baru yang mencuri perhatian di London utara. Ia adalah bagian dari sekelompok pemain yang baru masuk ke skuad U-23. Kualitas dan potensi mereka menghadirkan antusiasme.

Salah tiga di antaranta ada gelandang Charlie Patino, pemain sayap Kido Taylor-Hart dan bek Zane Monlouis. Semua berasal dari akademi Hale End Arsenal dan sama-sama melalui tim kelompok umur.

Kevin Betsy ditunjuk sebagai pelatih tim U-23 untuk mengasuh dan mengembangkan nama-nama di atas. Ya, karena mereka berusaha untuk mengikuti jejak seniornya yang mantan nomine NXGN seperti Bukayo Saka, Emile Smith Rowe, dan Eddie Nketiah.

“Ada pemain seperti saya, Zane, Charlie, Brooke [Norton-Cuffy], Marcelo [Flores], dan Jack [Henry-Francis], kami sudah main bareng sejak di tim U-12 dan U-13,” ujar Hutchinson.

“Kami telah bersama satu sama lain melalui pasang surut, jadi hubungan di antara kami sangat dekat. Kami seperti keluarga dan kami semua ingin melihat satu sama lain menjalani karier yang bagus,” kata dia.

“Seperti angkatan Emile, Saka, dan Joe Willock. Jika semua orang terus bekerja keras, beberapa dari kami suatu hari nanti akan mendapatkan pengalaman tim utama, semoga,” tambahnya.

Sesulit apapun kondisi yang terjadi di Arsenal saat ini, kesuksesan akademi Hale End terus menjadi sesuatu yang dibanggakan oleh semua orang yang terhubung dengan klub.

Saka dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Arsenal pada musim 2020/21, dan masuknya Smith Rowe ke tim utama membantu mendorong peningkatan besar dalam kiprah tim selama paruh kedua musim.

Smith Rowe pun diganjar kontrak baru dan dipercaya mengenakan No.10 yang ikonik. Sementara Saka dengan bangga memakai No.7, mengikuti jejak legenda klub, antara lain David Rocastle dan Robert Pires.

Untuk pemain seperti Hutchinson yang bercita-cita mencapai puncak karier seperti itu, menyaksikan pemain dari akademi terus berkembang di tim senior adalah sesuatu yang membuat mereka yakin bahwa segala sesuatu mungkin terjadi.

“Ketika kami berada di Hale End sebagai pemain U-12, kami melihat Joe (Willock), Reiss (Nelson), dan banyak lagi lalu kami akan berpikir mereka adalah megabintang,” ucap Hutchinson.

“Bahkan dalam pertandingan Emirates dan bertemu mereka, kami selalu menginginkan foto, dan ketika mereka bermain untuk tim U-23, kami akan menyaksikan langsung dan mendukung mereka.”

“Saat tumbuh dewasa, kami ingin menjadi seperti mereka. Saka dulu menyuruh kami bekerja keras. Kami tidak jauh di belakang dan itu memberi kami kepercayaan diri.”

“Di Hale End ada foto para pemain yang telah berhasil di dinding dan Anda hanya ingin berada di sana juga sehingga semua anak muda melihat Anda,” tambahnya.

Perjalanan Hutchinson ke U-23 di Arsenal sangat menarik.

Dia memulai dari bocah delapan tahun besama Charlton Athletic, sementara kakak laki-lakinya Oshaye menjadi bagian dari tim U-15.

“Saya dipantau oleh mereka ketika saya bermain sepakbola di tempat parkir saat dia sedang berlatih,” kenang penyerang muda itu.

Bahkan pada usia dini itu, Hutchinson sudah memiliki sekantong trik dengan bola di kakinya, sebagian besar berkat bertahun-tahun bermain futsal.

“Saya biasa melakukannya setiap hari sepulang sekolah. Itu hanya lebih mudah dan menyenangkan,” tutur Hutchinson.

“Pelatih baru saja mengatakan lakukan semua keterampilan yang Anda inginkan. Anda memiliki kebebasan untuk hanya bersenang-senang. Saya sering menonton Falcao, pemain futsal asal Brasil. Dia sangat menginspirasi saya.”

“Saya selalu dikenal sebagai seorang yang agak terampil. Saya akan mengatakan setengahnya berasal dari futsal. Tapi juga ketika saya masih muda, saya biasa melakukan keterampilan di ruang depan rumah saya, di kebun saya, atau di dapur saya.

“Langsung setelah sekolah saya akan berganti pakaian dan mencoba trik sepakbola. Saya menyukainya,” tambahnya.

Hutchinson sempat dua tahun di Charlton, tapi lantas ia hengkang setelah saudaranya mendapat beasiswa di Sheffield United.

Meski begitu, The Addicks menempatkan klausul kompensasi sebesar £6.000, dan itu membuatnya sulit menemukan klub baru, karena hanya sedikit klub yang ingin membayar harga setinggi itu untuk bocah 10 tahun.

Hutchinson menjalani trial dengan Arsenal, Tottenham Hotspur, dan Brentford sebelum dia memutuskan untuk istirahat dari akademi sepakbola dan kembali bermain futsal dengan teman-temannya.

“Memiliki waktu istirahat benar-benar membantu saya berkembang sebagai seorang anak karena tekanan yang lebih sedikit,” kata Hutchinson.

“Saya hanya fokus pada diri saya sendiri, melakukan kesenangan saya di futsal,” tutur dia.

“Saya melatih teknik saya dan kaki kanan saya yang lebih lemah. Itu sangat membantu,” imbuhnya.

Sekitar setahun kemudian, ayah Omari menerima telepon dari seorang pencari bakat yang terhubung dengan Arsenal dan dia diundang kembali untuk sidang lainnya. Ia tampil mengesankan selama periode keduanya bersama The Gunners, disodorkan kontrak sebelum bergabung secara resmi dengan tim U-12.

Dia memulai sebagai bek kiri, tapi kekuatan menyerang dan kemampuannya untuk mengelabui para pemain bertahan terlalu jelas.

Kemampuan itulah yang melambungkan namanya dalam perhatian dunia berkat video bersama F2 Freestylers, yang langsung viral setelah dia pindah ke Arsenal.

Semuanya dimulai berkat pertemuan kebetulan selama Turnamen Pele, yang menyajikan tim dari seluruh dunia turun ke London Selatan untuk ambil bagian dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh legenda Brasil itu.

“Kami menyelesaikan turnamen dan semua tim berkumpul dalam kerumunan, dan F2 Freestylers tampil dan mulai menunjukkan keterampilan mereka,” kenang Hutchinson.

“Mereka meminta satu anggota dari setiap tim untuk mencoba dan melakukan keterampilan dan semua rekan berkata 'Ayo Omari, ayo!’.”

“Jadi saya maju dan melakukannya. Mereka memberi saya bola dan saya baru mulai melakukan trik saya. Ketika kami berfoto dengan Pele setelahnya, dia mengatakan 'itu luar biasa' dalam aksen Brasilnya.”

“Kemudian pada malam itu, Jeremy Lynch dari Freestylers menelepon ibu saya dan berkata dia ingin membuat video dengan kami.”

“Jadi saya membuat video dan dari itu menjadi viral,” tambahnya.

Saat Hutchinson berkembang bersama jajaran pemuda Arsenal, ia mulai diplot lebih jauh di atas lapangan, baik beroperasi melebar atau bahkan sebagai No.10.

Hutchinson meneken kontrak senior pertamanya pada November 2020. Sang pemain menjadi pemain yang menonjol untuk tim U-18 selama musim debut sebagai pemain profesional. Ia mencetak tujuh gol dan menyumbangkan delapan assist di liga.

Peneyerang serbabisa itu telah memulai musim ini dengan performa yang sama, dengan penampilan awal yang impresif untuk tim U-23 yang membuatnya dinominasikan untuk penghargaan Pemain Terbaik Liga Primer 2 edisi Agustus.

Hutchinson juga telah menerima undangan sesekali untuk berlatih dengan tim utama. Pada awal musim panas lalu, ia mendapat panggilan ke skuad Mikel Arteta untuk laga pramusim di Skotlandia.

Selain menghabiskan sepekan latihan bersama bintang senior Arsenal, pemain asal Inggris itu itu juga diberikan waktu 15 menit bermain selama laga melawan Hibernian.

“Rekan senior benar-benar membuat saya merasa diterima. Mereka sangat ramah, seperti keluarga,” ujar Hutchinson.

“Saya bersama mereka setiap hari, berlatih, saya mulai terbiasa berada di sekitar mereka. Saya duduk di meja dengan rekan Hale End lainnya, berbicara dengan mereka dan mereka mengatakan kepada saya untuk menjadi diri sendiri, untuk terus bekerja.”

“[Alexandre] Lacazette juga memberi saya banyak wejangan, dia mengatakan kepada saya untuk tidak gugup, dan [Pierre-Emerick] Aubameyang adalah pria yang lucu untuk berada di dekat saya. Saat kami berlatih tendangan bebas, rasanya seperti bersama teman-teman sebaya.”

“Mereka melakukannya dan saya melihat. Lalu saya seperti, 'biarkan saya masuk'. Saya meletakkannya di tong sampah yang ditempatkan di atas dan kiri bawah gawang. Itu bagus,” tambahnya.

Perkembangan mengesankan Hutchinson berujung menit bermain lainnya di tim utama selama jeda internasional ini, ketika ia masuk dari bangku cadangan saat Arsenal sukses menang 4-0 atas Brentford dalam laga uji coba tertutup di London Colney.

"Saya hanya mengambil langkah demi langkah. Saya hanya ingin berkonsentrasi pada penampilan saya bersama tim U-23,” ucap Hutchinson.

“Saya harus tetap konsisten, berusaha mencetak gol, membantu, dan memengaruhi permainan dengan cara yang saya bisa,” ujar dia.

“Selanjutnya akan bermula dari situ,” pungkasnya.

Meski sudah merasakan lebih awal bagaimana pengalaman main bareng tim senior, Hutchinson memilih fokus bersama tim U-23. Tercatat, ia telah mencetak dua gol dan dua assist dalam tiga laga musim ini. Menarik ditunggu.

Iklan
0