GFX Oleksandr ZinchenkoGetty / Goal

Kisah Oleksandr Zinchenko, Lari Dari Invasi Rusia Di Crimea Hingga Kecintaannya Pada Ukraina

Oleksandr Zinchenko saat ini dikenal sebagai salah satu bek kiri - yang juga bisa berposisi sebagai gelandang - top Eropa, tapi siapa sangka, ia harus melakukan perjalanan yang luar biasa untuk bisa mencapai titiknya sekarang.

Saat ini semua mata tertuju pada Ukraina, setelah Rusia melakukan invasi dan menduduki beberapa kota di Ukraina.

Kejadian tersebut sangat membuat warga Ukraina sedih, kesal dan geram, apalagi Zinchenko, yang juga harus melarikan diri ke Moskwa saat invasi Rusia ke Crimea ketika ia masih remaja.

Perjalanan Zinchenko mencapai titik sekarang sama sekali tidak mudah.

Bahkan, delapan tahun yang lalu ia tidak memiliki klub dan bermain sepkabola di jalanan Moskwa, bertanya-tanya apakah kariernya sudah redup bahkan sebelum ia benar-benar mencobanya.

Zinchenko baru berusia 13 tahun ketika meninggalkan kampung halamannya di Radomsyhl di Ukraina utara untuk bergabung dengan akademi Shakhtar, yang terletak sekitar 500 mil dari rumahnya.

Ia berkembang pesat di tim muda, memantapkan dirinya sebagai gelandang serang dengan potensi luar biasa. Sebagai kapten di tim U-19, sepertinya hanya masalah waktu sebelum ia menembus ke tim senior, yang berisikan pemain seperti Douglas Costa, Henrikh Mkhitaryan dan Fernandinho.

Namun, ketika perang terjadi di wiliayah Donbas Ukraina pada 2014, ibunya, Irina, memutuskan bahwa keluarganya harus pergi ke Rusia.

Oleks Zinchenko

Karier profesional Zinchenko terhenti dan ia dipaksa bermain untuk tim amatir di lapangan beton di Moskwa.

Selama waktunya tanpa klub, ia dilaporkan sangat miskin sehingga ia berjuang untuk bisa membeli barang-barang kebutuhan seperti roti dan susu.

Meskipun ada minat dari klub-klub besar Rusia, termasuk Rubin Kazan, perselisihan kontrak dengan Shakhtar membuatnya tidak memiliki klub selama 18 bulan sebelum ia akhirnya pindah ke Ufa pada tahun 2015.

Zinchenko gemilang selama satu tahun di Stadion Neftyanik, bahkan ia melakoni debutnya di timnas Ukraina hanya beberapa pekan sebelum ulang tahunnya yang ke-19, pada Oktober 2015 dalam kekalahan 1-0 dari Spanyol.

Namun, pemanggilannya ke timnas Ukraina menimbulkan beberapa kontroversi. Zinchenko tidak hanya kurang berpengalaman, ia juga bermain di sepakbola Rusia, yang tidak cocok dengan beberapa orang Ukraina mengingat konflik antara kedua negara tersebut.

2020-11-17 Zinchenko UkraineGetty Images

Ada desas-desus bahwa Rusia telah mencoba meyakinkannya untuk berganti warga negara, yang berujung pada pemanggilannya ke tim senior Ukraina di usianya yang masih muda.

Namun Zinchenko selalu menyatakan bahwa dirinya hanya ingin mewakiliki tanah kelahirannya, dan rekan-rekan satu timnya tentu tidak pernah meragukan komitmennya itu.

Pada 2016, raksasa Liga Primer Manchester City mengendus bakatnya, yang kemudian memboyongnya dengan bayaran sekitar £1,7 juta pada bulan Juli.

Pemain berusia 25 tahun tersebut mengatakan bahwa ia sedang menjalani mimpinya saat bermain untuk Manchester City, mengatakan kepada The Guardian sebelum final Piala FA pada 2019: "Saya tidak tahu bagaiaman pendapat pemain lain tentang hal itu, tetapi bagi saya seperti ini."

"Saya akan bermimpin bermain di level tertinggi, saya tidak menyadari bahwa saya akan berada di sini dan bersiap-siap untuk final Piala FA. Ini seperti mimpi."

Zinchenko giornalista

Pada Agustus 2020, Zinchenko menikah dengan presenter TV dan jurnalis Vlada Shcheglova, setelah melamarnya di Stadion Olimpiade di Kiev dengan dekorasi bunga berbentuk hati yang sangat besar.

Asmara mereka sepertinya terjalin setelah pada 2019 Zinchenko mencium Vlada usai wawancara, menyusul kemenangan 5-0 Ukraina atas Serbia.

Agustus tahun lalu, Vlada melahirkan bayi perempuan pertama pasangan itu di Miami, dengan Zinchenko menangis ketika ia menyaksikan kelahiran istrinya melalui panggilan video.

Sekarang, ia telah mencatatkan lebih dari 100 penampilan untuk The Citizens dan menjadi bagian penting dari skuad asuhan Guardiola saat menjuarai Liga Primer musim lalu dan finalis Liga Champions.

Dan pada pertandingan City kontra Everton, Minggu (27/2) WIB, sorotan diberikan kepada Zinchenko dan kompatriotnya yang bermain untk The Toffees Vitaly Mykolenko.

Keduanya berpelukan saat kedua tim melakukan pemanasan dan membuat suasana menjadi emosional dan haru, mengingat banyak dukungan yang diberikan pada Ukraina.

Skuad City di laga itu semuanya mengenakan kaus dengan tulisan "NO WAR" di bagian depan dan belakang. Sementara lagu hit 1969 'He ain't heavy, he's my brother' dari The Hollies kemudian diputar di dalam stadion, memicu reaksi emosional dari Zinchenko.

Ia dan Mykolenko tak mampu menahan air matanya saat seluruh penonton yang hadir di Goodison Park berdiri untuk menunjukkan solidaritas kepada Ukraina.

Iklan