Obafemi Martins 2004Getty Images

Kisah Obafemi Martins: 'Obaflip' Yang Jadi Mimpi Buruk Buat Arsenal

Sepakbola Afrika tak pernah kehabisan talenta-talenta berbakat, mulai dari Samuel Eto'o, Didier Drogba, Jay-Jay Okocha, Nwankwo Kanu, Yaya dan Kolo Toure hingga saat ini ada Mohamed Salah, Sadio Mane, RIyadh Mahrez, Kalidou Koulibaly dan Samuel Chukwueze.

Tetapi ada satu nama yang tak boleh kita lupakan. Ya, dia adalah Obafemi Martins - seorang striker yang mungil namun memiliki kecepatan luar biasa.

Pemain yang terkenal dengan 'Obaflip' karena saltonya saat merayakan golnya itu lahir di kota terbesar di Nigeria, Lagos. Tapi di akhir-akhir kariernya, Martins dijuluki sebagai 'Si Kutu Loncat' setelah ia bermain untuk sembilan klub selama 19 tahun karier profesionalnya.

Martins mendapatkan kesempatan untuk menjadi seorang pesepakbola profesional setelah awalnya ia 'ditemukan' di sepakbola jalanan oleh Churchill Olishe, kakak dari mantan pemain timnas Nigeria Sunday Oliseh. Di bawah asuhan Churchill di FC Ebedi-lah, Martins semakin mengasah kemampuannya.

Ia kemudian dibawa oleh Churchill untuk melakoni trial di klub Serie C, Reggiana pada 2001. Martins pun terpilih dan ia perlahan terkenal di kalangan pemandu bakat di Italia.

Satu tahun kemudian, raksasa Serie A Inter Milan memboyongnya dan karena Martins mengidolai sosok Ronaldo Nazario, ia pun mengiyakan tawaran dari Nerazzurri.

Pada musim 2002/03, Martins dipromosikan ke tim utama Inter oleh manajer kala itu, Hector Cuper. Performanya cukup menjanjikan di musim debutnya, mencetak tiga gol dalam sepuluh pertandingan di berbagai ajang. Pertama kali ia turun sebagai starter juga tak akan dilupakan olehnya, dengan ia turut mencetak gol dalam kemenangan 2-0 Nerazzurri atas Bayer Leverkusen di Liga Champions.

Di musim-musim berikutnya, Martins pun mampu bersaing dengan nama-nama tenar seperti Adriano, Christian Vieri, Alvaro Recoba hingga Julio Cruz.

Obafemi Martins InternazionaleGetty Images

Ia sukses menggemparkan Italia di usianya yang masih sangat muda waktu itu, tetapi kehadiran Zlatan Ibrahimovic dan Hernan Crespo membuat Martins kehilangan menit bermainnya, dan ia memutuskan untuk pindah ke Inggris untuk bermain bersama Newcastle United - setelah ia juga disarankan oleh Kanu.

Martins total bermain sebanyak 136 pertandingan untuk Inter di berbagai ajang, melesakan 49 gol atas namanya dan mempersembahkan empat gelar untuk Nerazzurri.

Awal kariernya di Inggris ternyata tidak semulus yang ia bayangkan, pemain asal Nigeria itu kesulitan beradaptasi dengan permainan Negeri Ratu Elizabeth yang lebih cepat.

Apalagi ia saat itu mewarisi nomor punggung legenda Newcastle Alan Shearer, yang sebelumnya sempat dipensiunkan untuk menghormati sang striker.

Obafemi Martins Newcastle UnitedGetty Images

Apes! Debutnya pun tak berakhir dengan indah. Saat itu, The Magpies berhadapan dengan Aston Villa pada Agustus 2006, Martins yang turun sejak menit awal gagal membawa timnya meraih kemenangan dan malah mendapatkan masalah lutut ketika laga berakhir.

Namun ia berhasil mengatasi itu dan mengakhiri musim perdananya dengan 17 gol dari 46 pertandingan di semua kompetisi untuk The Magpies.

Sayangnya, di musim keduanya ia harus merelakan tempat utama kepada striker lain, Michael Owen dan Mark Viduka, setelah manajer Glenn Roeder digantikan oleh Sam Allardyce.

Setelah tiga tahun di Newcastle, ia akhirnya pindah ke Bundesliga untuk membela VfL Wolfsburg sebelum melanglang buana ke berbagai negara, dengan ia bermain untuk klub seperti Rubin Kazan, Birmingham, Levante, Seattle di MLS, klub Tiongkok Shanghai Shenhua dan sampai akhirnya pensiun di Wuhan FC pada Januari tahun lalu.

Martins memang tak terlalu dikenang seperti pemain Afrika lainnya, yakni Drogba, Eto'o, Kanu atau Toure bersaudara. Tetapi ia memiliki kisah manis saat bermain bersama Birmingham, di mana ia sukses membawa Blues mengalahkan Arsenal di final Piala Liga Inggris 2011.

Obafemi Martins & Lee Bowyer of Birmingham CityGetty Images

Kala itu Martins berstatus sebagai pemain Rubin Kazan, tetapi ia dipinjamkan ke Birmingham untuk paruh kedua musim 2010/11.

Meski hanya setengah musim, ia mampu memberikan dampak yang cukup besar buat Birmingham. Memang, mereka harus terdegradasi di musim itu namun kemenangan di Piala Liga bisa sedikit mengobati sakit hati para penggemar.

Perjalanan Martins membawa Birmingham menuju final Piala Liga cukup berat, ia bergabung setelah tim berhasil menembus semi-final dan mereka berhasil comeback dari West Ham United di tahap tersebut.

Dan di final, Martins hadir sebagai mimpi buruk buat Arsenal. Pertandingan tampaknya akan berjalan ke babak tambahan, setelah skor 1-1 bertahan hingga menit ke-88.

Namun, Martins - yang masuk di menit ke-83 - berhasil mencetak gol kemenangan dramatis pada satu menit sebelum waktu 90 menit berakhir.

Kesalahan yang dilakukan barisan pertahanan Meriam London kala itu berujung petaka, setelah Martins tepat berada di depan gawang, dan 'Obaflip' terjadi di final Piala Liga.

Kini ia memang sudah gantung sepatu, tetapi ia menyalurkan ambisinya di lapangan hijau kepada anaknya, Kevin Maussi Martins.

Maussi saat ini mengikuti jejak ayahnya, dengan ia tahun lalu bergabung dengan akademi Inter Milan, setelah sebelumnya berada di akademi AC Milan.

Iklan

ENJOYED THIS STORY?

Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

0