Menggantikan peran kapten yang telah hengkang tentu saja adalah tugas yang sulit bagi pemain mana pun. Ketika kapten yang dimaksud adalah sosok bek sentral muda terbaik di dunia yang baru saja membawa klubnya ke semi-final Liga Champions, maka tugas itu bakal terasa dua kali lebih sulit.
Namun, itulah misi yang diemban Kik Pierie di mana ia akan mencoba untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan Matthijs de Ligt di Ajax. Diboyong dari Heerenven di pengujung musim 2018/19, Pierie diharapkan bisa berkembang dan menjadi pemain kunci Ajax dalam 12 bulan ke depan.
Meski masih berumur 19 tahun, sang bek muda layak disebut veteran karena sudah mengukir 66 laga di Eredivisie Belanda bersama Heerenveen. Tak heran Ajax rela susah payah mengalahkan PSV dan menggelontorkan €5 juta untuk bisa memboyong Pierie, terutama di tengah potensi kehilangan De Ligt di musim panas.
Ajax sebetulnya juga sudah mendatangkan dua bek sentral baru, yakni Edson Alvarez dan Lisandro Martinez. Sementara Perr Schuurs -- yang baru saja dipromosikan dari tim akademi -- tampil mengesankan di pramusim.
Artinya, kedatangan Pierie mengonfirmasi bakal adanya persaingan nyata di pos bek sentral. Menarik dinanti siapa yang akan dipasang Erik ten Hag di jantung pertahanan saat Ajax membuka musim baru Eredivisie melawan Vitesse pada Sabtu (3/8) esok.
Direktur olahraga Ajax Marc Overmars sejak awal ingin agar timnya tidak kehilangan ke-Belanda-an mereka menyusul hengkangnya De Ligt dan Frenkie de Jong. Perekrutan Pierie mencerminkan kebijakan tersebut. Walau begitu, Pierie masih punya peluang untuk memperkuat timnas selain Oranje.
Getty/GoalKendati pernah mengapteni timnas Belanda U-19, Pierie punya paspor Amerika Serikat karena ia lahir di Boston. Pihak AS sebelumnya sudah mendekati Pierie, membujuknya agar bersedia memilih Negeri Paman Sam.
"Kultur olahraga di Amerika membuat saya tergoda, tetapi di sisi lain saya bangga menjadi orang Belanda," jawab Pierie kepada Leeuwarder Courant terkait apakah dirinya mempertimbangkan untuk membela negara tempat ia dilahirkan.
"Saya rasa, langit adalah batasnya [untuk saya]," katanya kepada NOS, sepekan setelah berlatih bersama Ajax. "Saya ingin berada di tim utama secepat mungkin. Ini tidak mudah, tapi saya datang kemari tidak untuk membela Jong Ajax. Kalau itu yang terjadi, pasti ada yang salah dengan diri saya"
Di usia 11 tahun, Pierie sudah memprediksi dirinya akan bermain untuk Ajax sebelum kemudian memperkuat Barcelona. Ini membuktikan bahwa Pierie adalah sosok yang punya kepercayaan diri yang sangat tinggi.


Keyakinan diri itu kembali ditunjukkannya di usia 16 tahun ketika ia melakukan debutnya di play-off Liga Europa melawan Utrecht, yang ironisnya dilatih oleh Ten Hag. Pierie ditugaskan untuk menempel ketat Sebastien Haller, pemain yang dua tahun berselang merapat ke West Ham dengan rekor transfer klub senilai £40 juta.
Heerenveen akhirnya harus kalah, tapi Pierie berhasil lulus ujian. Pada musim berikutnya, ia menjadi starter reguler dan hanya absen tiga pertandingan Eredivisie.
"Saya seperti dilemparkan ke kandang singa di usia muda dan itu membuat saya menjadi mandiri," Pierie mengenang pertandingan melawan Utrecht. "Saya merasa seharusnya memang bermain di level itu, jadi tidak masalah." Kembali, Pierie memamerkan rasa percaya dirinya.
Dengan demikian, tugas sebagai pengganti De Ligt bukanlah sesuatu yang menakutkan bagi seorang pemain yang sudah biasa menghadapi striker-striker Eredivisie seperti Pierie.




