Olivia Moultrie NXGN GFXGOAL

Olivia Moultrie: Pemecah rekor USWNT Menuju Dominasi Dunia

Kala Olivia Moultrie baru berusia tujuh tahun, dia duduk, bikin daftar target, dan merencanakan sisa hidupnya. Pada saat itu, dia sangat mirip dengan anak tujuh tahun lainnya yang menendang bola, dan memiliki ambisi yang sama dengan anak seusianya.

Nomor satu: Dia ingin menjadi pemain sepakbola profesional. Nomor dua: Memenangkan kompetisi. Nomor tiga: Menjuarai Piala Dunia.

Lalu nomor empat: Jadilah pemain terbaik di dunia.

Pada satu sisi, pada hari dia membuat daftar itu dan menetapkan tujuan itu untuk dirinya sendiri, masa kecil Moultrie berakhir. Setiap momen, setiap pilihan, setiap tuntutan, setiap sesi latihan, dan setiap pertandingan telah diarahkan untuk tujuan keempat itu.

Kini Moultrie berusia 16 tahun dan sudah bisa dikatakan bahwa dia telah menyelesaikan tujuan utamanya menjadi seorang profesional.

Faktanya, pencapaian tersebut diraih Moultrie tiga tahun lalu, ketika dia menandatangani kontrak pro pertamanya dan meroket menjadi sorotan sebagai keajaiban terbaru sepakbola Amerika.

Sepakbola di Amerika Serikat belum pernah diisi pemain seperti Moultrie, seorang gadis muda yang memiliki tekad dan semangat yang luar biasa, selain juga kepribadian dan perhatian. Ia mungkin adalah atlet berusia 16 tahun yang paling tidak biasa di planet ini dan, kemungkinan besar, yang paling tahu akan kemampuan.

Tidak ada yang dilakukan Moultrie yang lazim karena anak-anak normal tidak menjadi pesepakbola terbaik di dunia yang hanya dilakukan pemain luar biasa.

"Saya hanya menjalani kehidupan pemain sepakbola profesional itu," ucap Moultrie kepada GOAL dalam sebuah wawancara eksklusif.

“Terkadang orang lain harus menarik saya kembali dan berkata, 'Apa yang Anda lakukan, ini gila.' Ayah saya sepanjang waktu hanya menghentikan saya dan mengatakan itu luar biasa.”

"Saya begitu terjebak, saya hanya ingin lebih dan lebih dan lebih, dan itulah yang saya kerjakan setiap hari.”

"Kadang-kadang, saya harus memiliki anggota keluarga yang menarik saya kembali dan berkata, 'Liv kamu baru berusia 16 tahun.'

"Ini gila, tapi saya ingin semuanya terjadi begitu cepat,” pungkasnya.

Cepat adalah pernyataan yang meremehkan.

Pada tahun-tahun sejak membuat target pribadinya, Moultrie telah menjadi yang termuda yang mencapai hampir semua hal yang dapat Anda capai di sepakbola Amerika meski belum bermain untuk timnas senior. Itu menjadikan dirinya sebagai pemain muda ajaib yang memiliki fans dari semua generasi yang memujinya sebagai anutan.

Moultrie berkomitmen untuk University of North Carolina pada usia 11 tahun, dan segera mundur dari sana untuk menjadi seorang profesional dua tahun berselang.

Pada usia 15 tahun, dia dan keluarganya telah menggugat NWSL, menuduh bahwa liga tersebut melanggar Sherman Antitrust Act dengan batas usia yang mencegahnya untuk bermain.

Sebelum menginjak usia 16 tahun, dia telah memenangkan gugatan tersebut, melakoni debut NWSL-nya, mencatatkan start pertama, dan mencetak gol profesional perdananya.

Kini, pada periode di mana dia harus fokus untuk mendapatkan SIM-nya, Moultrie fokus pada apa yang bisa dia lakukan untuk membantu Portland Thorns memenangkan gelar NWSL.

Sang gelandang telah tampil sebanyak 19 kali untuk Thorns dan sekarang sedang mempersiapkan diri untuk Piala Dunia U-20, di mana dia akan tergabung dengan AS sebagai pemain termuda dari skuat.

"Saya tidak ingin kehidupan 16 tahun yang biasa," kata Moultrie.

"Itulah mengapa saya memilih jalan ini. Saya tidak ingin benar-benar berpikir seperti, 'Oh, saya melewatkan ini' karena, tidak, hanya ini yang saya inginkan.”

"Dan sekarang saya 'menjalani mimpi'. Saya suka apa yang saya lakukan dan itulah mengapa saya memilih untuk menekuni olahraga ini dan terjun sepenuhnya."

Moultrie memahami bahwa dia kehilangan beberapa pengalaman mendasar, yang menentukan kehidupan bagi kebanyakan remaja seusianya.

Dia merindukan jalan-jalan akhir pekan, pesta dansa sekolah, aksi unjuk rasa, saat-saat tenang di mana dia bisa seperti anak 16 tahun lainnya.

Namun, keluarga Moultrie mencoba memberinya rasa normal.

"Saya senang menjadi kakak," ujar Moultrie.

"Saya memiliki dua adik perempuan dan itu adalah bagian besar dari hidup saya juga. Itu adalah pandangan saya tentang norma, Anda tahu?”

"Melihat mereka dalam kehidupan mereka dan mengirim surel ke universitas dan bekerja menuju apa yang mereka inginkan, sangat keren bagi saya untuk melihatnya.”

"Saya memiliki keluarga luar biasa yang mendukung saya dan itu selalu menjadi hal besar yang ingin saya sampaikan kepada dunia karena mereka pantas mendapatkan banyak cinta dan kasih untuk itu. Mereka telah mendukung saya dan saya sangat menghargai itu,” pungkasnya.

Moultrie juga menghargai bantuan yang dia terima selama ini dari rekan-rekan setimnya yang, entah secara sukarela atau tidak, didorong ke dalam peran sebagai kakak perempuan saat dia bergabung di Portland.

Christine Sinclair, Lindsey Horan, Tobin Heath, Emily Sonnett, Meghan Klingenberg... Moultrie menyebutkan nama-nama mereka yang menjadi teman dekat nan suportif.

"Saya ingin menangkap dan mengambil semua pengalaman yang mereka miliki dan hanya menanyakan semua pertanyaan ini,” tutur Moultrie.

"Seperti apa kehidupan seperti itu bagi mereka? Karena itulah yang saya inginkan,” tambahnya.

Seperti rekan satu timnya, Moultrie dengan cepat berubah menjadi anutan. Ini sedikit fakta yang tidak biasa.

Sekali melihat halaman media sosial Moultrie menghasilkan berbagai respons positif.

"Putri-putriku memujamu," bunyi salah satunya.

"Terima kasih telah menjadi anutan yang hebat", kata yang lain.

Satu yang terakhir: "Wanita muda yang mengubah sepakbola wanita di AS.”

Ini bisa jadi luar biasa, tapi di era media sosial, itu bukan sesuatu yang bisa dihindari Moultrie, bahkan jika dia mau.

Bukan itu yang dia lakukan. Dia suka menjadi contoh, pemimpin, anutan, seperti wanita yang dia idolakan.

"Saya tidak pernah berpikir demikian atau berharap orang akan melihat saya dan saya akan menjadi anutan," kata Moultrie.

"Anda tidak berpikir seperti itu, tapi, jelas, itu telah menjadi efek dari semua yang telah saya lakukan.”

“Ini sangat keren bagi saya. Saya pasti ingin menjadi seseorang yang mampu menginspirasi generasi muda, tidak hanya perempuan, tapi juga laki-laki.”

“Semua hal yang saya perjuangkan adalah kesempatan yang sama. Kita harus memiliki hal yang sama, kesempatan yang sama yang dimiliki para pria dan kita harus dapat melakukan hal yang sama.”

"Kami mampu melakukannya dan dunia harus mengizinkannya,” imbuhnya.

Saat ini, Moultrie masih fokus pada empat tujuan utama itu, meskipun dia menambahkan beberapa lagi ke dalam daftar.

"Saya ingin bisa merasakan pengalaman saya seperti orang berusia 25 tahun ketika saya berusia 18 tahun," ucap Moultrie.

"Saya mencoba mendapatkan semua itu secepat mungkin.”

“Saya ingin memenangkan liga bersama Portland Thorns. Saya ingin sekali bisa memenangkan gelar MVP di NWSL. Saya pikir pergi ke Eropa sangat realistis bagi saya dalam beberapa titik.”

“Saya besar dengan menonton Liga Champions dan melihat itu dan saya ingin bisa bersaing di salah satunya dan memenangkan salah satunya. Ini seperti mimpi masa kecil. Liga Champions, itu hal paling keren di seluruh dunia!”

"Piala Dunia, Olimpiade, semua hal di level internasional jelas sangat penting, baik dengan tim U-20 dan kemudian, semoga, dengan tim senior suatu hari nanti.”

"Tujuan utama saya adalah saya ingin menjadi pemain terbaik di dunia, dan itulah yang saya perjuangkan setiap hari.”

"Saya tahu Kedengarannya seperti terlalu banyak, tapi hanya perjalanan yang mengasyikkan inilah yang harus saya lalui setiap hari. Saya tidak ingin itu terjadi dengan cara lain,” pungkasnya.

Ambisi besar untuk seorang gadis yang telah mencapai hal-hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Adakah yang bisa menghentikannya untuk mencapainya? Tidak ada yang sejauh ini.

Iklan