Setiap daerah di Indonesia memiliki stereotip sepakbola masing-masing. Pemain asal Papua terkenal cepat serta lincah, Sumatera Utara terkenal keras seperti Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat banyak dinilai sangat stylish.
Namun, apa jadinya jika ada sosok pemain yang memiliki lebih dari satu karakter kedaerahan dalam hal bermain sepakbola. Tentunya pemain tersebut akan menjadi hibrid, dan hal itu ada pada diri Fajar Fathur Rahman.
Lahir dan tumbuh besar di Papua dari keluarga Ternate, kemudian dididik sepakbola di Jawa Barat, silsilah perjalanan hidup Fajar sangat kompleks dan melelahkan jika ditelesuri. Meski tumbuh dari keberagaman, hal itulah yang membuat Fajar bisa menjadi pemain penuh talenta seperti saat ini.
"Ayah dan Ibu saya dari Pulau Moti dekat Ternate, saya lahir dan besar di Manokwari, Papua, kemudian merantau ke Jawa Barat sejak kelas satu SMA. Dari latar belakang saya, saya dianugerahi talenta seperti saat ini," ujar salah satu bakat NxGn Indonesia ini.
Fajar mengakui jika setiap daerah yang ia singgahi untuk belajar sepakbola, selalu memberikan ilmu baru. Apalagi dari perantauannya, ia bisa menembus timnas Indonesia U-16 asuhan Fakhri Husaini.
"Mulai bermain sepakbola di Manokwari, dan itu berjalan alami saja. Masuk SSB pada kelas dua SMP dan tak lama dari situ saya masuk akademi sepakbola di Purwakarta, Jawa Barat," tutur Fajar.
"Bekal kecepatan saya dapat secara alami saat main-main sepakbola sore di Papua. Setelah di Jawa Barat, saya mulai mengerti dan lebih tertata lagi dalam bermain. Kemudian saya dapat kesempatan ke Inggris dan saya merasa bisa bermain lebih taktis dan lebih mengandalakan intelijensi. Jangan lupa, saat bersama coach Fakhri saya merasa ada perkembangan secara fisik dan stamina," urai Fajar.
Rekan se-tim Fajar di Timnas U-19 dan Persib U-16, Beckham Putra Nugraha, mengatakan jika Fajar punya karakter spesial yang ia dapatkan dari tiap-tiap daerah. Di mata Beckham, Fajar merupakan pemain yang menunjukan perkembangan pesat.
Selain berasal dari Papua dan besar di Jawa Barat, Beckham yakin Fajar juga punya bekal besar dari Inggris dan Italia bersama program Garuda Select. Bagi Beckham, hal itu bisa menjadikan Fajar pemain yang komplet. Apalagi Fajar memiliki dasar sebagai pemain bertahan yang juga bisa ditempatkan di lini serang.
"Seperti kebanyakan pemain asal Papua, Fajar lincah dan cepat. Jangan lupa seperti orang Papua kebanyakan, ia sangat jenaka. Dia juga pandai meliuk-liuk dan stylish seperti Febri Bow [Hariyadi] yang jadi inspirasi anak-anak di Jawa Barat saat ini. Saya melihat perkembangannya pesat saat di Persib, dan ketika di timnas," ujar Beckham.
"Kita tahu, ia juga lumayan lama di Eropa. Saya rasa saat di Italia, ia bisa menjadi pemain yang tangguh menginggat di sana lawan-lawannya pun sangat keras dan besar. Sepulang dari Inggris, saya rasa dia cukup pesat berkembang. Kini, ia punya kemampuan crossing dan finishing yang sangat bagus dan juga cerdik dalam bermain," kata Beckham.
Alvino HanafiFajar adalah paradoks bagi pemain asal Papua dan kelak ia bisa menjadi prototipe baru pemain asal Papua berdasarkan ilmu-ilmu yang ia dapatkan dari berbagai tempat.
Fajar juga memiliki perbedaan dengan kebanyakan kakak-kakak nya. Pasalnya tak banyak pemain asal Papua sehebat Boaz Solossa, Osvaldo Haay, ataupun Todd Ferre yang memiliki jam terbang diperantauan sebanyak Fajar saat usia dini.
Jika kebanyakan pemain asal Papua singgah dulu di Persipura sebelum pergi merantau, Fajar berbeda. Ia justru merantau terlebih dahulu sambil berharap bisa bermain untuk Persipura suatu saat nanti.
"Saya relaistis saja, saya ingin mengejar mimpi bisa bermain sepakbola di tempat terbaik di dunia ini, salah satunya Eropa. Namun harus saya katakan, kalau saya juga menyukai Persipura dan ingin bermain bersama Boaz Solossa, idola saya," kata Fajar.
"Persipura seperti ritual bagi orang-orang di Papua. Saat Persipura main, hampir tidak ada orang di jalanan karena semua sedang di depan televisi. Dan saya, termasuk orang yang pernah melakukan ritual seperti itu," ungkap Fajar.
Boaz Solossa adalah inspirasi bagi anak-anak Papua saat ini, termasuk Fajar. Namun selain Boaz, Fajar juga tengah menggilai sosok Trent Alexander-Arnold.
Ia mengaku bahwa gaya permainannya kini terpengaruh oleh Alexander-Arnold. Meski mengidolai Manchester City, ia punya impian untuk hadir ke Anfield sembari melihat idolanya itu mengangkat trofi juara Liga Primer Inggris.
"Di Garuda Select, saya dipaksa kembali main sebagai bek sayap. Dari situ saya mulai melihat video Trent dan dia cukup mempengaruhi saya," jelas Fajar.
"Hingga saat ini, saya masih punya hasrat untuk melihat aksi dia. Saya sudah berusaha memesan tiket pertandingan Liverpool saat saya tinggal di Birmingham. Saya sudah membuat hitung-hitungan kapan Liverpool juara, dan ingin hadir di sana tapi kenyataanya Liga Inggris harus rehat sejenak dan saya kembali ke Manokwari. Apa boleh buat?" tutup Fajar.
